Tugas
makalah
Penerapan
Stimulasi listrik Terhadap Rigor Mortis dan Peningkatan Kualitas Daging
Disusun oleh :
Ihwal
Nur Kasmar (O 111 10 288)
Muh.
Nur Imam (O 111 10 253)
Ashari
Natosusilo (O 111 10 130)
Zarkawi
sujuti (O 111 10 131)
Deny
Fajar Bayu P. (O 111 10 283)
PROGRAM
STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PENERAPAN
STIMULASI LISTRIK TERHADAP RIGOR MORTIS dan PENINGKATAN KUALITAS DAGING”. Sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah hygine pangan.
Kami sebagai penulis sangat menyadari
bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
kekurangan karena keterbatasan data dan pengetahuan penulis.Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua kalangan untuk kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih
Makassar, 28 April 2013
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
Daging
merupakan salah satu bahan asal hewan yang paling banyak disukai oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan gizi. Hal ini dikarenakan daging sudah
dikenal sebagai salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena
mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani,
energi, air, mineral dan vitamin serta memiliki rasa dan aroma yang enak
(Anonim, 2006).
Kualitas
merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam produksi daging.
Kualitas daging dapat ditentukan berdasarkan parameter spesifiknya, yaitu:
warna, daya ikat air, pH daging, susut masak, keempukan dan tekstur. Kualitas
daging lokal yang beredar di pasaran kurang disukai, disebabkan beberapa faktor
antara lain higienitas dan keempukan daging yang masih rendah. Salah satu cara
untuk memperbaiki kualitas daging yaitu dengan cara pemberian stimulasi
listrik.
Stimulasi
listrik adalah suatu teknik dimana aliran listrik diaplikasikan pada karkas
mata rantai penyembelihan agar terjadi kontraksi otot. Stimulasi listrik
mempunyai dampak terhadap penurunan pH yang pada akhirnya rigormortis terbentuk
lebih awal. Penurunan pH yang cepat dapat diikuti dengan percepatan pengolahan
daging tanpa akibat yang diharapkan terhadap penurunan kualitas daging
(Abustam, 2004).
Stimulasi
listrik pada karkas dapat menyebabkan warna otot lebih merah terang,
kekerasan/kekompakan otot dan solidifikasi marbling berkembang lebih cepat
dibandingkan dengan nonstimulasi. Stimulasi listrik mereduksi kemungkinan
insiden warna daging yang gelap dan pembentukan ikatan serabut yang kasar pada
permukaan lapisan otot yang didinginkan dengan cepat (Soeparno, 2005).
BAB
II
PEMBAHASAN
Stimulasi
Listrik
1. Defenisi
Stimulasi Listrik
Stimulasi listrik
suatu teknik dimana aliran listrik diaplikasikan pada karkas mata rantai
penyembelihan agar terjadi kontraksi otot. Stimulasi listrik mempunyai dampak
terhadap penurunan pH yang pada akhirnya rigormortis terbentuk lebih awal.
Penurunan pH yang cepat dapat diikuti dengan percepatan pengolahan daging tanpa
akibat yang diharapkan terhadap penurunan kualitas daging (Abustam, 2004).
2. Metode yang
digunakan dalam Stimulasi Listrik
Metode yang digunakan
dalam stimulasi listrik ada dua, yaitu (Abustam, 2004) :
• Voltase Rendah
Stimulasi listrik
dengan voltase rendah ditandai dengan tegangan yang tidak melebihi 100 volt,
diaplikasikan segera setelah penyembelihan dengan lama perangsangan selama 30
detik. Aliran listrik akan merangsang sistem syaraf ternak yang masih
berfungsi, memberikan perintah kontraksi dan secara paralel medan listrik yang
terbentuk pada karkas akan menyebabkan kontraksi muskuler.
• Voltase Tinggi
Stimulasi listrik
dengan tegangan tinggi ditandai dengan tegangan yang melebihi diatas 300 volt,
pada umumnya 500 – 1200 volt dan dapat diaplikasikan agak lebih lambat setelah
penyembelihan ternak, 30 – 40 menit setelah pemingsanan, biasanya pada rantai
eviserasi dan pembelahan karkas. Lama perangsangan yang direkomendasikan adalah
1 – 2 menit.
3. Tujuan dari
Pemberian Stimulasi Listrik pada Karkas
Tujuan dari
pemberian stimulasi listrik pada karkas yaitu (Soeparno, 2005) :
• Stimulasi
listrik dapat mempercepat proses glikolisis postmortem yang terjadi selama
konversi otot menjadi daging
• Dapat mengubah
karakteristik palatabilitas daging
• Stimulasi
listrik terhadap karkas telah terbukti mempercepat habisnya ATP dan penurunan
pH pada ayam
• Mencegah
pemendekan otot karena temperatur dingin yang disebut cold-shortening
Stimulasi
elektrik juga dapat mempercepat glikolisis, yang menyebabkan rigor mortis
terjadi lebih cepat pada temperature yang lebih tinggi pada daging dan
membatasi kontraksi otot. Selain itu,
stimulasi elektrik juga dapat mempercepat habisnya ATP serta penurunan pH,
mencegah pemendekan otot karena coldshortening, menurunkan lemak, serta
meningkatka keempukan dan cita rasa daging sapi.
Penyebab
utama kealotan daging adalah pemendekan otot postmortem. Stimulasi elektrik
dapat menyebabkan warna otot lebih terang, kekerasan dan solidifikasi marbling
berkembang lebih cepat dibandingkan nonstimulasi.
Resistensi
perlakuan karkas pada stimulasi listrik dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu
tenggang waktu antara pemotongan ternak dengan stimulasi listrik, jarak antara
elektroda, kontak area elektroda dengan daging, ukuran karkas, keutuhan karkas,
belahan atau potongan – potongan karkas, lama waktu dan voltase yang digunakan.
Stimulasi
listrik memperpendek waktu pencapaian rigormortis melalui dua fase, yaitu
akselerasi rigor mortis melalui dua fase, yaitu akselerasi glikolisis, yaitu
fase selama stimulasi dan fase setelah stimulasi menurun. Setelah fase ini,
karkas yang masih hangat dapat didinginkan dengan cepat pada temperature 10⁰C tanpa
menyebabkan pemendekan otot, kemudian karkas dapat dibekukan dengan tepat tanpa
menyebabkan pemendekan otot prerigor dan kekakuan setelah pencairan kembali
daging beku yang disebut thaw rigor.
Dikenal dua metode stimulasi listrik, yaitu
stimulasi dengan tegangan rendah dan stimulasi tegangan tinggi. Pada tegangan
rendah digunakan voltase tidak lebih dari 100 volt dengan lama perangsangan 30
detik setelah penyembelihan.
Aliran
listrik akan merangsang system syaraf ternak yang masih berfungsi, memberikan
kontraksi dan secara paralel melalui medan listrik yang terbentuk pada karkas
akan menyebabkan kontraksi muskuler.
Pada
tegangan tinggi, digunakan voltase diatas 300 volt, dan dapat diaplikasikan
agak lebih lambat setelah penyembelihan ternak, 30 – 40 menit setelah
pemingsanan, biasanya rantai eviserasi dan pembelahan karkas. Lama perangsangan
yang direkomendasikan adalah 1 – 2 menit.
Dari
sejumlah penelitian, diketahui bahwa penggunaaan electrical stimulator dapat
mempertahankan pH pada kisaran 5,6 – 6,1, sementara karkas non stimulasi
mengahasilkan pH 6,1 – 6,6. pH daging
paling lunak adalah saat pada kisaran 5,9 – 6,1, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tegangan yang digunakan oleh elektical stimulator dapat mengoptimalkan
percepatan glikolisis postmortem.Stimulasi listrik ditujukan untuk mempercepat
rigormortis agar kontraksi otot penyebab pemendekan otot dapat dihindari
sehingga daging menjadi lebih empuk dan meningkatkan cita rasa (flavor) daging
(Tetty, 2006). Lebih lanjut dikatakan oleh Soeparno (2005), bahwa pada
prinsipnya, stimulasi listrik akan mempercepat proses glikolisis postmortem
yang terjadi selama konversi otot menjadi daging, dan dapat mengubah
karakteristik palabilitas daging. Stimulasi listrik terhadap karkas telah
terbukti mempercepat habisnya ATP dan penurunan pH pada ayam; mempercepat laju
glikolisis pada kelinci; mempercepat glikolisis postmortem, mencegah pemendekan
otot karena temperatur dingin yang disebut cold-shortening dan meningkatkan
keempukan daging pada domba; dan memperbaiki keempukan serta flavor pada daging
sapi.
Stimulasi
listrik memperpendek waktu pencapaian rogormortis melaui dua fase yaitu
akselarasi glikolisis, yaitu fase selama stimulasi dan fase setelah stimulasi
menurun. Setelah fase ini karkas yang masih hangat dapat didinginkan dengan
cepat pada temperatur 10C tanpa menyebabkan pemendekan otot, kemudian karkas
dapat dibekukan dengan tepat tanpa menyebabkan pemendekan otot prerigor dan
kekakuan setelah pencairan kembali daging beku yang disebut thaw rigor (Lawrie,
2003).
Stimulasi
menyebabkan konsumsi ATP yang dipercepat, dengan dampak penurunan pH yang pada
akhirnya rigormortis terbentuk lebih awal. Resiko pengkerutan karena dingin
terhindari dan dengan demikian akan diperoleh daging tanpa pemendekan pada
pendinginan yang lebih awal daripada biasanya sehingga akan memperbaiki
kualitas dan higienitas dari karkas dan daging (Abustam, 2004).
Umumnya
dikenal dua metode stimulasi listrik, yaitu 1) voltase rendah. Stimulasi
listrik dengan voltase rendah ditandai dengan tegangan yang tidak melebihi 100
volt, diaplikasikan segera setelah penyembelihan dengan lama perangsangan
selama 30 detik. Aliran listrik akan merangsang sistem syaraf ternak yang masih
berfungsi, memberikan perintah kontraksi dan secara paralel medan listrik yang
terbentuk pada karkas akan menyebabkan kontraksi muskuler. 2) voltase tinggi.
Stimulasi listrik dengan tegangan tinggi ditandai dengan tegangan yang melebihi
diatas 300 volt, pada umumnya 500 – 1200 volt dan dapat diaplikasikan agak
lebih lambat setelah penyembelihan ternak, 30 – 40 menit setelah pemingsanan,
biasanya pada rantai eviserasi dan pembelahan karkas. Lama perangsangan yang
direkomendasikan adalah 1 – 2 menit (Abustam, 2004).
Perubahan
otot menjadi daging terjadi secara biokimia dan biofisika ditandai dengan
menurunnya pH melalui pembentukan asam laktat dan glikolisis secara anaerobik.
Mekanisme anerobik ini terjadi karena otot-otot tidak lagi mendapatkan oksigen
akibat terhentinya peredaran darah, sementara otot masih tetap hidup dengan
menghabiskan cadangan energinya. Pembentukan asama laktat yang tidak cukup
disebabkan karena penurunan glikogen yang hebat sebelum ternak dipotong, dapat
menyebabkan daging berwarna gelap, tekstunya keras yang sering disebut ”dark
cutting beef” atau DCB (Abustam, 2004).
Salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu daging agar lebih empuk serta timbulnya flavor daging adalah
dengan melakukan stimulasi listrik (electric stimulation) segera setelah
pemotongan. Stimulasi elektrik juga dapat mempercepat glikolisis, yang menyebabkan
rigor mortis terjadi lebih cepat pada temperature yang lebih tinggi pada daging
dan membatasi kontraksi otot. Selain
itu, stimulasi elektrik juga dapat mempercepat habisnya ATP serta penurunan pH,
mencegah pemendekan otot karena coldshortening, menurunkan lemak, serta
meningkatka keempukan dan cita rasa daging sapi. Proses glikolisis menyebabkan terurainya ATP menjadi ADP (Adenosin
difosfat) dan hipoksantin yang merupakan salah satu komponen flavor dalam
daging (LAWRIE, 1974). pH daging dalam keadaan rendah akibat terbentuknya asam
laktat, menyebabkan gugus reaktif protein berkurang sehingga banyak air daging
lepas (UNRICH et al., 1986). Keempukan daging diperoleh dari stimulasi
listrik akibat struktur otot menjadi rusak sehingga ikatan kolagennya lemah
serta terjadinya peningkatan aktifitas proteolitik (SAVELL et al.,
1978). Hal ini ada kaitannya dengan rusaknya enzim lisosomal yang masuk kedalam
intracelular dan intercelular sehingga terjadi pengempukan daging (PEARSON dan
DUTSON, 1985).
Penyebab utama kealotan daging adalah pemendekan otot postmortem.
Stimulasi elektrik dapat menyebabkan warna otot lebih terang, kekerasan dan
solidifikasi marbling berkembang lebih cepat dibandingkan
nonstimulasi.Resistensi perlakuan karkas pada stimulasi listrik dipengaruhi
oleh beberapa factor, yaitu tenggang waktu antara pemotongan ternak dengan
stimulasi listrik, jarak antara elektroda, kontak area elektroda dengan daging,
ukuran karkas, keutuhan karkas, belahan atau potongan – potongan karkas, lama
waktu dan voltase yang digunakan.
Stimulasi listrik memperpendek waktu pencapaian rigormortis melalui dua
fase, yaitu akselerasi rigor mortis melalui dua fase, yaitu akselerasi
glikolisis, yaitu fase selama stimulasi dan fase setelah stimulasi menurun. Setelah
fase ini, karkas yang masih hangat dapat didinginkan dengan cepat pada
temperature 10⁰C tanpa menyebabkan pemendekan otot,
kemudian karkas dapat dibekukan dengan tepat tanpa menyebabkan pemendekan otot
prerigor dan kekakuan setelah pencairan kembali daging beku yang disebut thaw
rigor.
Dikenal dua metode stimulasi
listrik, yaitu stimulasi dengan tegangan rendah dan stimulasi tegangan tinggi.
Pada tegangan rendah digunakan voltase tidak lebih dari 100 volt dengan lama
perangsangan 30 detik setelah penyembelihan.Aliran listrik akan merangsang
system syaraf ternak yang masih berfungsi, memberikan kontraksi dan secara
paralel melalui medan listrik yang terbentuk pada karkas akan menyebabkan
kontraksi muskuler.Pada tegangan tinggi, digunakan voltase diatas 300 volt, dan
dapat diaplikasikan agak lebih lambat setelah penyembelihan ternak, 30 – 40
menit setelah pemingsanan, biasanya rantai eviserasi dan pembelahan karkas.
Lama perangsangan yang direkomendasikan adalah 1 – 2 menit.
Dari sejumlah penelitian, diketahui bahwa penggunaaan electrical
stimulator dapat mempertahankan pH pada kisaran 5,6 – 6,1, sementara karkas non
stimulasi mengahasilkan pH 6,1 – 6,6. pH
daging paling lunak adalah saat pada kisaran 5,9 – 6,1, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tegangan yang digunakan oleh elektical stimulator dapat
mengoptimalkan percepatan glikolisis postmortem.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Stimulasi
listrik adalah pemberian aliran listrik pada karkas setelah pengeluaran darah.
Tujuan stimulasi listrik ini adalah membantu pengeluaran darah dan mempercepat
terjadinya rigor mortis. Stimulasi listrik pada karkas dapat meningkatkan keempukan daging (daya
putus rendah) dan mengakibatkan rendahnya nilai susut masak. Perbedaan jenis
otot mengakibatkan perbedaan keempukan daging dimana Longissimus dorsi lebih
empuk daripada otot semitendinosus dan pectoralis profundus.
DAFTAR
PUSTAKA
Abustam, E. 2004.
Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi Daging. Program Quev Proyek Peningkatan Menajemen
Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar
Anonim. 2006. Cra
Sehat Menyantap daging. http://groups.yahoo.com/group
Halal-Baik-Enak/message/4831.m [Diakses pada Desenber 2007], Makassar.
Buckle, K.A, dkk.
1987. Food science. Peneejemah, Hari purnomo dan adiono. Ilmu pangan,
Universutas Indonesia Press, Jakarta.
Lawrie, R.A. 2003.
Ilmu Daging. Universitas Indonesia Press, Jakarta
Marwan, M. 2005.
Pengaruh Stimulais Listrik dan Suhu Pemasakan terhadap Keempukan dan Susut
Masak Otot Longissimus Dorsi Sapi Bali. Fakultas Peternamkan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Musdalifah. 2005.
Pengaruh Stimulasi Listrik Dan Jenis Otot Terhadap Keempukan dan Susut Masak
Daging Sapi Bali Pada Suhu Pemasakan 800C. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Sarwono, B. 2005.
Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeparno. 2005.
Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sugeng B.Y. 2005.
Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tabrany, H. 2001.
Pengaruh Proses Pelayuan Terhadap Keempukan Daging. http://www.google.co.id.
Diakses pada Januari,2005, Makassar.
Tetty. 2006.
Penggunaan Stimulasi Listrik Pada Kambing Lokal Terhadap Mutu Daging Selama
Penyimpanan Suhu Kamar. http://www.google.co.id. Agro Inovasi Balitnak [diakses
pada aprill, 2008., Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar