BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap
makhluk hidup membutuhkan nutrisi dalam kehidupannya, termasuk hewan dalam hal
ini domba dan kambing. Nutrisi adalah apa yang terkandung dalam pakan yang
dikonsumsi oleh hewan. Secara simpelnya ternak termasuk domba dan kambing harus
mengkonsumsi pakan yang memiliki nilai nutrisi yang seimbang. Pakan merupakan
hal yang sangat penting dalam usaha peternakan, bahkan dapat dikatakan bahwa
keberhasilan suatu usaha peternakan tergantung pada manajemen pakan. Kebutuhan
pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai dengan jenis, umur, bobot
badan, keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis ternak. Pakan harus mengandung
semua nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang
seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh domba dan kambing antara lain
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral.
Bahan pakan harus seimbang dalam
menyediakan zat makanan yang dapat digunakan untuk membangun dan menggantikan
bagian tubuh yang rusak, serta memberikan energi untuk produksi seperti susu,
daging, dan wool.
Setiap bahan pakan domba dan kambing, baik
yang sengaja kita berikan kepada domba dan kambing maupun yang diperolehnya
sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi,
tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara
kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung
di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak,
karbohidrat dan vitamin.
Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap
unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk
mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi
tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang
dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis
proksimat”.
Berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh
domba dan kambing digunakan untuk menunjang kehidupan hewan tersebut termasuk.
Pada domba dan kambing, ada beberapa nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam
proses fisiologis, namun tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dari domba dan
kambing. Nutrisi yang tidak dapat dihasilkan tersebut disebut dengan nutrisi
essensial. Mengingat fungsi yang sangat penting dari nutrisi essensial, maka
kita sebagia calon dokter hewan sebaiknya harus mengetahui lebih banyak
mengenai nutrisi essensial dari hewan dalam hal ini domba dan kambing. Dalam
makalah ini, akan dibahas lebih mendalam mengenai jenis nutrisi essensial dari
domba dan kambing.
1.2. Rumusan Masalah
Jenis nutrisi manakah yang termasuk nutrisi essensial dari
kambing dan domba?
1.3.
Tujuan
Penulisan
1. Memperkaya
pengetahuan dari penyusun.
2. Sebagai
salah satu tugas mata kuliah dietetik klinik,
3. Mengetahui
jenis nutrisi essensial dari domba dan kambing.
4. Mengetahui
manfaat dari masing-masing nutrisi essensial pada domba dan kambing.
BAB II
PEMBAHASAN
Ternak memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,
reproduksi, laktasi, gerak dan kerja. Oleh karena itu pemberian hedaknya
memperhitungkan semua kebutuhan tersebut, atau dengan kata lain , pemnberian
pakan disesuaikan dengan kebutuhan ternak.
Pada domba dan kambing sebagai hewan
ruminansia, mengkonsumsi pakan hijauan dan konsentrat. Dalam pemberian pakan
pada domba dan kambing harus memperhatikan berbagai unsur nutrisi essensial
yang sangat penting dalam proses kehidupan pada domba dan kambing. Nutrien
yang dibutuhkan oleh domba dan kambing antara lain karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral.
2.1. Mineral
Unsur mineral
merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup
disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat
anorganik atau kadar abu. Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan,
mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan
nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga
logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat
menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi
mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca),
fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium
(Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I),
dan selenium (Se).
Logam
nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui
kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari
normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi
makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd),
dan aluminium (Al) (Gartenberg et al. 1990; Darmono 1995; Spears 1999). Berdasarkan
banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral makro dan mineral
mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar,
meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah mineral yang
diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan
dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se.
Tabel 1.Nutrisi
mineral esensial dan jumlahnya dalam tubuh hewan (McDonald et al. 1988; Spears 1999)
Mineral makro
|
g/kg
|
Mineral mikro
|
mg/kg
|
Kalsium(Ca)
|
15
|
Besi (Fe)
|
20−80
|
Fosforus (P)
|
10
|
Seng (Zn)
|
10−50
|
Kalium (K)
|
2
|
Tembaga (Cu)
|
1−5
|
Natrium (Na)
|
1,60
|
Molibdenum (Mo)
|
1−4
|
Klorin (Cl)
|
1,10
|
Selenium (Se)
|
1−2
|
Sulfur (S)
|
1,50
|
Iodin (I)
|
0,30−0,60
|
Magnesium (Mg)
|
0,40
|
Mangan (Mn)
|
0,20−0,60
|
|
|
Kobalt (Co)
|
0,02−0,10
|
2.1.1.Beberapa
Mineral Makro Esensial dan Perannya dalam Tubuh Hewan
a.
Magnesium ( Mg )
Mineral magnesium termasuk
ke dalam jenis mineral makro yang fungsinya sangat penting. 70% dari total Mg
dalam tubuh ternak terdapat dalam tulang atau kerangka tubuh, sedangkan 30%
lainnya tersebar meata dalam berbagai cairan tubuh dan jaringan-jaringan lunak.
Magnesium dibutuhkan oleh sebagai pembentukan berbagai macam system enzim,
berperan juga dalam fungsi metabolism karbohidrat dan sangat
dibutuhkan untuk memperbaiki system saraf. SIstem sistesis protein, asam
nukleat, nukleotida dan lipid juga sangat membutuhkan peran dari magnesium.
b. Calsium
Calsium adalah nutrient kritis yang
terdapat dalam formulasi ransum, untuk semua spesies ternak. Walaupun sebagian
besar calsium dibentuk oleh tubuh terutama pada rangka, dan elemen penting
lainnya seperti jaringan lunak. Defesiensi calsium pada ternak muda akan
mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan perkembangan, dan dapat mengakibatkan
rapuh tulang (rakhitis). Untuk menghasilkan susu yang tinggi kalsium
(Macy et al, 1953 ; Parkash dan Jennes, 1968), ransum untuk kambing
laktasi membutuhkan kalsium tinggi. Fingerling (1911, 1913) menyatakan bahwa
jika kambing tidak memperoleh sejumlah calsium dan phosphor pada makanannya,
maka kambing akan mengambil mineral tersebut dari tempat penyimpanannya yang
mempengaruhi susu dan komposisi susu yang dihasilkan. Jika defisiensi calsium
terjadi selama seminggu, terjadi penurunan susu. Konsumsi kalsium yang tinggi
pada kambing akan disimpan dalam tubuh dan produksi susu meningkat. Selain itu
dilakukan percobaan mengenai interaksi mineral dengan metabolisme kalsium. Percobaan
menggunakan ligated intestinal loopsdalam anaestherized kambing dan
injeksi calsium radioaktif (Gibbons et al, 1972) menunjukkan bahwa kalsium
pada usus halus meningkatkan absorbsi karbohidrat dan oleh rendahnya
konsentrasi sodium pada luminal. Calsium diabsorbsi pada duodenum, jejenum dan
lebih rendah pada ileum.
Pada hewan yang merumput, kondisi
calsium sering menjadi problem Kalsium yang rendah pada ransum berperan
menurunkan produksi susu. Tingkat kalsium pada ransum juga berperan penting
untuk mencegah parturient paresis (milk fever) .
c. Phospor
Phosphor dibutuhkan antara
perkembangan jaringan dan tulang. Defisiensi phosphor akan menghasilkan
pertumbuhan yang lambat, penurunan nafsu makan dan ketidakmampuan; sering
terjadi pada rendahnya phospor di dalam darah. Fingerling (1911) menunjukkan
bahwa kesimpulan umum tentang defisiensi calsium juga mengakibatkan difisiensi
phospor. Defisiensi phosphor , saat konsumsi 1/5 dari keadaan normal, produksi
susu menurun 60%. Penambahan P2O5 dan CaO ke dalam ransum atau pada
tingkat 6 g phosphor dan 14 g calsium akan menghasilkan susu 10% pada 2 minggu
dan 15-25% pada empat minggu dengan ransum yang mengandung isokalori dan
isonitrogenous.
d. Natrium,
Kalium dan Klor
Walaupun keberadaannya dalam jumlah
kecil dalam tubuh, Natrium (Na) Kalium (K) dan Klor (CI) merupakan 2 jenis
mineral yang penting peranannya bagi tubuh. Selain sebagai mineral pembentuk
garam dapur bersama Cl (NaCI), Na sangat penting dalam proses difusi glukosa
dalam tubuh. Besama mineral Kalium (K) Na sangat besar peranannya untuk
fungsi pompa Na+K (Na+K pump) dalam mengatur difusi pasif glukosa dan air
dalam sel tubuh.
Sementara CI selain sebagai pembentuk senyawa
garam dapur, juga sebagai unsur utama pembentuk senyawa asani kiorida (HCI)
yang sangat dibutuhkan dalam inisiasi proses pencernaan protein yang dikenal
dengan proses'denaturasi': Persenyawaan antara Hidrogen (H+) dan
Cl- menciptakan suasana asam dalam lambung yang bersifat membunuh
kuman/bakteri dalam digest shg tidak menimbuikan penyakit pada
temak. Karena merupakan unsur pembentuk garam maka sumber utama kedua
mineral tersebut adalah garam dapur.
Fungsi Na yang dikenal adalah
sebagai Kation utama di dalam cairan ekstrasel, mengatur volume plasma,
keseimbangan asam-basa, fungsi saraf dan otot, serta pembentuk enzim Na+/
K+-ATPase.Metabolisme Na sepenuhnya diatu r oleh hormon aldosteron.
Defisiensi Na dalam ransum umumnya tidak pernah terjadi tapi dapat terjadi pada
keadaan abnormal, yakni penyakit addison yakni suatu penyakit dimana
fungsi adrenal dan aldosteron tidak ada.Apabila konsentrasi Na rendah menimbulkan angiotensin
dalam darah ekskresi aldosteron dari korteks adrenal yang
selanjutnyameningkatkan resorpsi Na+ oleh ginjal akibatnya
terjadi peningkatankehilalangan K melalui urin.
Fungsi utama K dalam tubuh adalah
sebagai Kation utama didalam cairan intrasel; fungsi saraf dan otot, Na+/K+-
ATPase, keseimbangan asam basa. Metabolisme K dalam tubuh juga diatur oleh
hormon aldosteron. Defisiensi K menimbulkan Hipokalemia yang menyebabkan diare,
muntah, asiduria, penyakit cushing, yakni kelebihan steroid. Kelebihan K
(Hiperkalemia) menyebabkan Kerusakan jaringan (infark myokard ) ataupun
kerusakan ginjal dan ulkus usus halus.
Fungsi utama Klor (klorida) adalah
mengatur Keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa, getah
lambung, pergeseran klorida pada transpor HCO3 didalam eritrosit.
2.1.2. Beberapa Mineral Mikro Esensial dan Perannya dalam
Tubuh Hewan
a.
Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro
karena keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses
fisiologis. Di alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida (CuS).Walaupun
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu
kesehatan atau mengakibatkan keracunan.Namun bila terjadi kekurangan Cu dalam
darah dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala umum, pertumbuhan
terhambat, kerusakan tulang, depigmentasi rambut dan bulu, pertumbuhan bulu
abnormal, dan gangguan gastrointestinal (Davis dan Mertz 1987; Baker et al.
1991; Clark et al. 1993).
b.
Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan mineral makro
dalam kerak bumi, tetapi dalam system biologi tubuh merupakan mineral
mikro.Pada hewan, manusia, dan tanaman, Fe termasuk logam esensial, bersifat
kurang stabil, dan secara perlahan berubah menjadi ferro (Fe II) atau ferri (Fe
III).Kandungan Fe dalam tubuh hewan bervariasi, bergantung pada status
kesehatan, nutrisi, umur, jenis kelamin, dan spesies (Dhur et al. 1989;
Graham 1991; Beard et al. 1996).Besi dalam tubuh berasal dari tiga
sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan
di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan (Darmono 1995;
King 2006).Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber
utama.Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme (hemoglobin,
mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan
hemosiderin).Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang
(Brock dan Mainou- Fowler 1986; Desousa 1989; Brown et al. 2004).
c.
Kobalt (Co)
Kobalt (Co) merupakan unsur mineral
esensial untuk pertumbuhan hewan, dan merupakan bagian dari molekul vitamin
B12.Konversi Co dari dalam tanah menjadi vitamin B12 pada makanan hingga
dicerna hewan nonruminansia kadang-kadang disebut sebagai siklus kobalt.Ternak
ruminansia (sapi, domba, dan kambing) memakan hijauan pakan, di mana tanaman
menyerap kobalt dari dalam tanah dan bakteri-bakteri yang ada di dalam lambung
(rumen) menggunakan kobalt dalam penyusunan vitamin B12. Hewan menyerap vitamin
B12 dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh (Davis dan Mertz 1987;
Mills 1987; Darmono 1995)
d.
Iodin (I)
Iodin (I) diperlukan tubuh untuk
membentuk tiroksin, suatu hormon dalam kelenjar tiroid.Tiroksin merupakan
hormone utama yang dikeluarkan oleh kelenjartiroid.Setiap molekul tiroksin
mengandung empat atom iodin (Darmono 1995).Sebagian besar iodin diserap melalui
usus halus, dan sebagian kecil langsung masuk ke dalam saluran darah melalui
dinding lambung.Sebagian iodin masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya 25
kali lebih tinggi dibanding yang ada dalam darah (Mills 1987). Namun bila
jumlah yang sedikit ini tidak terdapat dalam bahan pakan maka ternak akan
kekurangan iodin. Lebih dari setengah iodin dalam tubuh terdapat pada kelenjar
perisai (tiroid). Meskipun sebagian besar iodin tubuh terdapat dalam kelenjar
tiroid, iodin juga ditemukan dalam kelenjar ludah, lambung, usus halus, kulit,
rambut, kelenjar susu, plasenta, dan ovarium (Puls 1994; Stangl et al.
2000).
e.
Seng (Zn)
Seng (Zn) ditemukan
hampir dalam seluruh jaringan hewan. Seng lebih banyak terakumulasi dalam
tulang dibanding dalam hati yang merupakan organ utama penyimpan mineral mikro.Jumlah
terbanyak terdapat dalam jaringan epidermal (kulit, rambut, dan bulu), dan
sedikit dalam tulang, otot, darah, dan enzim (Richards 1989; Puls 1994; Brown et
al. 2004).Seng merupakan komponen penting dalam enzim, seperti
karbonik-anhidrase dalam sel darah merah serta karboksi peptidase dan
dehidrogenase dalam hati.Sebagai kofaktor, seng dapat meningkatkan aktivitas
enzim.Seng dalam protein nabati kurang tersedia dan lebih sulit digunakan tubuh
daripada seng dalam protein hewani.Hal tersebut mungkin disebabkan adanya asam
fitrat yang mampu mengikat ion-ion logam (Mills 1987; Puls 1994; Sharma et
al. 2003).
Tabel 2. Peran mineral mikro esensial dalam tubuh hewan. (McDonald et
al. 1988; Spears 1999)
Mineral
|
Fungsi
|
Sumber
|
Besi (Fe
|
Membentuk hemoglobin dan
mioglobin, bagian dari susunan enzim
|
Telur, tanah, makanan hijauan dan butiran, injeksi besi, babi,
FeSO4
|
Tembaga (Cu)
|
Eritropoiesis Co enzim,
fungsi jantung yang baik, pigmentasi
bulu, reproduksi
|
susunan Bahan makanan dan CuSO4(0,25−0,50%) CuSO4 ditambahkan
pada garam
|
Iodin (I)
|
Membentuk hormon trioksin tiroksin dan kelenjar tiroksin
|
Garam beriodin (kalium
iodida
sebagai komponen esensial pada garam, minyak ikan)
|
Kobalt (Co)
|
Bagian dari vitamin
|
B12 Pelet kobalt (untuk
ruminansia), 0,50 ppm garam kobalt ditambahkan pada ransom (injeksi vitamin
B12 untuk menghilangkan defisiensi kobalt)
|
Seng (Zn)
|
Carbonic anhydrase
|
ZnO atau ZnCO3 ditambahkan pada ransum pakan hijauan
|
2.1.3.
Penyakit Defisiensi Mineral
Mikro Esensial
Penyakit
defisiensi mineral banyak dijumpai pada ternak.Unsur mineral mikro yang
dibutuhkan ternak sering tidak tercukupi dalam pakan.Kandungan unsure tersebut
dalam tubuh sangat sedikit, terutama pada hewan yang hidup liar dan hewan yang
digembalakan atau dikandangkan namun dengan pengelolaan yang kurang baik.
Gartenberg et al. (1990) melaporkan bila tanah tempat hijauan pakan
tumbuh miskin unsur mineral maka ternak yang mengkonsumsi hijauan tersebut akan
menunjukkan gejala defisiensi mineral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
daerah yang kering dengan curah hujan rendah, kandungan mineral dalam tanah dan
tanaman umumnya sangat rendah (Prabowo et al. 1984; Chandra 1985).
Defisiensi mineral pada ternak dapat menimbulkan gejala klinis yang spesifik
untuk setiap mineral, tetapi kadangkadang gejala tersebut hampir mirip,
sehingga untuk menentukan diagnosis penyakit defisiensi mineral perlu dilakukan
analisis kandungan mineral dalam darah (Stuttle 1989; Graham 1991). Penyakit
akibat kekurangan unsure tembaga ditemukan pada beberapa tempat di dunia.
Selain menyebabkan anemia, kekurangan tembaga juga mengakibatkan gangguan pada
tulang, kemandulan, depigmentasi pada rambut dan bulu, gangguan saluran
pencernaan, serta lesi pada syaraf otak dan tulang belakang (Graham 1991; Engle
et al. 2001; Sharma et al. 2003; Chung et al. 2004).
Penyakit
defisiensi tembaga juga disebut enzootik ataksia, yang ditemukan pada
anak domba di Australia.Falling disease juga ditemukan di Australia,
suatu penyakit akibat defisiensi tembaga yang menahun karena ternak
mengkonsumsi hijauan pakan yang kadar tembaganya rendah (Clark et al.
1993; Chung et al. 2004). Penambahan garam tembaga sulfat pada ransum
dapat mencukupi kebutuhan ternak serta mencegah pertumbuhan aspergilosis pada
pakan yang basah (Yost et al. 2002). Unsur besi merupakan komponen utama
dari hemoglobin (Hb), sehingga kekurangan besi dalam pakan akan mempengaruhi
pembentukan Hb. Sel darah merah muda (korpuskula) mengandung Hb yang diproduksi
dalam sumsum tulang untuk mengganti sel darah merah yang rusak. Dari sel darah
merah yang rusak ini besi dibebaskan dan digunakan lagi dalam pembentukan sel darah
merah muda (Cook et al. 1992; Puls 1994; Inoue et al. 2002; Brown
et al. 2004).Anemia karena defisiensi besi banyak ditemukan pada anak
babi yang dikandangkan dan tidak pernah kontak dengan tanah.Gejala yang muncul
adalah nafsu makan berkurang dan pertumbuhan terhambat (Beard et al 1996).
Kekurangan
zat besi dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan besi dalam saluran
pencernaan.Bila cadangan besi tidak mencukupi dan berlangsung terusmenerus maka
pembentukan sel darah merah berkurang dan selanjutnya menurunkan aktivitas
tubuh (Cook et al. 1992).Penyuntikan garam besi dapat mencegah
kekurangan besi pada ternak (Ahmed et al. 2002). Pada hewan ruminansia
yang memakan rumput yang kurang mengandung unsur kobalt, gejala akan timbul
beberapa bulan kemudian, karena hewan memiliki cadangan vitamin B12 dalam hati
dan ginjal sebagai sumber kobalt. Namun bila keadaan ini terus berlanjut,
ternak akan mengalami defisiensi kobalt sehingga nafsu makan berkurang, bobot
badan menurun, pika, anemia, dan akhirnya mati (Graham 1991; Puls 1994; Stangl et
al. 2000). Para peneliti menduga kobalt memiliki peran penting dalam
pertumbuhan bakteri dalam rumen.Vitamin B12 mengandung 4% kobalt sebagai bagian
esensial dari vitamin tersebut.Penyebab utama defisiensi kobalt pada ternak ruminansia
adalah kekurangan vitamin B12 karena sintesis vitamin tersebut dalam rumen
menurun (Hetzel dan Dunn 1989; Kennedy et al. 1991).
Defisiensi
iodin sering terjadi padaanak sapi, anak domba, dan anak babi dari induk yang
ransumnya kekurangan iodin.Hal ini sering terjadi pada daerah yang tanahnya
miskin iodin.Pada anak babi, gejala yang timbul adalah bulu rontok, badan
lemah, kulit menebal, dan leher membengkak (McDonald et al. 1988; Tabel
3). Pada anak kuda gejalanya adalah tidak dapat berdiri dan menyusu, serta pada
burung, ikan dan mamalia lain tiroidnya membesar (Hetzel dan Dunn 1989; Graham
1991). Pada hewan yang kekurangan iodin, produksi tiroksin pada kelenjar tiroid
menurun, yang dicirikan oleh pembesaran kelenjar tiroidea yang disebut goiter
endemis. Karena kelenjar tiroidea terdapat pada leher maka pada hewan yang
menderita defisiensi iodin akan terjadi pembengkakan pada leher. Penyakit ini
dapat mengganggu daya reproduksi akibat fungsi tiroid menurun.Bila induk
melahirkan anak maka anak yang dilahirkan tidak berbulu, lemah, dan mati muda
(Graham 1991; Sandstead et al. 1998). Pemberian pakan tambahan yang
mengandung kobalt dapat menghindarkan ternak dari kekurangan kobalt (Puls 1994).
Defisiensi
seng sering ditemukan pada anak ayam, dengan gejala pertumbuhan terganggu,
tulang kaki memendek dan menebal, sendi kaki membesar, penyerapan makanan
menurun, nafsu makan hilang, dan dalam keadaan parah menyebabkan kematian
(Fraker et al. 1986; Moulder dan Steward 1989; Darmono 1995).Pada babi,
akibat defisiensi seng yang penting adalah dermitis yang disebut
parakeratosis.Penyakit tersebut ditandai dengan luka-luka pada kulit,
pertumbuhan terganggu, kelemahan, muntah-muntah, dan kegatalan.
Defisiensi
seng pada anak sapi ditandai dengan peradangan pada hidung dan mulut,
pembengkakan persendian, dan parakeratosis (Mills 1987; Darmono dan Bahri
1989). Di beberapa daerah di Jawa, terutama pesisir pantai utara Jawa Tengah
dan Jawa Timur, kandungan Zn dalam tanah rendah, sehingga ternak yang
digembalakan di daerah tersebut akan mengalami defisiensi seng (Prabowo et
al. 1984). Defisiensi seng dapat mengganggu penghancuran mikroba (ingestion)
dan fagositosis, juga menghambat penyembuhan luka.Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya kejadian infestasi parasit cacing nematoda (Fraker et al.
1986; Sandstead et al.)
Tabel 3.Defisiensi logam mikro esensial dalam tubuh (McDonald et al. 1988).
Mineral
|
Defisiensi
|
Gejala
|
Besi (Fe)
|
Anemia Diarrhea, kelelahan,
|
nafsu makan hilang
|
Tembaga (Cu)
|
Malnutrisi, anemia, neutropenia
|
Nafsu makan terganggu,
pertumbuhan terhambat, diarrheaosteomalesi, rambut dan bulu memucat, jalan
ataxis
|
Iodin (I)
|
Produksi tiroksin pada glandula tiroid menurun pembengkakan
pada leher
|
Pembesaran leher pada
anak sapi dan domba, gondok, anak babi tanpa bulu dan anak domba tanpa wol,
anak sapi daya hidup tidak ada
|
Kobalt (Co)
|
Defisiensi vitamin B12
|
Kehilangan nafsu makan,
kelemahan,
kekurusan, bulu kasar, anemia, kerusakan reproduksi
|
Seng (Zn)
|
Penyakit genetik, stress, traumatik imunitas anorexia
|
Pertumbuhan terganggu, parakeratosis pada, depresi babi,
peradangan pada hidung dan mulut pada anak sapi, ayam bulu kasar, daya tetes
rendah
|
2.2. Protein
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang
paling utama") adalah senyawa
organik kompleks berbobot
molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan kadang kala sulfur serta
fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk
hidup dan virus.
Tubuh ternak memerlukan protein
untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi.
Protein didalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan, Pada hewan,
protein merupakan bagian terpenting dari jaringan-jaringan tubuh. Protein adalh
esensial bagi kehiupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam
semua sel hidup. Akan tetapi hewan tidak bisa membuat protein dari zat-zat
anorganis seperti halnya tumbuhan.
Oleh karena itu, hewan perlu
mendapatkan protein dari bahan pakan. Bila di dalam pakan tidak terdapat cukup
protein, maka tubuh hewan tidak dapat membuat dan memelihara jaringan tubuh.
Akibatnya pertumbuhan terganggu dan penimbunan daging turun. Fungsi protein
dalam tubuh termasuk : (1) memperbaiki jaringan, (2) pertumbuhan dan jaringan
baru, (3) metabolisme (deaminasi) untuk energi, (4) metabolisme kedalam zat-zat
vital dalam fungsi tubuh (zat-zat vital tersebut temasuk zat anti darah yang
menghalangi infeksi, (5) enzym-enzym yang esensial bagi fungsi tubuh yang
normal dan (6) hormon-hormon tertentu.
Penyusunan
ransum diperlukan tambahan protein (asam amino sintetik) atau protein
supplement yang kaya akan kandungan asam-asam amino essensial.
a.
Metionin
Metionin adalah asam amino yang dipakai
dalam me,nmbawa sulfitr ke selunth sel tubuh ternak, sedangkan sistin adalah
bentuk akhir yang sukar digmmnakan dan sistein adalah bentuk antara.
Pertumbuhan atau kenaikan bobot badan disebabkan adanya retensi nitrogen yang
positif. Retensi nitrogen yang positif berkorelasi sangat nyata dengan konsumsi
asam amino metionin.
Proses-proses metabolisme yang
menyangkut pertumbuhan/kenaikan bobot badan, aktivitas enzim maupun hormon,
sangat ditentukan oleh tersedianya asam amino esensial metionin. Proses
pembentukan enzim, hormon maupun kenaikan bobot badan sangat bergantung pada
kuualitas ransum. Kualitas ransum akan mempengaruhi jumlah maupun kualitas zat
makanan yang dikonsumsi, sehingga hag ini akan berpengaruh pula terhadap
kualitas asam amino yang diperoleh, tenitama asam amino metionin. Dengan
perkataan lain hormon maupun enzim yang berasal dari turunan asam amino
metionin sangat berperan dalam metabolisme ternak
b.
Arginin
(Arg)
Asam amino arginin memiliki kecenderungan basa
yang cukup tinggi akibat eksesi dua gugus amina pada
gugus residunya. Asam amino ini tergolong setengah esensial bagi manusia
dan mamalia lainnya, tergantung pada tingkat perkembangan atau
kondisi kesehatan.
c.
Histidin
(His)
Histidina merupakan
satu dari 20 asam amino dasar yang ada dalam protein. Histidina menjadi prekursor histamin, suatu
amina yang berperan dalam sistem saraf,
dan karnosin, suatu
asam amino.
d.
Isoleusin
(Ile)
Isoleusina adalah
satu dari asam amino penyusun protein yang dikode oleh DNA. Rumus kimianya
sama dengan leusinhidrofobik (tidak
larut dalam air) dan esensial bagi ternak.
e.
Leusin
(Leu)
Leusina
merupakan asam amino yang paling umum dijumpai pada protein. Ia mutlak diperlukan dalam perkembangan dan dalam kesetimbangan nitrogen . Ada dugaan bahwa leusina berperan dalam menjaga
perombakan dan pembentukan protein otot.
f.
Lisin
(Lys)
Lisina (bahasa
Inggris lysine) merupakan asam amino penyusun protein yang dalam pelarut air bersifat
basa, seperti juga histidin. Lisina menjadi kerangka bagi niasin(vitamin B1).
g.
Metionin
(Met)
Metionina,
bersama-sama dengan sistein, adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini penting dalam sintesis protein (dalam
proses transkripsi, yang menerjemahkan urutan basa nitrogen di DNA untuk
membentuk RNA) karena kode untuk metionina sama dengan kode awal (start) untuk suatu
rangkaian RNA. Biasanya, metionina awal ini tidak akan terikut dalam protein
yang kelak terbentuk karena dibuang dalam proses pascatranskripsi. kacang-kacangan (kapri, pistacio,
kacang mete, kacang merah, tahu, tempe).
h.
Fenilalanin
(Phe)
Fenilalanina adalah
suatu asam amino penting dan banyak terdapat pada
makanan, yang bersama-sama dengan asam amino tirosin dan triptofan merupakan kelompokasam amino aromatik yang memiliki cincin benzena.Fenilalanina
bersama-sama dengan taurin dan triptofan merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampai pesan (neurotransmitter)
pada sistem saraf otak.
i.
Treonin
(Thr)
j.
Tritofan
(Trp)
Triptofan merupakan
satu dari 20 asam amino penyusun protein. Bentuk yang umum pada
mamalia adalah, seperti asam amino lainnya, L-triptofan. Meskipun demikian
D-triptofan ditemukan pula di alam (contohnya adalah pada bisa ular laut kontrifan).
k.
Valin
(Val)
Valina adalah salah satu dari 20 asam amino penyusun protein yang dikode oleh DNA. Dalam ilmu gizi,
valina termasuk kelompok asam amino esensial. Namanya berasal dari nama tumbuhan
valerian (Valeriana officinalis).
2.2.1.
Penyakit Defisiensi Protein
Defisiensi
protein atau salah satu dari asam-asam amino esensial akan mengakibatkan penurunan
pertumbuhan sesuai dengan derajat defisiensinya. Pada unggas defisiensi protein
yang hebat atau defisiensi sebuah asam amino tunggal menyebabkan segera
berhentinya pertumbuhan dan kehilangan pertumbuhan rata-rata 6-7 % dari berat
badan perhari. Ketidakseimbangan asam amino dapat diperlihatkan dengan ransum
yang sangat rendah kadar proteinnya hal ini biasanya berdampak pada kekurangan
asam amino metionin dan lysin.
Pakan yang mengandung asam amino
yang seimbang akan mempunyai nilai biologis protein yang lebih baik. Protein
dapat dicerna sehingga asam amino dapat diserap tubuh dan lebih banyak
diretensi oleh tubuh ternak.Asam amino yang sering ditambahkan dalam ransum
unggas antara lain Lysine HCL dan D.L methionin. Sedangkan pada ternak
Ruminansia protein supplemen diberikan dapat berupa pakan penguat atau
konentrat dengan kandungan protein yang tinggi yang berasal dari biji bijian,
seperti jagung, menir, bilgur, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dll.
Ruminansia mempunyai memanfaatkan sumber nitrogen bukan protein (NPN), sehingga
dalam ransum dapat ditambahkan urea sebagai sumber nitrogen untuk membantu
sintesis protein mikobia. Akan tetapi, urea sebagai bahn pakan hanya bisa
diberikan kepada sapi dalam jumlah yang terbatas, yakni 2% dari keseluruhan ransum
yang diberikan. Urea mengandung 45% N. Dengan bantuan mikroorganisme didalam
rumen, N bisa diurai dan diikat menjadi protein yang bermanfaat.
2.3.
Karbohidrat
Karbohidrat
merupakan sumber energi yang utama bagi ruminansia. Sumber karbohidrat berasal
dari hijauan pakan ternak dan konsentrat yang di susun dari biji-bijian dan
limbah pertanian. Biji-bijian semacam jagung, sorgum, gandum dan barley
merupakan bahan pakan sumber karbohidrat. Di Indonesia juga terdapat sumber
karbohidrat seperti gaplek, onggok, dedak dll.
Karbohidrat
dapat di klasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu monosakarida, disakarida,
trisakarida, poliskarida dan mixed polisakarida. Unit dasar
karbohidrat adalah gula sederhana, yaitu heksosa karena setiap
molekul mengandung enam atom karbon. Sedikitheksosa bebas dapat di
temukan pada tanaman. Hexosa terdiri
dari glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa.
Sebagian
besar karbohidrat adalah bentuk disakarida, yang merupakan kombinasi dua
gula heksosa atau polisakarida-polimer beberapa molekul heksosa. Disakarida yang
paling penting dijumpai di alam adalah sukrosa, maltosa,
laktosa dan selobiosa. Lakstosa adalah gula yang
dijumpai pada air susu, sedang sukrosa terdapat pada sebagian besar tanaman.
Polisakarida seperti pati, selulosa, merupakan komponen penting dalam
ransum ternak ruminansia. Selulosa merupakan persenyawaan organik
dengan hemiselulosa dan lignin yang banyak terdapat di alam. Hampir
50% bahan organik pada tanaman terdiri dariselulosa. Pada ternak unggas tidak
bisa mencerna selulosa karena tidak memiliki enzimselulase, pada
ternak ruminansia enzim selulase di produksi oleh mikroba di dalam
rumen sehingga mampu mencerna selulosa. Pencernaan karbohidrat akan
menghasilkan Volatil Fatty Acyd (asam lemak terbang) yang disingkat
dengan VFA. VFA terdiri dari sebagian besar asam
asetat, propionat dan butirat dan sebagian kecil asam
format, isobutirat, valerat, isovalerat dan kaproat. Percernaan
karbohidrat menghasilkan limbah berupa gas methan yang di keluarkan ternak
melalui proses sendawa.
2.3.1.
Fungsi Karbohidrat
a.
Sumber energi
Karbohidrat
merupakan sumber energi terbesar bagi tubuh. Satu karbohidrat menghasilkan 4
kilokalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah
sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagiannya disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak
untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.
b.
Penghemat protein
Jika karbohidrat
makanan tidak mencukupi, maka protein digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
dan protein tersebut tidak lagi berfungsi sebagai zat pembangun. Sebaliknya,
bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat
pembangun.
c.
Pengatur metabolisme lemak
Karbohidrat
dapat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna sehingga dapat
menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam
beta-hidroksi-butirat. Bahan-bahan tersebut dibentuk dalam hati dan dikeluarkan
melalui urine dengan mengikat basa berupa ion natrium. Proses pengeluaran ini
dapat menyebabkan ketidakseimbangan natrium dan dehidrasi, serta pH cairan
tubuh menurun. Keadaan ini menimbulkan ketosis atau asidosis yang dapat
merugikan tubuh. Oleh karena itu, kita membutuhkan karbohidrat antara 50-100
gram perhari untuk mencegah ketosis.
d.
Membantu pengeluaran feses
Karbohidrat membantu pengeluaran
feses dengan mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk pada
feses. Selulosa dalam makanan mengatur peristaltik usus, sedangkan
hemiselulosa dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar sehingga
memberi bentuk pada sisa makanan yang akan dikeluarkan.
2.4.
Lemak
Lemak murni merupakan ester
glycerol yang memiliki asam lemak rantai panjang dan merupakan
persenyawaan karbon, hydrogen dan oksigen. Persenyawaan oksigennya lebih rendah
dibanding karbohidrat sehingga energi lebih tinggi (2,25 kali lipat) dari
karbohidrat dan protein. Perbedaan lemak dan minyak pada bentuknya, pada suhu
normal lemak berbentuk padat sedang minyak berbentuk cair.
Molekul lemak terdiri
dari glycerol dan kombinasi dengan 3 asam lemak. Asam lemak terdiri
dari caprilat, caprat, laurat, miristat, palmitat, palmitoleat, stearat,
oleat, linoleat, linolenat, arachidonat, gadoleat, behenat, eurat, lignocerat.
Pada ternak ruminansia lemak di
dapat dari hijauan makanan ternak (3% kandungan lemak). Akan tetapi
karena konsumsi hijauan cukup banyak maka konsumsi absolut lemak relatif banyak
pula. Bentuk lipida dalam daun
adalah galaktoserida dan digalakto glicerida.Pemberian pakan konsentrat
pada ternak ruminansia juga akan memberikan suplai lemak.Lemak pada konsentrat
kebanyakan dalam bentuk trigliserida
Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Asam
lemak jenuh hanya memiliki ikatan
tunggal di
antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit
satu ikatan ganda di antara atom-atom
karbon penyusunnya. Pakan hijauan dan biji-bijian umumnya berbentuk lemak
tidak jenuh. Pada rumen terjadi proses hidrolisa ikatan ester dan biohidogenasi
asam lemak jenuh. Hidrolisis lemak trigliserida, phospholipin dan glycolipid
oleh lipase asal mikroba akan membebaskan asam-asam lemak bebas, sehingga
galaktosa (gula) dan gliserol akan difermentasi menghasilkan VFA (asam lemak
bebas). Asam lemak tak jenuh (linoleat dan linolenat) akan dipisahkan dari
kombinasi ester melalui proses biohidrogenasi oleh bakteria menghasilkan asam
stearat.
Ilmu nutrisi menggolongkan asam lemak ke-dalam dua kelompok, yaitu asam
lemak esensial dan nonesensial. Asam lemak esensial (EFA) adalah asamlemak yang
ini harus disediakan dalam makanan, karena hewan tidak mampu untuk
mensintesisnya. Asam lemak tersebut berasal dari asam lemak dari serilinoleic
(seri -6) dan linolenic (-3).
Pada hewan,-6 (linoleat) mempunyai
aktivitas asam lemak essensial(EFA) yang sangat penting, sedangkan -3 (lenolenic) hanya
mempunyai aktivitas EFA yang parsial. Karena itu asam lemak PUFA ( polyunsaturated fatty acid)
yang dominan dalam jaringan hewan adalah seri linoleic, yaitu asam linoleic
(asam linoleat) 18:2-6 dan asam arakidonat
20:4 -6.
2.4.1
Defisiensi asam lemak essensial
Semua ternak yang diuji dengan
diberi makanan yang kurang asam lemakesensial menunjukkan pertumbuhan yang
menurun serta efisiensi konversi pakanyang rendah
2.5
Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang
esensial untuk pertumbuhan dan dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit. Penyakit
yang disebabkan oleh kekurangan vitamin disebut avitaminosis atau
hypovitaminosis.
`2.5.1.
Vitamin yang Larut Dalam Lemak
a.
Vitamin A (Retinol)
Vitamin A terlibat dalam sistem
penglihatan dan pengelolaan jaringan epitel di seluruh permukaan tubuh bagian
luar maupun bagian dalam serta berbagai kelenjar endokrin/gonad. Peran vitamin
A juga membantu pembentukan protein.
Pakan ternak terdiri dari bahan
nabati dan hewani. Pada bahan hewani terdapat vitamin A sejati, sedang pada
pakan nabati terdapat provitamin A yang berawal dari caroten. Provitamin A
tersebut akan diubah menjadi vitamin A oleh ternak.
Untuk ternak ruminansia disaran
kandungan vitamin A dalam pakan sebesar 1200 IU/Kg ransum kering untuk ternak
yang sedang tumbuh, sedang untuk ternak betina laktasi dan pejantan disarankan
3900 IU per kg ransum kering.
Pada ternak ruminansia gejala
defisiensi lebih banyak pada ternak muda yang cepat pertumbuhannya dibanding
ternak tua. Gejala defisiensi pada sapi sebagai berikut: anoreksia diikuti
dengan buta malam, diare yang parah, tidak ada koordinasi dalam bergerak,
banyak airmata dan ingus, konvulsi, buta permanen, kornea mata pecah,
pertumbuhan terganggu, berat badan menurun, dan bulu kulit kasar. Kelebihan
vitamin A akan menyebabkan ternak keracunan. Pada sapi keracunan pada dosis
17.000 IU per kg ransum kering. Keracunan pada ruminansia menyebabkan
menurunnya aktifitas enzim pada metabolisme energi sehingga mempengaruhi proses
pertumbuhan.
b.
Vitamin D (Ergocalciferol)
Vitamin D memiliki banyak bentuk,
tetapi yang penting bagi ternak adalah D2 (ergocalciferol) dan
D3 cholecalcifero). Vitamin ini berfungsi dalam penyerapan vitamin Ca dan
P dan proses kalsifikasi dalam pertumbuhan tulang. Secara umum vitamin D
dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan Dengan bantuan sinar ultra violet
matahari tubuh ternak dapat mengubah provitamin D menjadi vitamin
D. Prinsip ini dimanfaatkan peternak dalam membangun arah kandang
yaitu agar dapat memanfaatkan sinar matahari untuk membantu proses pembentukan
vitamin D. Namun dengan berkembangnya vitamin sintesis teori tersebut tidak
selalu mutlak diterapkan dan ditambah penemuan bahwa lampu listrik (Neon) dapat
mengganti peran sinar matahari.
c.
Vitamin E (Alfa tokoferol)
Terdapat 7 vitamin E,
tetapi alpha tokoferol adalah yang paling banyak penyebarannya pada
bahan pakan ternak. Vitamin E berfungsi menjaga kesuburan ternak atau
antisteril. Peran vitamin E sebagai zat makanan yang vital dalam metabolisme
urat daging/syaraf, kontraksi urat daging, sirkulasi, respirasi, pencernaan,
ekskresi, pertumbuhan, konversi kanan dan reproduksi.
Sumber vitamin E adalah pakan hijuan dan
biji-bijian. Hijauan segar mengandung 100-200 mg/kg vitamin E, jagung kuning 25
mg/kg, juwawut 11 mg/kg, dn gandum 2-3 mg/kg. Nampak bahwa hijuan lebih banyak
mengandung vitamin E dibanding biji-bijian. Karena vitamin E tidak stabil maka
disarankan menambahkan premix mineral untuk suplai vitamin E.
2.5.2.
Vitamin Yang Larut Dalam Air
Vitamin
yang larut dalam air terdiri dari B1, B2, B6, niacin, biotin, B12, asam folat
dan C. masing-masing manfaat dan gejala defisiensi dijelaskan sbb:
a. Pyrodoxin
(B6)
Vitamin B6 berfungsi sebagai koensim
yang membantu proses metabolisme protein.Sehingga perannya esensial dalam
proses pertumbuhan. Sumber B6 adalah pakan berasal dari hewani, bungkil
kedelai, dan biji-bijian. Dalam kondisi normal jarang terjadi defisiensi B6
kecuali jika pakan rusak atau bahan pakan dipalsukan.
b.
Kolin (Choline)
Kolin merupakan substansi esensial
dalam pembentukan dan pemeliharaan struktur sel dan metabolisme lemak dalam
hati. Kolin terdiri dari komponen asetil kolin yang berperan pada mediator
dalam aktivitas urat syaraf. Pembentukan asetil kolin yang penting dalam
transmisi impuls syaraf membutuhkan kolin.
Pada ternak ruminansia kolin
disintesa oleh mikroba rumen. Hasil suatu percobaan pada ternak sapi pedaging,
dengan penambahan kolin sebanyak 500 mg per kg ransum akan meningkatkan total
mikroba rumen, produksi gas dan VFA (Volatil Fatty Acid). Hasil yang
diperoleh adalah kenaikan berat badat 7% dan efisiensi pakan 2,5%.
Tabel 5. Ringkasan Gejala
Defisiensi Vitamin (Parakkasi, 1999)
No
|
Vit
|
Ruminansia
|
1
|
A
|
Anoreksia diikuti
dengan buta malam, diare yang parah, tidak ada koordinasi dalam bergerak,
banyak airmata dan ingus, konvulsi, buta permanen, kornea mata pecah,
pertumbuhan terganggu, berat badan menurun, dan bulu kulit kasar
|
2
|
D
|
Gangguan tulang dan
riketsia pada sapi muda, menurunnya Ca dan P darah dengan tanda klinis
sendi-sendi membengkak dan kaku, anorexia, respirasi cepat, iritabilitas,
tetany, kelemahan, konvulsi, dan pertumbuhan terhambat
|
3
|
E
|
Pertumbuhan menurun,
konversi makanan menurun, reproduksi rendah, langkah tidak terkoordinasi,
syaraf tidak terkoordinasi,
|
4
|
K
|
Jika terjadi luka
darah sukar untuk membeku protombin dalam darah rendah
|
5
|
B1
|
Buta, urat daging
tremor, gigi gemeretak, opisthotonus dan konvulsi.
|
6
|
B2
|
anoreksia, lakrimasi,
salivasi berlebihan, diare, sakit disudut mulut, bulu rontok, dan dapat mati
|
7
|
Niacin
|
Pertumbuhan terganggu
|
8
|
B6
|
Pertumbuhan terganggu
|
9
|
biotin
|
Pertumbuhan terganggu
|
10
|
Asam folat
|
Pertumbuhan terganggu
|
11
|
B12
|
Propionat dab asetat
dalam darah yang akan menyebabkan menurunnya nafsu makan 40-70%.
|
12
|
Kolin
|
Sistem syaraf
terganggu
|
13
|
C
|
Stress
|
2.6 Air
Air merupakan nutrisi yang penting
bagi ternak. Kebutuhan air sangat tergantung dari temperatur lingkungan dan kelembaban
relatif dan komposisi pakan ternak, tingkat pertumbuhan, dan efisiensi ginjal.
Jumlah air yang dikonsumsi diperkirakan 2 kali lebih banyak dari pakan yang
dikonsumsi berdasarkan berat pakan, tetapi konsumsi air pada kenyataannya
sangat bervariasi. Proporsi air sebesar 2/3 bagian dari masa seekor
ternak, dengan berbagai peran dalam kehidupan ternak.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam pemberian pakan pada domba dan kambing harus memperhatikan
berbagai unsur nutrisi essensial yang sangat penting dalam proses kehidupan
pada domba dan kambing. Nutrien yang dibutuhkan oleh domba dan kambing
antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta
mineral.
DAFTAR PUSTAKA
Pantoro, Sayoga Kristian. 2007.
Kadar Protein dan Profil Asam Amino Kambing Peranakan Etawa (Pe) Jantan dan Kambing
Peranakan Boer (Pb) Kastrasi [skripsi]. Malang: Fakultas peternakan,
universitas brawijaya. Tersedia pada:
Kuswandi.Pertimbangan
Dalam Pemanfaatan Sumber Protein Pada Domba Yang Sedang Bertumbuh. Lokakarya
Nasional Domba dan Kambing: Strategi Peningkatan Produksi dan Mutu Bibit Domba
dan Kambing. Bogor: Balai Penelitian Ternak. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/plokam07-17.pdf
Anonym.Pakan dan nutrisi ternak.
Tersedia pada: http://staff.unud.ac.id/~sampurna/wp-content/uploads/2013/09/pakan-dan-nutrisi.pdf
Darmono.Penyakit defisiensi mineral
pada ternak ruminansia dan upaya pencegahannya. Bogor: balai besar penelitian
veteriner. Ersedia pada: http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/eng/attachments/217_9.pdf
widodo,
eko. Vitamin. Tersedia pada: http://fapetukama.files.wordpress.com/2011/12/pert-5-mineral-vitamin.pdf
arifin,
zainal. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam system biologi dan metode
analisisnya. Bogor: balai besar penelitian veteriner. Tersedia pada: http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3273084.pdf
Karto,
Abdurrays Ambar. Peran dan Kebutuhan Sulfur pada Ternak Ruminansia. Bogor:
Balai Penelitian Ternak. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo82-2.pdf
Sari AP, Nurjannah ST, Syafar MA, Arman M, Akbar K, Adiatma R, Massolo R,
Natsir Z. 2013. MAKALAH ILMU NUTRISI TERNAKLEMAK
DAN LIPID. MAKASSAR: universitas hasanuddin. Tersedia pada: http://www.academia.edu/5471304/Makalah_LEMAK_dan_LIPID_-_Ilmu_Nutrisi
Anonym. 2012. Menyegarkan
kembali pengertian tentang vitamin pada unggas sebagai nutrisi esensial, dan
mencermati paradigma Optimum Vitamin Nutrition (OVN) menurut nutrisionis dunia.
Universitas muhammadiyah malang. Tersedia pada: http://peternakan.umm.ac.id/id/umm-news-2636-menyegarkan-kembali-pengertian-tentang-vitamin-pada-unggas-sebagai-nutrisi-esensial-dan-mencermati-paradigma-optimum-vitamin-nutrition-ovn-menurut-nutrisionis-dunia.html
Anonym.Beberapa
terminology pakan ternak. Tersedia pada: http://www.google.com/url?sa=D&q=http://staff.unud.ac.id/~sampurna/wp-
anonym.
2013. Dasar budidaya ternak ruminansia besar. Tersedia pada: http://rofian94.blogspot.com/2013/03/dasar-budidaya-ternak-ruminansia-besar.html
anonym.
2013. Susu kambing yang terlupakan. Tersedia pada: http://new.dapenda.co.id/susu-kambing-yang-terlupakan/
sartika.
2012. SISTEM PENCERNAAN MAKANAN
RUMINANSIA (RUMINANTS DIGESTIVE SYSTEM). tersedia pada: http://biosubject.wordpress.com/2012/12/25/sistem-pencernaan-makanan-ruminansia-ruminants-digestive-system/
Alwi,
Windawati. 2013. Penggolongan dan fungsi karbohidrat dalam ruminansia. Tersedia
pada: http://winwinalwi.blogspot.com/2013/02/penggolongan-dan-fungsi-karbohidrat.html
Wibowo
MR, Pratiwi PT. 2009. Mineral. Surakarta: fakultas pertanian universitas
sebelas maret. Tersedia pada: http://xa.yimg.com/kq/groups/21827171/476837860/name/pangan+gizi.doc
Anonym.
2011. Mineral untuk ruminansia. Tersedia pada: http://medeslakapuyahoocom.blogspot.com/2011/10/modul-7-mineral-untuk-ternaknon.html
Rahmani,
yulia. 2013. Daging domba dan kambing. Tersedia pada: http://rachmaniyulia.wordpress.com/2013/06/18/daging-domba-dan-kambing-2/
Anonim.
2007. Segudang gizi susu kambing. Tersedia pada: http://fapertaumy.wordpress.com/2007/05/11/segudang-gizi-susu-kambing-2/
Prayitno,
edi.Protein supplement. Tersedia pada: http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/02/protein-supplement.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar