Jumat, 04 April 2014

metabolisme mineral

BAB I
PENDAHULUAN
Mineral merupakan komponen utama dalam makanan. Semua makanan mengandung mineral yang jumlahnya bermacam-macam. Bahan mineral dapat berupa garam anorganik/bahan organik atau dapat digabung dengan bahan organik, seperti fosfor yang digabung dengan fosfoprotein dan logam digabung dengan enzim. Biasanya mineral dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu komponen garam utama dan unsur sepora (garam tambahan/pelengkap).
Komponen garam utama mencakup Potassium, Natrium, Kalsium, Magnesium, Klorida, Sulfat, Fosfat, dan Bikarbonat.
Komponen unsur sepora dapat dipilih menjadi 3 golongan, yaitu:
1.    Unsur gizi esensial (Fe, Cu, I, Co, Mn, dan Zn)
2.    Unsur non gizi, tidak toksik (Al, B, Ni, Sn, dan Cr)
3.    Unsur non gizi, toksik (Hg, Pb, As, Cd, dan Sb).
Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan alam maupun dalam makhluk hidup. Di alam, mineral merupakan unsur penting dalam tanah, bebatuan, air dan udara. Sekitar 50% mineral tubuh terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain.
Mineral merupakan kebutuhan tubuh  yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti pembentukan haemoglobin.
Mineral dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain kalsium (Ca), fosfor (P), potassium (K), sulfur (S), natrium (Na), klor (Cl), dan magnesium (Mg), dan mikroelemen antara lain besi (Fe), iodium (I), seng (Zn), mangan (Mn), dan kobal (Co).
Mineral sering dipengaruhi oleh adanya kandungan makanan lain. Penyerapan mineral diturunkan oleh serat dan perilaku besi, seng, dan kalsium menunjukkan bahwa antaraksi terjadi dengan fitat. Fitat dapat membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dengan besi dan seng yang dapat mengganggu penyerapan kalsium dengan menimbulkan pengikisan pada protein pengikat kalsium dan usus.
BAB II
PEMBAHASAN

PEMBAGIAN MINERAL
Mineral dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh, antara lain:
1.    Makromineral (Kalsium, Fosfor, Magnesium, Natrium, Potassium, Klorida dan Sulfur).
2.    Mikromineral (Zat besi, Seng, Tembaga dan Florida).
3.    Ultrace mineral diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil (Yodium, Selenium, Mangan, Kronium, Molibdenim, Baron dan Kobalt).

Mineral terdapat dalam makanan maupun dalam tubuh terutama dalam bentuk ion yang dapat bermuatan positif/negative. Selain itu juga dapat merupakan bagian dari senyawa organik yang berperan dalam metabolisme tubuh. Mineral juga dapat diperoleh dalam suplemen atau pil. Suplementasi mineral dapat dikonsumsi bila kebutuhan dari makanan tidak dapat terpenuhi. Di daerah pegunungan dengan kandungan yodium yang rendah pada tanah dan airnya, sementara bahan makanan sumber seperti ikan laut sulit didapat, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam beryodium untuk menghindari efek yang tidak diinginkan dari kekurangan yodium jangka panjang.

FUNGSI MINERAL DALAM PROSES BIOKIMIA PADA BAHAN
MAKANAN
a.         Komponen penting senyawa dalam tubuh seperti Kalsium dan Fosfor sebagai penyusun struktur tulang dan gigi.
b.        Kofaktor/metaloenzim dalam reaksi biologis. Mineral akan berikatan dengan enzim tertentu dan mengaktifkan enzim yang bersangkutan, sehingga berbagai reaksi biologis dalam tubuh dapat terus berlangsung. Selain itu, mineral berikatan dengan komponen protein dan mempengaruhi aktivitas protein yang bersangkutan, yakni peran besi sebagai bagian dari hemoglobin pada sel darah merah.
c.         Fasilitator penyerapan dan transport zat gizi. Penyerapan dan transport beberapa zat gizi sangat bergantung pada beberapa mineral, seperti sodium yang berperan penting dalam penyerapan karbohidrat dan kalsium yang memfasilitasi penyerapan vitamin B12.
d.        Menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Sebagian besar reaksi kimia di tubuh dapat berlangsung bila keasaman cairan tubuh sedikit di atas netral. Keasaman cairan tubuh sangat ditentukan oleh konsentrasi relative dari ion H+ dan OH- . Beberapa mineral memiliki tendensi untuk berikatan dengan ion lainnya.
e.         Menjaga keseimbangan cairan tubuh. Mineral dalam bentuk ion mempunyai pengaruh besar terhadap perpindahan cairan tubuh baik dari luar sel maupun inter sel ke pembuluh darah. Mekanisme ini secara keseluruhan turut serta mengontrol keseimbangan cairan diseluruh tubuh sehingga proses metabolisme dapat terus berlangsung.
f.         Penghantar impuls saraf. Prinsip mekanisme ini adalah perpindahan ion mineral antar sel saraf di sepanjang serabut saraf. Mineral yang berperan terutama adalah Natrium dan Potassium yang bekerja menghantarkan impuls antar membran sel serta kalsium yang akan merangsang keseluruh saraf untuk mengeluarkan molekul Neuro transmitter, mengikatnya dan menghantarkan ke sel saraf lain.
g.        Regulasi kontraksi otot, yakni mineral yang terdapat di antara sel yang berperan dalam aktifitas otot. Kontraksi otot memerlukan ion kalsium dalam jumlah cukup. Sedangkan relaksasi otot dapat berlangsung normal berkat aktivitas ion Natrium, Potassium dan Magnesium.

KEGUNAAN GARAM MINERAL
Adapun beberapa fungsi dan kegunaan dari garam mineral, yaitu:
1.        Yodium / iodium / I
Zat mineral yodium biasanya terdapat pada garam dapur yang tersedia bebas di pasaran, namun tidak semua jenis dan merk garam dapur mengandung yodium. Yodium juga dapat membantu mencegah penyakit gondok, gondong atau gondongan. Yodium juga berfungsi untuk membentuk zat tirasin yang terbentuk pada kelenjar tiroid.
2.        Phosphor / fosfor / P
Fosfor berfungsi untuk pembentukan tulang dan membentuk gigi.
3.        Cobalt / kobal / Co
Cobalt memiliki fungsi untuk membentuk pembuluh darah serta pembangun.
4.        Chlor / Klor / Cl
Digunakan tubuh kita untuk membentuk HCl atau asam klorida pada lambung. HCl memiliki kegunaan membunuh kuman bibit penyakit dalam lambung dan juga mengakifkan pepsinogen menjadi pepsin.
5.        Magnesium / Mg
Digunakan sebagai zat yang membentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen dan hemoglobin.
6.        Mangaan / mangan / Mn
Berfungsi untuk mengatur pertumbuhan tubuh kita dan sistem reproduksi.
7.        Tembaga / Cuprum / Cu
Digunakan sebagai pembentuk hemoglobin pada sel darah merah.
8.        Kalsium / calcium / Ca
Kalsium disebut juga zat kapur, yaitu zat mineral yang berfungsi dalam membentuk tulang dan gigi serta memiliki peran dalam vitalitas otot pada tubuh.
9.        Potassium / K
Berfungsi sebagai pembentuk aktivitas otot jantung.
10.    Zincum / Zinc / seng / Zn
Seng oleh tubuh  dibutuhkan untuk membentuk enzim dan hormon penting. Selain itu, zinc juga berfungsi sebagai pemelihara beberapa jenis enzim, hormon dan aktifitas indra pengecap atau lidah kita.
11.    Sulfur atau belerang
Zat ini memiliki andil dalam membentuk protenin di dalam tubuh
12.    Natrium / Na
13.    Flour / F
Berperan untuk pembentukan lapisan email gigi yang melindungi dari segala macam gangguan pada gigi.

METABOLISME MINERAL
Mineral, (kecuali K dan Na), membentuk garam dan senyawa lain yang relatif sukar larut, sehingga sukar diabsorpsi. Absorpsi mineral sering memerlukan protein pengemban spesifik (spesific carrier proteins), sintesis protein ini berperan sebagai mekanisme penting untuk mengatur kadar mineral dalam tubuh.
Ekskresi sebagian besar mineral melalui ginjal, ada juga disekresi kedalam getah pencernaan, empedu dan hilang dalam feses. Kelainan akibat kekurangan mineral. Kekurangan intake semua mineral esensial dapat menyebabkan sindroma klinik.Bila terjadi difisiensi biasanya sekunder, akibat malabsorpsi, perdarahan, berlebihan (besi), penyakit ginjal(kalsium), atau problem klinis lain. Kelaianan akibat kelebihan mineral. Kelebihan intake dari hampir semua mineral menyebabkan gejala toksik.
Sumber dan kebutuhan mineral sehari-hari. Mineral esensial dan unsur runutan ditemukan dalam sebagian besar makanan, terutama biji-bijian utuh, buah, sayuran, susu, daging dan ikan. Biasanya dalam makanan hanya dalam jumlah yang sedikit.


Di bumi kita ini bnyak sekali mineral-mineral yang telah dimanfaatkan oleh manusia, tahu kah anda jenis mineral dan apa-apa saja unsur yang terkandung di dalamnya, Mineral yang terdapat dialam ada yang merupakan unsur bebas, ada pula yang merupakan gabungan dari beberapa unsur.
1.        Kalsium (Ca)
Ca diabrospsi duodenum dan jejunum proksimal oleh protein pengikat Ca yang disintesis sebagagi respon terhadap kerja 1,25-dihidroksikolekalsiferol (1,25-dihidroksi vitamin D). Abrospsi dihambat oleh senyawa yang membentuk garam Ca yang tidak larut.
Kalsium diekskresi melalui ginjal bila kadarnya diatas 7 mg/100 ml.  Sejumlah besar diekskresi melalui usus dan hampir semuanya hilang dalam feses.
Pengaturan keseimbangan kalsium
Untuk mempertahankan kadar kalsium dalam keadaan normal, diperlukan interaksi beberapa proses antara lain :
1. Pemasukan yang berasal dari makanan dan absorpsi saluran cerna
2. Pengeluaran melalui ekskresi urin dan feses
3. Keseimabnan formasi dan resorpsi tulang yang disebut sebagai dinamika tulang (bone turnover) Untuk menjamin keseimbangan proses-proses diatas dengan baik diperlukan pengaturan secara hormonal yaitu
• Hormon paratiroid
• Vitamin D
• Kalsitonin

2.        Fosfat
Fosfat bebas diabsorpsi dalam jejunum bagian tengah dan masuk aliran darah melalui sirkulasi portal. Pengaturan absorpsi fosfat diatur oleh 1 , 25–dihidroksi kolekalsiferol (1,25-dihidroksivitamin D). Fosfat ikut dalam pengaturan derivat aktif vitamin D. Bila kadar fosfat serum rendah, pembentukan 1,25-dihidroksi vitamin D dalam tubulus renalis dirangsang, sehingga terjadi penambahan absorpsi fosfat dari usus.
Deposisi fosfat sebagai hidroksiapatit dalam tulang diatur oleh kadar hormon paratiroid. 1,25-dihidroksi vitamin D, memegang peranan yang memungkinkan hormon paratiroid melakukan mobilisasi kalsium dan fosfat dari tulang.
Ekskresi fosfat terjadi terutama dalam ginjal. 80 persen – 90 persen fosfat plasma difiltrasi pada glomerulus ginjal. Jumlah fosfat yang diekskresi dalam urin menunjukkan perbedaan antara jumlah yang difiltrasi dan yang direabsorpsi oleh tubulus proximal dan tubulus distal ginjal. 1,25-Dihidroksivitamin D merangsang reabsorpsi fosfat bersama kalsium dalam tubulus proksimal. Hormon paratiroid mengurangi reabsorpsi fosfat oleh tubulus renalis sehingga mengurangi efek 1,25-Dihidroksivitamin D pada ekskresi fosfat. Bila tidak ada efek kuat hormon paratiroid, ginjal mampu memberi respon terhadap 1,25-dihidroksi vitamin D dengan pengambilan semua fosfat yang difiltrasi.

3.        Natrium
Natrium diabsorpsi di usus halus secara aktif (membutuhkan energi), lalu dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring kemudian dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan dikeluarkan melalui urin yang diatur oleh hormon aldosteron yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal jika kadar natrium darah menurun.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Pengeluaran natrium juga terjadi lewat pengeluaran keringat dan tinja dalam jumlah kecil. Kekuran natrium dari rute-rute ini dapat mengakibatkan kematian pada kasus berkeringat dan diare yang berlebihan. Ingesti natrium dipengaruhi oleh rasa dan dorongan homeostatis (selera terhadap garam) untuk mempertahankan keseimbangan natrium. Hewan mempunyai dorongan untuk memakan garam yang di picu oleh natrium plasma yang rendah (Sectiono, 2004).

4.        Magnesium
Rumen merupakan bagian penting pada penyerapan magnesium terutama pada domba (Thomas dan Potter, 1976b; Field dan Munro, 1977) dan sapi (Greene et all., 1983b; Khorasani et all., 1997). Kejadian metabolik dalam rumen kebanyakan ditentukan dari jumlah konsumsi magnesium. Magnesium diabsorpsi melalui kombinasi transfor aktif dan transfor pasif. Proses utama normalnya adalah transport pasif dan dimulai pada membran apikal mukosa rumen, dimana uptake magnesium diarahkan oleh perbedaan potensial negatif yang berbeda. Dan dihambat oleh konsentrasi tinggi potassium dalam rumen. Proses carrier-mediated memungkinkan terjadinya pertukaran ion magnesium dan hidrogen dan tidak sensitif terhadap potassium, menjadi proses dominan pada konsentrasi magnesium luminal yang tinggi (Martens dan Schweigel, 2000). Absorpsi magnesium diselesaikan oleh proses sekunder melalui transport aktif, terletak dalam membran basolateral yang dapat disaturasi dan kontrol kealiran darah (Dua dan Care, 1995). Dalam spesies tertentu, pengaruh utama pada absorpsi magnesium adalah faktor yang dapat berpengaruh pada kelarutan konsentrasi magnesium dalam rumen dan perbedaan potensial negatif diseluruh mukosa rumen. Magnesium sulit difiltrasi di gromerulus dibanding kebanyakan makromineral, tetapi dalam jumlah yang cukup difiltrasi dan lolos dari reabsorpsi tubuler yang dikeluarkan melalui urin (Ebel dan Gunther, 1980).
5.        Potassium
Penyerapan potassium terutama terjadi di usus halus non ruminansia oleh proses yang tidak teratur. Pada ruminansia penyerapan potassium diabsorpsi secara pasif saat memasuki rumen, selama proses ini terjadi penurunan perbedaan potensial apikal pada permukaan mukosa. Potassium memasuki aliran darah sebagian besar melalui membran basolateral dari mukosa usus.
Membran Transport
Ada mekanisme yang lebih baik untuk mengangkut potassium melintasi membran dibandingkan unsur lainnya, tetapi pada dasarnya mempertahankan konsentrasi intraseluler potassium tetap tinggi. Selain itu, potassium juga sebagai pompa ATPase dan co-transporter, terdapat ATPase dari hidrogen/potassium dan enam jenis saluran potassium, masing-masing mempunyai ciri khasnya masing-masing (Peterson, 1997). Penyesuaian short-term untuk pasokan fluktuasi potassium dapat dibuat melalui perubahan fluks potasium kedalam sel, di bawah pengaruh insulin (Lindeman dan Pederson, 1983). Selanjutnya diperlukan untuk regulasi yang terletak  pada sitotoksitas pada level sirkulasi potassium yang tinggi.

Eksresi
Peraturan status potasium tubuh dilakukan oleh ginjal, dimana reabsorpsi tubular dibatasi jika berlebihan dibawah pengaruh aldosteron ( Kem dan Trachwsky, 1983). Namun adaptasi terhadap potasium yang masuk dimulai pada usus, dimana sensor splanknikus memberikan peringatan dini dari jumlah konsumsi yang berpotensi mematikan (Rabinowitz, 1988). Respon terhadap sensor melibatkan peningkatan aktivitas ion ATPase natrium/potassium dan peningkatan jumlah pemompaan di membran basolateral pada tubulus distal ginjal dan usus yang menyebabkan peningkatan ekskresi potassium pada rute saluran kemih dan fases.
Seksresi
Pada ruminansia potassium adalah kation utama dalam proses berkeringat, mungkin karena rasio potasium yang tinggi dibanding natrium pada diet alami ruminansia dari rumput (Bell, 1995). Kehilangan potasium meningkat pada suhu lingkungan yang banyak terjadi pada bos indicus dibanding bos taurus (Johnson, 1970) pada temperatur tertentu, meskipun tingkat berkeringat lebih rendah. Potassium juga merupakan kation utama yang disekresi dalam susu; konsentrasi tidak meningkat pada asupan potassium diet tinggi, tetapi menurun selama terjadi kekurangan potassium (Pradhan dan Hemken, 1969). Kehilangan ekskretori potasium pada anak sapi dapat meningkat oleh stress pada saat transportasi sebgai akibat dari peningkatan aktivitas aldosteron (Hutcheson dan Cole, 1986).
6.        Besi (Fe)
Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
Ø Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
Ø Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan penyerapan Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah diserap oleh mukosa usus.
Ø Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat meningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 – 50 persen.
Ø Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentukny kompleks besi fosfat yang tidak dapat diserap.
Ø Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe
Ø Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe
Ø Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe.Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe.
Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui proses yang kompleks. Proses ini meliputi tahap – tahap utama sebagai berikut :
§   Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau Fe2+ mula – mula mengalami proses pencernaan.
§   Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+.
§   Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi FE3+. Fe3+ selanjutnya berikatan dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin, membebaskan Fe2+ ke dalam plasma darah.
§   Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan transferitin. Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam keseimbangan.
§   Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin membentuk ferritin yang kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.
Pengangkutan dan Penyimpanan Besi
Ketika besi diabsorbsi dari usus halus menuju ke plasma darah, besi tersebut bergabung dengan apotransferin membentuk transferin, yang selanjutnya diangkut dalam plasma darah. Besi dan apotransferin berikatan secara longgar, sehingga memungkinkan untuk melepaskan partikel besi ke sel jaringan dalam tubuh yang membutuhkan. Absorbsi besi diatur melalui besarnya cadangan besi dalam tubuh. Absorbsi besi rendah jika cadangan besi tinggi, sebaliknya jika cadangan besi rendah absorbsi besi ditingkatkan.
Setelah itu, besi dalam tranferin di plasma darah masuk ke dalam sumsum tulang untuk pembentukan eritrosit dan hemoglobin. Besi yang berlebih akan  bergabung dengan protein apoferritin, membentuk ferritin dan disimpan dalam sistem retikuloendotelial (RE). Oleh karena apoferritin mempunyai berat molekul besar, 460.000, ferritin bisa mengikat sejumlah besar besi. Besi yang disimpan sebagai ferritin disebut besi cadangan. Ditempat penyimpanan, terdapat besi yang disimpan dalam jumlah yang sedikit dan bersifat tidak larut, yang disebut hemosiderin.
Bila jumlah besi dalam plasma sangat rendah, besi yang terdapat dipenyimpanan ferritin dilepaskan dengan mudah ke dalam plasma, dan diangkut dalam bentuk transferin dan kembali ke sumsum tulang untuk dibentuk eritrosit. Bila umur eritrosit sudah habis dan sel dihancurkan, maka hemoglobin yang dilepaskan dari sel akan dicerna oleh sistem makrofag-monosit. Disini terjadi pelepasan besi bebas, dan disimpan terutama di tempat penyimpanan  ferritin yang akan digunakan untuk kebutuhan pembentukan hemoglobin baru.
7.        Zink
Seperti halya besi, zink diabsorpsi relatif sedikit. Dari konsumsi zink 4-14 mg/hari, hanya 10-40 %-nya yang diabsorpsi. Absorpsi menurun dengan adanya agen pengikat atau kelat sehingga mineral tersebut tidak terserap. Zink berikatan dengan ligan yang mengandung sulfur, nitrogen atau oksigen. Zink membentuk kompleks dengan fosfat (PO4), klorida (Cl-) dan karbonat (HCO3). Buffer N-2-hydroxyethyl-pysera-zine-N′-2-ethanesulfonic acid (HEPES) berefek kecil terhadap ikatan zink dengan ligan tersebut. Zink dapat berikatan dengan ligan tersebut dan diekskresikan melalui feces. Orang yang menderita geophagic dan/atau yang mengkonsumsi makanan tinggi fitat (khususnya produk sereal) berresiko defisiensi zink. Oberleas (1993) diacu dalam Berdanier (1998) telah memperhitungkan bahwa diet dengan rasio fitat dan zink lebih besar daripada 10, menyebabkan defisiensi zink, tanpa memperhatikan jumlah total zink dalam diet tersebut. Pada sistem pencernaan, mineral dicerna di usus halus.

8.        Tembaga
Unsur tembaga yang terdapat dalam makanan melalui saluran pencernaan diserap dan diangkut melalui darah. Segera setelah masuk peredaran darah, unsur tembaga akan berikatan dengan protein albumin. Kemudian diantarkan dan dilepaskan kepada jaringan-jaringan hati dan ginjal lalu berikatan dengan protein membentuk enzim-enzim, terutama enzim seruloplasmin yang mengandung 90 – 94% tembaga dari total kandungan tembaga dalam tubuh. Ekskresi utama unsur ini ialah melalui empedu, sedikit bersama air seni dan dalam jumlah yang relatif kecil bersama keringat dan air susu. Jika terjadi gangguan-gangguan pada rute pembuangan empedu, unsur ini akan diekskresi bersama air seni (INOUE et al., 2002).

9.       Selenium
Metabolisme selenium
Pemecahan antara absorbsi selenium dan ketersediaan selenium mengakibatkan perbedaan besar dalam post-absorbsi metabolism antara selenomethionin dan sumber lain selenium (burk et al., 2001). Hal ini menimbulkan efek pada retensi selenium, ekskresi dan transfer pada plasenta dan mammary.
Jalur terpisah
            Selenomethionin memeasuki penyimpanan methionine dan proporsi variable menjadi dimana methionine lebih dibutuhkan dibanding selenium, tetapi konversi parsial menjadi selenocystine (seCys) melalui lyase dan adenosilmethionine mungkin terjadi (NRC, 2005). seCy dapat dimasukkan ke selenoprotein P dalam hati dan dibawa ke plasma (Davidson and kennedy, 1993), dimana diambil dan dimasukkan kedalam salah satu dari banyak fungsional selenophospatsintase dalam jaringan. Selenite dan selenate direduksi menjadi selenide dan dimasukkan ke dalam seleno protein P. dosis oral dan parenteral dari 75 selenomethionine sama- sama di metabolisme setelah melalui hati, clearance aliran darah sangat lambat (paruh waktu dalam plasma 12 hari). Sebagian besar disimpan dalam otot (putih et al., 1988) dan selenium dipertahankan dalam hati dan ginjal yang berikatan dengan protein (ehlig et al., 1967). Sebaliknya, clearance selenocytine atau selenium anorganik terlalu cepat. Masuknya seleniumcytin ke dalam eritrosit cytosolic glutasi peroksidasi(GPX) terjadi pada eritropoiesis dan terjadi lag sebelum hasil GPX dilepaskan pada aliran darah. Selenomethionin, disisi lain dapat dimasukkan kedalam eritrosit sebagai methionin dalam hemoglobin (beilstein dan whanger, 1986). Beberapa transfer selenium dari selenomethionin ke selenocystine terjadi selama transsilverasi atau transaminasi kecuali dan sampai hal tersebut terjadi, selenomethionin (bukan selenocystine) dipengaruhi oleh pasokan dan kebutuhan methionin. Jika konsumsi kekurangan methionin, suplementasi selenomethionin dengan selenomethionin dapat meningkatkan selenium dalam jaringan selama penurunan aktivitasi GPX (Waschulewski dan sunde, 1988) pada saat kebutuhan methionin tinggi seperti pada awal laktasi dan masa penyapihan. Pada ruminansia, metabolism selenium akan berlangsung dipengaruhi oleh pengurangan sulfur dan pasokan nitrogen dan faktor lain yang mempengaruhi sintesis mikroba pada rumen.
                           

BAB III
PENUTUP
Mineral adalah salah satu zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Mineral merupakanbagiandaritubuh yang  memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Beberapa`mineral diantaranya mikromineral, makromineral, dan ultrace mineral. Mineral berasal dari makanan yang dikonsumsi  makanan dan juga tersedian dalam tubuh terutama dalam bentuk ion yang dapat bermuatan positif/negative. Selain itu juga dapat merupakan bagian dari senyawa organik yang berperan dalam metabolisme tubuh. Mineral di ekskresi melalui ginjal, ada juga disekresi kedalam getah pencernaan, empedu dan hilang dalam feses. Kelainan akibat kekurangan mineral dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh.


DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2008. Nutrisi mineral pada unggas. Fakultas peternakan universitas padjadjaran.
Adam, moh. Awaludin. 2011. Metabolisme mineral. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas brawijaya
Indrasari, siti dewi dkk. Kandungan mineral varietas unggul baru. Jawa barat: balai besar penelitian tanaman padi.
Suttle, neville f. 2010. Mineral nutrition of livestock, 4th edition. Uk: mpg books group.
Chahal, udeybir sighr.  2008. General animal nutrition. India: international book distributing co.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar