Jumat, 04 April 2014

NUTRISI ESENSIAL PADA DOMBA DAN KAMBING

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
            Setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi dalam kehidupannya, termasuk hewan dalam hal ini domba dan kambing. Nutrisi adalah apa yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsi oleh hewan. Secara simpelnya ternak termasuk domba dan kambing harus mengkonsumsi pakan yang memiliki nilai nutrisi yang seimbang. Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha peternakan, bahkan dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan tergantung pada manajemen pakan. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis ternak. Pakan harus mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh domba dan kambing antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral.
Bahan pakan harus seimbang dalam menyediakan zat makanan yang dapat digunakan untuk membangun dan menggantikan bagian tubuh yang rusak, serta memberikan energi untuk produksi seperti susu, daging, dan wool.
Setiap bahan pakan domba dan kambing, baik yang sengaja kita berikan kepada domba dan kambing maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
Berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh domba dan kambing digunakan untuk menunjang kehidupan hewan tersebut termasuk. Pada domba dan kambing, ada beberapa nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam proses fisiologis, namun tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dari domba dan kambing. Nutrisi yang tidak dapat dihasilkan tersebut disebut dengan nutrisi essensial. Mengingat fungsi yang sangat penting dari nutrisi essensial, maka kita sebagia calon dokter hewan sebaiknya harus mengetahui lebih banyak mengenai nutrisi essensial dari hewan dalam hal ini domba dan kambing. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih mendalam mengenai jenis nutrisi essensial dari domba dan kambing.

1.2.   Rumusan Masalah
Jenis nutrisi manakah yang termasuk nutrisi essensial dari kambing dan domba?

1.3.   Tujuan Penulisan
1.      Memperkaya pengetahuan dari penyusun.
2.      Sebagai salah satu tugas mata kuliah dietetik klinik,
3.      Mengetahui jenis nutrisi essensial dari domba dan kambing.
4.      Mengetahui manfaat dari masing-masing nutrisi essensial pada domba dan kambing.

BAB II
PEMBAHASAN
Ternak memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, gerak dan kerja. Oleh karena itu pemberian hedaknya memperhitungkan semua kebutuhan tersebut, atau dengan kata lain , pemnberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan ternak.
            Pada domba dan kambing sebagai hewan ruminansia, mengkonsumsi pakan hijauan dan konsentrat. Dalam pemberian pakan pada domba dan kambing harus memperhatikan berbagai unsur nutrisi essensial yang sangat penting dalam proses kehidupan pada domba dan kambing. Nutrien yang dibutuhkan oleh domba dan kambing antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral.

2.1. Mineral
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk  proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se).
Logam nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al) (Gartenberg et al. 1990; Darmono 1995; Spears 1999). Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se.

Tabel 1.Nutrisi mineral esensial dan jumlahnya dalam tubuh hewan (McDonald et al. 1988; Spears 1999)
Mineral makro
g/kg
Mineral mikro
mg/kg
Kalsium(Ca)
15
Besi (Fe)
20−80
Fosforus (P)
10
Seng (Zn)
10−50
Kalium (K)
2
Tembaga (Cu)
1−5
Natrium (Na)
1,60
Molibdenum (Mo)
1−4
Klorin (Cl)
1,10
Selenium (Se)
1−2
Sulfur (S)
1,50
Iodin (I)
0,30−0,60
Magnesium (Mg)
0,40
Mangan (Mn)
0,20−0,60


Kobalt (Co)
0,02−0,10

2.1.1.Beberapa Mineral Makro Esensial dan Perannya dalam Tubuh Hewan
a.      Magnesium ( Mg )
Mineral magnesium termasuk ke dalam jenis mineral makro yang fungsinya sangat penting. 70% dari total Mg dalam tubuh ternak terdapat dalam tulang atau kerangka tubuh, sedangkan 30% lainnya tersebar meata dalam berbagai cairan tubuh dan jaringan-jaringan lunak. Magnesium dibutuhkan oleh sebagai pembentukan berbagai macam system enzim, berperan juga dalam fungsi metabolism  karbohidrat  dan sangat dibutuhkan untuk memperbaiki system saraf. SIstem sistesis protein, asam nukleat, nukleotida dan lipid juga sangat membutuhkan peran dari magnesium.
b.      Calsium
Calsium adalah nutrient kritis yang terdapat dalam formulasi ransum, untuk semua spesies ternak. Walaupun sebagian besar calsium dibentuk oleh tubuh terutama pada rangka, dan elemen penting lainnya seperti jaringan lunak. Defesiensi calsium pada ternak muda akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan perkembangan, dan dapat mengakibatkan rapuh tulang (rakhitis). Untuk menghasilkan susu yang tinggi kalsium (Macy et al, 1953 ; Parkash dan Jennes, 1968), ransum untuk kambing laktasi membutuhkan kalsium tinggi. Fingerling (1911, 1913) menyatakan bahwa jika kambing tidak memperoleh sejumlah calsium dan phosphor pada makanannya, maka kambing akan mengambil mineral tersebut dari tempat penyimpanannya yang mempengaruhi susu dan komposisi susu yang dihasilkan. Jika defisiensi calsium terjadi selama seminggu, terjadi penurunan susu. Konsumsi kalsium yang tinggi pada kambing akan disimpan dalam tubuh dan produksi susu meningkat. Selain itu dilakukan percobaan mengenai interaksi mineral dengan metabolisme kalsium. Percobaan menggunakan ligated intestinal loopsdalam anaestherized kambing dan injeksi calsium radioaktif (Gibbons et al, 1972) menunjukkan bahwa kalsium pada usus halus meningkatkan absorbsi karbohidrat dan oleh rendahnya konsentrasi sodium pada luminal. Calsium diabsorbsi pada duodenum, jejenum dan lebih rendah pada ileum.
Pada hewan yang merumput, kondisi calsium sering menjadi problem Kalsium yang rendah pada ransum berperan menurunkan produksi susu. Tingkat kalsium pada ransum juga berperan penting untuk mencegah parturient paresis (milk fever) .
c.       Phospor
Phosphor dibutuhkan antara perkembangan jaringan dan tulang. Defisiensi phosphor akan menghasilkan pertumbuhan yang lambat, penurunan nafsu makan dan ketidakmampuan; sering terjadi pada rendahnya phospor di dalam darah. Fingerling (1911) menunjukkan bahwa kesimpulan umum tentang defisiensi calsium juga mengakibatkan difisiensi phospor. Defisiensi phosphor , saat konsumsi 1/5 dari keadaan normal, produksi susu menurun 60%. Penambahan P2O5 dan CaO ke dalam ransum atau pada tingkat 6 g phosphor dan 14 g calsium akan menghasilkan susu 10% pada 2 minggu dan 15-25% pada empat minggu dengan ransum yang mengandung isokalori dan isonitrogenous.

d.      Natrium, Kalium dan Klor
Walaupun keberadaannya dalam jumlah kecil dalam tubuh, Natrium (Na) Kalium (K) dan Klor (CI) merupakan 2 jenis mineral yang penting peranannya bagi tubuh. Selain sebagai mineral pembentuk garam dapur bersama Cl (NaCI), Na sangat penting dalam proses difusi glukosa dalam tubuh. Besama mineral Kalium (K) Na sangat besar peranannya untuk fungsi pompa Na+K (Na+K pump) dalam mengatur difusi pasif glukosa dan air dalam sel tubuh.
 Sementara CI selain sebagai pembentuk senyawa garam dapur, juga sebagai unsur utama pembentuk senyawa asani kiorida (HCI) yang sangat dibutuhkan dalam inisiasi proses pencernaan protein yang dikenal dengan proses'denaturasi': Persenyawaan antara Hidrogen (H+) dan Cl- menciptakan suasana asam dalam lambung yang bersifat membunuh kuman/bakteri dalam digest shg tidak menimbuikan penyakit pada temak. Karena merupakan unsur pembentuk garam maka sumber utama kedua mineral tersebut adalah garam dapur.
Fungsi Na yang dikenal adalah sebagai Kation utama di dalam cairan ekstrasel, mengatur volume plasma, keseimbangan asam-basa, fungsi saraf dan otot, serta pembentuk enzim Na+/ K+-ATPase.Metabolisme Na sepenuhnya diatu r oleh hormon aldosteron. Defisiensi Na dalam ransum umumnya tidak pernah terjadi tapi dapat terjadi pada keadaan abnormal, yakni penyakit addison yakni suatu penyakit dimana fungsi adrenal dan aldosteron tidak ada.Apabila konsentrasi Na rendah menimbulkan angiotensin dalam darah ekskresi aldosteron dari korteks adrenal yang selanjutnyameningkatkan resorpsi Na+ oleh ginjal akibatnya terjadi peningkatankehilalangan K melalui urin.
Fungsi utama K dalam tubuh adalah sebagai Kation utama didalam cairan intrasel; fungsi saraf dan otot, Na+/K+- ATPase, keseimbangan asam basa. Metabolisme K dalam tubuh juga diatur oleh hormon aldosteron. Defisiensi K menimbulkan Hipokalemia yang menyebabkan diare, muntah, asiduria, penyakit cushing, yakni kelebihan steroid. Kelebihan K (Hiperkalemia) menyebabkan Kerusakan jaringan (infark myokard ) ataupun kerusakan ginjal dan ulkus usus halus.
Fungsi utama Klor (klorida) adalah mengatur Keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa, getah lambung, pergeseran klorida pada transpor HCO3 didalam eritrosit.

2.1.2. Beberapa Mineral Mikro Esensial dan Perannya dalam Tubuh Hewan
a.       Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro karena keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida (CuS).Walaupun dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu kesehatan atau mengakibatkan keracunan.Namun bila terjadi kekurangan Cu dalam darah dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala umum, pertumbuhan terhambat, kerusakan tulang, depigmentasi rambut dan bulu, pertumbuhan bulu abnormal, dan gangguan gastrointestinal (Davis dan Mertz 1987; Baker et al. 1991; Clark et al. 1993).
b.      Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan mineral makro dalam kerak bumi, tetapi dalam system biologi tubuh merupakan mineral mikro.Pada hewan, manusia, dan tanaman, Fe termasuk logam esensial, bersifat kurang stabil, dan secara perlahan berubah menjadi ferro (Fe II) atau ferri (Fe III).Kandungan Fe dalam tubuh hewan bervariasi, bergantung pada status kesehatan, nutrisi, umur, jenis kelamin, dan spesies (Dhur et al. 1989; Graham 1991; Beard et al. 1996).Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan (Darmono 1995; King 2006).Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama.Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme (hemoglobin, mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin).Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang (Brock dan Mainou- Fowler 1986; Desousa 1989; Brown et al. 2004).
c.       Kobalt (Co)
Kobalt (Co) merupakan unsur mineral esensial untuk pertumbuhan hewan, dan merupakan bagian dari molekul vitamin B12.Konversi Co dari dalam tanah menjadi vitamin B12 pada makanan hingga dicerna hewan nonruminansia kadang-kadang disebut sebagai siklus kobalt.Ternak ruminansia (sapi, domba, dan kambing) memakan hijauan pakan, di mana tanaman menyerap kobalt dari dalam tanah dan bakteri-bakteri yang ada di dalam lambung (rumen) menggunakan kobalt dalam penyusunan vitamin B12. Hewan menyerap vitamin B12 dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh (Davis dan Mertz 1987; Mills 1987; Darmono 1995)
d.      Iodin (I)
Iodin (I) diperlukan tubuh untuk membentuk tiroksin, suatu hormon dalam kelenjar tiroid.Tiroksin merupakan hormone utama yang dikeluarkan oleh kelenjartiroid.Setiap molekul tiroksin mengandung empat atom iodin (Darmono 1995).Sebagian besar iodin diserap melalui usus halus, dan sebagian kecil langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung.Sebagian iodin masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya 25 kali lebih tinggi dibanding yang ada dalam darah (Mills 1987). Namun bila jumlah yang sedikit ini tidak terdapat dalam bahan pakan maka ternak akan kekurangan iodin. Lebih dari setengah iodin dalam tubuh terdapat pada kelenjar perisai (tiroid). Meskipun sebagian besar iodin tubuh terdapat dalam kelenjar tiroid, iodin juga ditemukan dalam kelenjar ludah, lambung, usus halus, kulit, rambut, kelenjar susu, plasenta, dan ovarium (Puls 1994; Stangl et al. 2000).
e.       Seng (Zn)
Seng (Zn)  ditemukan hampir dalam seluruh jaringan hewan. Seng lebih banyak terakumulasi dalam tulang dibanding dalam hati yang merupakan organ utama penyimpan mineral mikro.Jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan epidermal (kulit, rambut, dan bulu), dan sedikit dalam tulang, otot, darah, dan enzim (Richards 1989; Puls 1994; Brown et al. 2004).Seng merupakan komponen penting dalam enzim, seperti karbonik-anhidrase dalam sel darah merah serta karboksi peptidase dan dehidrogenase dalam hati.Sebagai kofaktor, seng dapat meningkatkan aktivitas enzim.Seng dalam protein nabati kurang tersedia dan lebih sulit digunakan tubuh daripada seng dalam protein hewani.Hal tersebut mungkin disebabkan adanya asam fitrat yang mampu mengikat ion-ion logam (Mills 1987; Puls 1994; Sharma et al. 2003).
Tabel 2. Peran mineral mikro esensial dalam tubuh hewan. (McDonald et al. 1988; Spears 1999)
Mineral

Fungsi
Sumber
Besi (Fe

Membentuk hemoglobin dan mioglobin, bagian dari susunan enzim
Telur, tanah, makanan hijauan dan butiran, injeksi besi, babi, FeSO4
Tembaga (Cu)
Eritropoiesis Co enzim, fungsi jantung yang  baik, pigmentasi bulu, reproduksi

susunan Bahan makanan dan CuSO4(0,25−0,50%) CuSO4 ditambahkan pada garam
Iodin (I)
Membentuk hormon trioksin tiroksin dan kelenjar tiroksin
Garam beriodin (kalium iodida
sebagai komponen esensial pada garam, minyak ikan)
Kobalt (Co)

Bagian dari vitamin
B12 Pelet kobalt (untuk ruminansia), 0,50 ppm garam kobalt ditambahkan pada ransom (injeksi vitamin B12 untuk menghilangkan defisiensi kobalt)
Seng (Zn)
Carbonic anhydrase
ZnO atau ZnCO3 ditambahkan pada ransum pakan hijauan

2.1.3. Penyakit Defisiensi Mineral Mikro Esensial
Penyakit defisiensi mineral banyak dijumpai pada ternak.Unsur mineral mikro yang dibutuhkan ternak sering tidak tercukupi dalam pakan.Kandungan unsure tersebut dalam tubuh sangat sedikit, terutama pada hewan yang hidup liar dan hewan yang digembalakan atau dikandangkan namun dengan pengelolaan yang kurang baik. Gartenberg et al. (1990) melaporkan bila tanah tempat hijauan pakan tumbuh miskin unsur mineral maka ternak yang mengkonsumsi hijauan tersebut akan menunjukkan gejala defisiensi mineral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada daerah yang kering dengan curah hujan rendah, kandungan mineral dalam tanah dan tanaman umumnya sangat rendah (Prabowo et al. 1984; Chandra 1985). Defisiensi mineral pada ternak dapat menimbulkan gejala klinis yang spesifik untuk setiap mineral, tetapi kadangkadang gejala tersebut hampir mirip, sehingga untuk menentukan diagnosis penyakit defisiensi mineral perlu dilakukan analisis kandungan mineral dalam darah (Stuttle 1989; Graham 1991). Penyakit akibat kekurangan unsure tembaga ditemukan pada beberapa tempat di dunia. Selain menyebabkan anemia, kekurangan tembaga juga mengakibatkan gangguan pada tulang, kemandulan, depigmentasi pada rambut dan bulu, gangguan saluran pencernaan, serta lesi pada syaraf otak dan tulang belakang (Graham 1991; Engle et al. 2001; Sharma et al. 2003; Chung et al. 2004).
Penyakit defisiensi tembaga juga disebut enzootik ataksia, yang ditemukan pada anak domba di Australia.Falling disease juga ditemukan di Australia, suatu penyakit akibat defisiensi tembaga yang menahun karena ternak mengkonsumsi hijauan pakan yang kadar tembaganya rendah (Clark et al. 1993; Chung et al. 2004). Penambahan garam tembaga sulfat pada ransum dapat mencukupi kebutuhan ternak serta mencegah pertumbuhan aspergilosis pada pakan yang basah (Yost et al. 2002). Unsur besi merupakan komponen utama dari hemoglobin (Hb), sehingga kekurangan besi dalam pakan akan mempengaruhi pembentukan Hb. Sel darah merah muda (korpuskula) mengandung Hb yang diproduksi dalam sumsum tulang untuk mengganti sel darah merah yang rusak. Dari sel darah merah yang rusak ini besi dibebaskan dan digunakan lagi dalam pembentukan sel darah merah muda (Cook et al. 1992; Puls 1994; Inoue et al. 2002; Brown et al. 2004).Anemia karena defisiensi besi banyak ditemukan pada anak babi yang dikandangkan dan tidak pernah kontak dengan tanah.Gejala yang muncul adalah nafsu makan berkurang dan pertumbuhan terhambat (Beard et al 1996).
Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan besi dalam saluran pencernaan.Bila cadangan besi tidak mencukupi dan berlangsung terusmenerus maka pembentukan sel darah merah berkurang dan selanjutnya menurunkan aktivitas tubuh (Cook et al. 1992).Penyuntikan garam besi dapat mencegah kekurangan besi pada ternak (Ahmed et al. 2002). Pada hewan ruminansia yang memakan rumput yang kurang mengandung unsur kobalt, gejala akan timbul beberapa bulan kemudian, karena hewan memiliki cadangan vitamin B12 dalam hati dan ginjal sebagai sumber kobalt. Namun bila keadaan ini terus berlanjut, ternak akan mengalami defisiensi kobalt sehingga nafsu makan berkurang, bobot badan menurun, pika, anemia, dan akhirnya mati (Graham 1991; Puls 1994; Stangl et al. 2000). Para peneliti menduga kobalt memiliki peran penting dalam pertumbuhan bakteri dalam rumen.Vitamin B12 mengandung 4% kobalt sebagai bagian esensial dari vitamin tersebut.Penyebab utama defisiensi kobalt pada ternak ruminansia adalah kekurangan vitamin B12 karena sintesis vitamin tersebut dalam rumen menurun (Hetzel dan Dunn 1989; Kennedy et al. 1991).
Defisiensi iodin sering terjadi padaanak sapi, anak domba, dan anak babi dari induk yang ransumnya kekurangan iodin.Hal ini sering terjadi pada daerah yang tanahnya miskin iodin.Pada anak babi, gejala yang timbul adalah bulu rontok, badan lemah, kulit menebal, dan leher membengkak (McDonald et al. 1988; Tabel 3). Pada anak kuda gejalanya adalah tidak dapat berdiri dan menyusu, serta pada burung, ikan dan mamalia lain tiroidnya membesar (Hetzel dan Dunn 1989; Graham 1991). Pada hewan yang kekurangan iodin, produksi tiroksin pada kelenjar tiroid menurun, yang dicirikan oleh pembesaran kelenjar tiroidea yang disebut goiter endemis. Karena kelenjar tiroidea terdapat pada leher maka pada hewan yang menderita defisiensi iodin akan terjadi pembengkakan pada leher. Penyakit ini dapat mengganggu daya reproduksi akibat fungsi tiroid menurun.Bila induk melahirkan anak maka anak yang dilahirkan tidak berbulu, lemah, dan mati muda (Graham 1991; Sandstead et al. 1998). Pemberian pakan tambahan yang mengandung kobalt dapat menghindarkan ternak dari  kekurangan kobalt (Puls 1994).
Defisiensi seng sering ditemukan pada anak ayam, dengan gejala pertumbuhan terganggu, tulang kaki memendek dan menebal, sendi kaki membesar, penyerapan makanan menurun, nafsu makan hilang, dan dalam keadaan parah menyebabkan kematian (Fraker et al. 1986; Moulder dan Steward 1989; Darmono 1995).Pada babi, akibat defisiensi seng yang penting adalah dermitis yang disebut parakeratosis.Penyakit tersebut ditandai dengan luka-luka pada kulit, pertumbuhan terganggu, kelemahan, muntah-muntah, dan kegatalan.
Defisiensi seng pada anak sapi ditandai dengan peradangan pada hidung dan mulut, pembengkakan persendian, dan parakeratosis (Mills 1987; Darmono dan Bahri 1989). Di beberapa daerah di Jawa, terutama pesisir pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, kandungan Zn dalam tanah rendah, sehingga ternak yang digembalakan di daerah tersebut akan mengalami defisiensi seng (Prabowo et al. 1984). Defisiensi seng dapat mengganggu penghancuran mikroba (ingestion) dan fagositosis, juga menghambat penyembuhan luka.Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kejadian infestasi parasit cacing nematoda (Fraker et al. 1986; Sandstead et al.)
Tabel 3.Defisiensi logam mikro esensial dalam tubuh (McDonald et al. 1988).
Mineral

Defisiensi
Gejala
Besi (Fe)

Anemia Diarrhea, kelelahan,
nafsu makan hilang
Tembaga (Cu)

Malnutrisi, anemia, neutropenia
Nafsu makan terganggu, pertumbuhan terhambat, diarrheaosteomalesi, rambut dan bulu memucat, jalan ataxis

Iodin (I)

Produksi tiroksin pada glandula tiroid menurun pembengkakan pada leher
Pembesaran leher pada anak sapi dan domba, gondok, anak babi tanpa bulu dan anak domba tanpa wol, anak sapi daya hidup tidak ada
Kobalt (Co)

Defisiensi vitamin B12
Kehilangan nafsu makan, kelemahan,
kekurusan, bulu kasar, anemia, kerusakan reproduksi
Seng (Zn)

Penyakit genetik, stress, traumatik imunitas anorexia
Pertumbuhan terganggu, parakeratosis pada, depresi babi, peradangan pada hidung dan mulut pada anak sapi, ayam bulu kasar, daya tetes rendah


2.2. Protein
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Tubuh ternak memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein didalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan, Pada hewan, protein merupakan bagian terpenting dari jaringan-jaringan tubuh. Protein adalh esensial bagi kehiupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Akan tetapi hewan tidak bisa membuat protein dari zat-zat anorganis seperti halnya tumbuhan.
Oleh karena itu, hewan perlu mendapatkan protein dari bahan pakan. Bila di dalam pakan tidak terdapat cukup protein, maka tubuh hewan tidak dapat membuat dan memelihara jaringan tubuh. Akibatnya pertumbuhan terganggu dan penimbunan daging turun. Fungsi protein dalam tubuh termasuk : (1) memperbaiki jaringan, (2) pertumbuhan dan jaringan baru, (3) metabolisme (deaminasi) untuk energi, (4) metabolisme kedalam zat-zat vital dalam fungsi tubuh (zat-zat vital tersebut temasuk zat anti darah yang menghalangi infeksi, (5) enzym-enzym yang esensial bagi fungsi tubuh yang normal dan (6) hormon-hormon tertentu.

Penyusunan ransum diperlukan tambahan protein (asam amino sintetik) atau protein supplement yang kaya akan kandungan asam-asam amino essensial.
a.       Metionin
Metionin adalah asam amino yang dipakai dalam me,nmbawa sulfitr ke selunth sel tubuh ternak, sedangkan sistin adalah bentuk akhir yang sukar digmmnakan dan sistein adalah bentuk antara. Pertumbuhan atau kenaikan bobot badan disebabkan adanya retensi nitrogen yang positif. Retensi nitrogen yang positif berkorelasi sangat nyata dengan konsumsi asam amino metionin.
Proses-proses metabolisme yang menyangkut pertumbuhan/kenaikan bobot badan, aktivitas enzim maupun hormon, sangat ditentukan oleh tersedianya asam amino esensial metionin. Proses pembentukan enzim, hormon maupun kenaikan bobot badan sangat bergantung pada kuualitas ransum. Kualitas ransum akan mempengaruhi jumlah maupun kualitas zat makanan yang dikonsumsi, sehingga hag ini akan berpengaruh pula terhadap kualitas asam amino yang diperoleh, tenitama asam amino metionin. Dengan perkataan lain hormon maupun enzim yang berasal dari turunan asam amino metionin sangat berperan dalam metabolisme ternak
b.      Arginin (Arg)
Asam amino arginin memiliki kecenderungan basa yang cukup tinggi akibat eksesi dua gugus amina pada gugus residunya. Asam amino ini tergolong setengah esensial bagi manusia dan mamalia lainnya, tergantung pada tingkat perkembangan atau kondisi kesehatan.
c.       Histidin (His)
Histidina merupakan satu dari 20 asam amino dasar yang ada dalam protein. Histidina menjadi prekursor histamin, suatu amina yang berperan dalam sistem saraf, dan karnosin, suatu asam amino.
d.      Isoleusin (Ile)
Isoleusina adalah satu dari asam amino penyusun protein yang dikode oleh DNA. Rumus kimianya sama dengan leusinhidrofobik (tidak larut dalam air) dan esensial bagi ternak.
e.       Leusin (Leu)
Leusina merupakan asam amino yang paling umum dijumpai pada protein. Ia mutlak diperlukan dalam perkembangan dan dalam kesetimbangan nitrogen . Ada dugaan bahwa leusina berperan dalam menjaga perombakan dan pembentukan protein otot.
f.       Lisin (Lys)
Lisina (bahasa Inggris lysine) merupakan asam amino penyusun protein yang dalam pelarut air bersifat basa, seperti juga histidin. Lisina menjadi kerangka bagi niasin(vitamin B1).
g.      Metionin (Met)
Metionina, bersama-sama dengan sistein, adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini penting dalam sintesis protein (dalam proses transkripsi, yang menerjemahkan urutan basa nitrogen di DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk metionina sama dengan kode awal (start) untuk suatu rangkaian RNA. Biasanya, metionina awal ini tidak akan terikut dalam protein yang kelak terbentuk karena dibuang dalam proses pascatranskripsi. kacang-kacangan (kapripistacio, kacang metekacang merahtahutempe).
h.      Fenilalanin (Phe)
Fenilalanina adalah suatu asam amino penting dan banyak terdapat pada makanan, yang bersama-sama dengan asam amino tirosin dan triptofan merupakan kelompokasam amino aromatik yang memiliki cincin benzena.Fenilalanina bersama-sama dengan taurin dan triptofan merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampai pesan (neurotransmitter) pada sistem saraf otak.
i.     Treonin (Thr)
      Treonina merupakan salah satu dari 20 asam amino penyusun protein.
j.        Tritofan (Trp)
Triptofan merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein. Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti asam amino lainnya, L-triptofan. Meskipun demikian D-triptofan ditemukan pula di alam (contohnya adalah pada bisa ular laut kontrifan).
k.       Valin (Val)
Valina adalah salah satu dari 20 asam amino penyusun protein yang dikode oleh DNA. Dalam ilmu gizi, valina termasuk kelompok asam amino esensial. Namanya berasal dari nama tumbuhan valerian (Valeriana officinalis).
2.2.1. Penyakit Defisiensi Protein
Defisiensi protein atau salah satu dari asam-asam amino esensial akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan sesuai dengan derajat defisiensinya. Pada unggas defisiensi protein yang hebat atau defisiensi sebuah asam amino tunggal menyebabkan segera berhentinya pertumbuhan dan kehilangan pertumbuhan rata-rata 6-7 % dari berat badan perhari. Ketidakseimbangan asam amino dapat diperlihatkan dengan ransum yang sangat rendah kadar proteinnya hal ini biasanya berdampak pada kekurangan asam amino metionin dan lysin.
Pakan yang mengandung asam amino yang seimbang akan mempunyai nilai biologis protein yang lebih baik. Protein dapat dicerna sehingga asam amino dapat diserap tubuh dan lebih banyak diretensi oleh tubuh ternak.Asam amino yang sering ditambahkan dalam ransum unggas antara lain Lysine HCL dan D.L methionin. Sedangkan pada ternak Ruminansia protein supplemen diberikan dapat berupa pakan penguat atau konentrat dengan kandungan protein yang tinggi yang berasal dari biji bijian, seperti jagung, menir, bilgur, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dll. Ruminansia mempunyai memanfaatkan sumber nitrogen bukan protein (NPN), sehingga dalam ransum dapat ditambahkan urea sebagai sumber nitrogen untuk membantu sintesis protein mikobia. Akan tetapi, urea sebagai bahn pakan hanya bisa diberikan kepada sapi dalam jumlah yang terbatas, yakni 2% dari keseluruhan ransum yang diberikan. Urea mengandung 45% N. Dengan bantuan mikroorganisme didalam rumen, N bisa diurai dan diikat menjadi protein yang bermanfaat.
2.3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang utama bagi ruminansia. Sumber karbohidrat berasal dari hijauan pakan ternak dan konsentrat yang di susun dari biji-bijian dan limbah pertanian. Biji-bijian semacam jagung, sorgum, gandum dan barley merupakan bahan pakan sumber karbohidrat. Di Indonesia juga terdapat sumber karbohidrat seperti gaplek, onggok, dedak dll.
Karbohidrat dapat di klasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu monosakarida, disakarida, trisakarida, poliskarida dan mixed polisakarida. Unit dasar karbohidrat adalah gula sederhana, yaitu heksosa karena setiap molekul mengandung enam atom karbon. Sedikitheksosa bebas dapat di temukan  pada tanaman. Hexosa terdiri dari glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa.
Sebagian besar karbohidrat adalah bentuk disakarida, yang merupakan kombinasi dua gula heksosa atau polisakarida-polimer beberapa molekul heksosa. Disakarida yang paling penting dijumpai di alam adalah sukrosa, maltosa, laktosa dan selobiosa.  Lakstosa adalah gula yang dijumpai pada air susu, sedang sukrosa terdapat pada sebagian besar tanaman. Polisakarida seperti pati, selulosa, merupakan komponen penting dalam ransum ternak ruminansia. Selulosa merupakan persenyawaan organik dengan hemiselulosa dan lignin yang banyak terdapat di alam. Hampir 50% bahan organik pada tanaman terdiri dariselulosa. Pada ternak unggas tidak bisa mencerna selulosa karena tidak memiliki enzimselulase, pada ternak ruminansia enzim selulase di produksi oleh mikroba di dalam rumen sehingga mampu mencerna selulosa. Pencernaan karbohidrat akan menghasilkan Volatil Fatty Acyd (asam lemak terbang) yang disingkat dengan VFA. VFA terdiri dari sebagian besar asam asetat, propionat dan butirat dan sebagian kecil asam format, isobutirat, valerat, isovalerat dan kaproat. Percernaan karbohidrat menghasilkan limbah berupa gas methan yang di keluarkan ternak melalui proses sendawa.
2.3.1. Fungsi Karbohidrat
a.       Sumber energi
Karbohidrat merupakan sumber energi terbesar bagi tubuh. Satu karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagiannya disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.
b.      Penghemat protein
Jika karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein tersebut tidak lagi berfungsi sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun.
c.       Pengatur metabolisme lemak
Karbohidrat dapat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna sehingga dapat menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam beta-hidroksi-butirat. Bahan-bahan tersebut dibentuk dalam hati dan dikeluarkan melalui urine dengan mengikat basa berupa ion natrium. Proses pengeluaran ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan natrium dan dehidrasi, serta pH cairan tubuh menurun. Keadaan ini menimbulkan ketosis atau asidosis yang dapat merugikan tubuh. Oleh karena itu, kita membutuhkan karbohidrat antara 50-100 gram perhari untuk mencegah ketosis.
d.      Membantu pengeluaran feses
Karbohidrat membantu pengeluaran feses dengan mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses.  Selulosa dalam makanan mengatur peristaltik usus, sedangkan hemiselulosa dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar sehingga memberi bentuk pada sisa makanan yang akan dikeluarkan.
2.4. Lemak
Lemak murni merupakan ester glycerol yang memiliki asam lemak rantai panjang dan merupakan persenyawaan karbon, hydrogen dan oksigen. Persenyawaan oksigennya lebih rendah dibanding karbohidrat sehingga energi lebih tinggi (2,25 kali lipat) dari karbohidrat dan protein. Perbedaan lemak dan minyak pada bentuknya, pada suhu normal lemak berbentuk padat sedang minyak berbentuk cair.
Molekul lemak terdiri dari glycerol dan kombinasi dengan 3 asam lemak. Asam lemak terdiri dari caprilat, caprat, laurat, miristat, palmitat, palmitoleat, stearat, oleat, linoleat, linolenat, arachidonat, gadoleat, behenat, eurat, lignocerat. 
Pada ternak ruminansia lemak di dapat dari hijauan makanan ternak (3% kandungan lemak).  Akan tetapi karena konsumsi hijauan cukup banyak maka konsumsi absolut lemak relatif banyak pula. Bentuk lipida dalam daun adalah galaktoserida dan digalakto glicerida.Pemberian pakan konsentrat pada ternak ruminansia juga akan memberikan suplai lemak.Lemak pada konsentrat kebanyakan dalam bentuk trigliserida
Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya. Pakan hijauan dan biji-bijian umumnya berbentuk lemak tidak jenuh. Pada rumen terjadi proses hidrolisa ikatan ester dan biohidogenasi asam lemak jenuh. Hidrolisis lemak trigliserida, phospholipin dan glycolipid oleh lipase asal mikroba akan membebaskan asam-asam lemak bebas, sehingga galaktosa (gula) dan gliserol akan difermentasi menghasilkan VFA (asam lemak bebas). Asam lemak tak jenuh (linoleat dan linolenat) akan dipisahkan dari kombinasi ester melalui proses biohidrogenasi oleh bakteria menghasilkan asam stearat.
Ilmu nutrisi menggolongkan asam lemak ke-dalam dua kelompok, yaitu asam lemak esensial dan nonesensial. Asam lemak esensial (EFA) adalah asamlemak yang ini harus disediakan dalam makanan, karena hewan tidak mampu untuk mensintesisnya. Asam lemak tersebut berasal dari asam lemak dari serilinoleic (seri -6) dan linolenic (-3).
Pada hewan,-6 (linoleat) mempunyai aktivitas asam lemak essensial(EFA) yang sangat penting, sedangkan -3 (lenolenic) hanya mempunyai aktivitas EFA yang parsial. Karena itu asam lemak PUFA ( polyunsaturated fatty acid) yang dominan dalam jaringan hewan adalah seri linoleic, yaitu asam linoleic (asam linoleat) 18:2-6 dan asam arakidonat 20:4 -6. 
2.4.1 Defisiensi asam lemak essensial
Semua ternak yang diuji dengan diberi makanan yang kurang asam lemakesensial menunjukkan pertumbuhan yang menurun serta efisiensi konversi pakanyang rendah
2.5 Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang esensial untuk pertumbuhan dan dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin disebut avitaminosis atau hypovitaminosis.
`2.5.1. Vitamin yang Larut Dalam Lemak
a.       Vitamin A (Retinol)
Vitamin A terlibat dalam sistem penglihatan dan pengelolaan jaringan epitel di seluruh permukaan tubuh bagian luar maupun bagian dalam serta berbagai kelenjar endokrin/gonad. Peran vitamin A juga membantu pembentukan protein.
Pakan ternak terdiri dari bahan nabati dan hewani. Pada bahan hewani terdapat vitamin A sejati, sedang pada pakan nabati terdapat provitamin A yang berawal dari caroten. Provitamin A tersebut akan diubah menjadi vitamin A oleh ternak.
Untuk ternak ruminansia disaran kandungan vitamin A dalam pakan sebesar 1200 IU/Kg ransum kering untuk ternak yang sedang tumbuh, sedang untuk ternak betina laktasi dan pejantan disarankan 3900 IU per kg ransum kering.
Pada ternak ruminansia gejala defisiensi lebih banyak pada ternak muda yang cepat pertumbuhannya dibanding ternak tua. Gejala defisiensi pada sapi sebagai berikut: anoreksia diikuti dengan buta malam, diare yang parah, tidak ada koordinasi dalam bergerak, banyak airmata dan ingus, konvulsi, buta permanen, kornea mata pecah, pertumbuhan terganggu, berat badan menurun, dan bulu kulit kasar. Kelebihan vitamin A akan menyebabkan ternak keracunan. Pada sapi keracunan pada dosis 17.000 IU per kg ransum kering. Keracunan pada ruminansia menyebabkan menurunnya aktifitas enzim pada metabolisme energi sehingga mempengaruhi proses pertumbuhan.  
b.      Vitamin D (Ergocalciferol)
Vitamin D memiliki banyak bentuk, tetapi yang penting bagi ternak adalah D2 (ergocalciferol) dan D3 cholecalcifero). Vitamin ini berfungsi dalam penyerapan vitamin Ca dan P dan proses kalsifikasi dalam pertumbuhan tulang. Secara umum vitamin D dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan Dengan bantuan sinar ultra violet matahari tubuh ternak dapat mengubah provitamin D menjadi vitamin D.  Prinsip ini dimanfaatkan peternak dalam membangun arah kandang yaitu agar dapat memanfaatkan sinar matahari untuk membantu proses pembentukan vitamin D. Namun dengan berkembangnya vitamin sintesis teori tersebut tidak selalu mutlak diterapkan dan ditambah penemuan bahwa lampu listrik (Neon) dapat mengganti peran sinar matahari.
c.       Vitamin E  (Alfa tokoferol)
Terdapat 7 vitamin E, tetapi  alpha tokoferol adalah yang paling banyak penyebarannya pada bahan pakan ternak. Vitamin E berfungsi menjaga kesuburan ternak atau antisteril. Peran vitamin E sebagai zat makanan yang vital dalam metabolisme urat daging/syaraf, kontraksi urat daging, sirkulasi, respirasi, pencernaan, ekskresi, pertumbuhan, konversi kanan dan reproduksi.
Sumber vitamin E adalah pakan hijuan dan biji-bijian. Hijauan segar mengandung 100-200 mg/kg vitamin E, jagung kuning 25 mg/kg, juwawut 11 mg/kg, dn gandum 2-3 mg/kg. Nampak bahwa hijuan lebih banyak mengandung vitamin E dibanding biji-bijian. Karena vitamin E tidak stabil maka disarankan menambahkan premix mineral untuk suplai vitamin E.
2.5.2. Vitamin Yang Larut Dalam Air
Vitamin yang larut dalam air terdiri dari B1, B2, B6, niacin, biotin, B12, asam folat dan C. masing-masing manfaat dan gejala defisiensi dijelaskan sbb:
a.      Pyrodoxin (B6)
Vitamin B6 berfungsi sebagai koensim yang membantu proses metabolisme protein.Sehingga perannya esensial dalam proses pertumbuhan. Sumber B6 adalah pakan berasal dari hewani, bungkil kedelai, dan biji-bijian. Dalam kondisi normal jarang terjadi defisiensi B6 kecuali jika pakan rusak atau bahan pakan dipalsukan.
b.      Kolin (Choline)
Kolin merupakan substansi esensial dalam pembentukan dan pemeliharaan struktur sel dan metabolisme lemak dalam hati. Kolin terdiri dari komponen asetil kolin yang berperan pada mediator dalam aktivitas urat syaraf. Pembentukan asetil kolin yang penting dalam transmisi impuls syaraf membutuhkan kolin.
Pada ternak ruminansia kolin disintesa oleh mikroba rumen. Hasil suatu percobaan pada ternak sapi pedaging, dengan penambahan kolin sebanyak 500 mg per kg ransum akan meningkatkan total mikroba rumen, produksi gas dan VFA (Volatil Fatty Acid). Hasil yang diperoleh adalah kenaikan berat badat 7% dan efisiensi pakan 2,5%.

Tabel 5. Ringkasan Gejala Defisiensi Vitamin (Parakkasi, 1999)
No
Vit
Ruminansia
1
A
Anoreksia diikuti dengan buta malam, diare yang parah, tidak ada koordinasi dalam bergerak, banyak airmata dan ingus, konvulsi, buta permanen, kornea mata pecah, pertumbuhan terganggu, berat badan menurun, dan bulu kulit kasar
2
D
Gangguan tulang dan riketsia pada sapi muda, menurunnya Ca dan P darah dengan tanda klinis sendi-sendi membengkak dan kaku, anorexia, respirasi cepat, iritabilitas, tetany, kelemahan, konvulsi, dan pertumbuhan terhambat
3
E
Pertumbuhan menurun, konversi makanan menurun, reproduksi rendah, langkah tidak terkoordinasi, syaraf tidak terkoordinasi,
4
K
Jika terjadi luka darah sukar untuk membeku protombin dalam darah rendah
5
B1
Buta, urat daging tremor, gigi gemeretak, opisthotonus dan konvulsi.
6
B2
anoreksia, lakrimasi, salivasi berlebihan, diare, sakit disudut mulut, bulu rontok, dan dapat mati
7
Niacin
Pertumbuhan terganggu
8
B6
Pertumbuhan terganggu
9
biotin
Pertumbuhan terganggu
10
Asam folat
Pertumbuhan terganggu
11
B12
Propionat dab asetat dalam darah yang akan menyebabkan menurunnya nafsu makan 40-70%.
12
Kolin
Sistem syaraf terganggu
13
C
Stress

2.6  Air
Air merupakan nutrisi yang penting bagi ternak. Kebutuhan air sangat tergantung dari temperatur lingkungan dan kelembaban relatif dan komposisi pakan ternak, tingkat pertumbuhan, dan efisiensi ginjal. Jumlah air yang dikonsumsi diperkirakan 2 kali lebih banyak dari pakan yang dikonsumsi berdasarkan berat pakan, tetapi konsumsi air pada kenyataannya sangat bervariasi. Proporsi air sebesar 2/3 bagian dari masa seekor ternak, dengan berbagai peran dalam kehidupan ternak.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pemberian pakan pada domba dan kambing harus memperhatikan berbagai unsur nutrisi essensial yang sangat penting dalam proses kehidupan pada domba dan kambing. Nutrien yang dibutuhkan oleh domba dan kambing antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral.




DAFTAR PUSTAKA
Pantoro, Sayoga Kristian. 2007. Kadar Protein dan Profil Asam Amino Kambing Peranakan Etawa (Pe) Jantan dan Kambing Peranakan Boer (Pb) Kastrasi [skripsi]. Malang: Fakultas peternakan, universitas brawijaya. Tersedia pada:
Kuswandi.Pertimbangan Dalam Pemanfaatan Sumber Protein Pada Domba Yang Sedang Bertumbuh. Lokakarya Nasional Domba dan Kambing: Strategi Peningkatan Produksi dan Mutu Bibit Domba dan Kambing. Bogor: Balai Penelitian Ternak. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/plokam07-17.pdf
Darmono.Penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya pencegahannya. Bogor: balai besar penelitian veteriner. Ersedia pada: http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/eng/attachments/217_9.pdf
arifin, zainal. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam system biologi dan metode analisisnya. Bogor: balai besar penelitian veteriner. Tersedia pada: http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3273084.pdf
Karto, Abdurrays Ambar. Peran dan Kebutuhan Sulfur pada Ternak Ruminansia. Bogor: Balai Penelitian Ternak. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo82-2.pdf
Sari AP, Nurjannah ST, Syafar MA, Arman M, Akbar K, Adiatma R, Massolo R, Natsir Z. 2013. MAKALAH ILMU NUTRISI TERNAKLEMAK DAN LIPID. MAKASSAR: universitas hasanuddin. Tersedia pada: http://www.academia.edu/5471304/Makalah_LEMAK_dan_LIPID_-_Ilmu_Nutrisi
Anonym. 2012. Menyegarkan kembali pengertian tentang vitamin pada unggas sebagai nutrisi esensial, dan mencermati paradigma Optimum Vitamin Nutrition (OVN) menurut nutrisionis dunia. Universitas muhammadiyah malang. Tersedia pada: http://peternakan.umm.ac.id/id/umm-news-2636-menyegarkan-kembali-pengertian-tentang-vitamin-pada-unggas-sebagai-nutrisi-esensial-dan-mencermati-paradigma-optimum-vitamin-nutrition-ovn-menurut-nutrisionis-dunia.html
Anonym.Beberapa terminology pakan ternak. Tersedia pada: http://www.google.com/url?sa=D&q=http://staff.unud.ac.id/~sampurna/wp-


anonym. 2013. Dasar budidaya ternak ruminansia besar. Tersedia pada: http://rofian94.blogspot.com/2013/03/dasar-budidaya-ternak-ruminansia-besar.html
anonym. 2013. Susu kambing yang terlupakan. Tersedia pada: http://new.dapenda.co.id/susu-kambing-yang-terlupakan/
sartika. 2012. SISTEM PENCERNAAN MAKANAN RUMINANSIA (RUMINANTS DIGESTIVE SYSTEM). tersedia pada: http://biosubject.wordpress.com/2012/12/25/sistem-pencernaan-makanan-ruminansia-ruminants-digestive-system/
Alwi, Windawati. 2013. Penggolongan dan fungsi karbohidrat dalam ruminansia. Tersedia pada: http://winwinalwi.blogspot.com/2013/02/penggolongan-dan-fungsi-karbohidrat.html
Wibowo MR, Pratiwi PT. 2009. Mineral. Surakarta: fakultas pertanian universitas sebelas maret. Tersedia pada: http://xa.yimg.com/kq/groups/21827171/476837860/name/pangan+gizi.doc
Anonym. 2011. Mineral untuk ruminansia. Tersedia pada: http://medeslakapuyahoocom.blogspot.com/2011/10/modul-7-mineral-untuk-ternaknon.html
Rahmani, yulia. 2013. Daging domba dan kambing. Tersedia pada: http://rachmaniyulia.wordpress.com/2013/06/18/daging-domba-dan-kambing-2/
Anonim. 2007. Segudang gizi susu kambing. Tersedia pada: http://fapertaumy.wordpress.com/2007/05/11/segudang-gizi-susu-kambing-2/
Prayitno, edi.Protein supplement. Tersedia pada: http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/02/protein-supplement.html
Arifin, riva. 2012. Protein. Tersedia pada: http://rivaarifin.blogspot.com/2012/03/protein.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar