Rabu, 01 Mei 2013

tugas bahasa indonesia


Tugas individu
Bahasa Indonesia





Nama        :  Ashari Natosusilo
Kelas        :  A
Nim          :  O111 10 130

Prodi kedokteran hewan
Fakultas kedokteran
Universitas hasanuddin
Makassar
2010


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Selama satu abad terakhir (1907-2010), sebuah riset yang dilakukan oleh CRED (Centre for Research on the Epidemiology of Disasters) menunjukkan bahwa telah terjadi 343 bencana alam besar dalam wilayah Indonesia. Secara keseluruhan bencana tersebut menelan 236.543 korban jiwa dan menyentuh 2.639.025 penduduk. Bagi Indonesia, resiko bencana alam dengan demikian telah menjadi bagian dari sejarah dan isu actual. Sementara perkiraan Konsorsium Pengurangan Resiko Bencana, sebanyak 83 persen wilayah Indonesia atau hampir seluruh wilayah Indonesia punya potensi bencana sehingga potensi bencana  terutama di kota-kota besar yang memiliki potensi yang sangat besar untuk terjadi bencana banjir. harus menjadi acuan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan pembangunan.
Wilayah Indonesia banyak dilanda bencana di mana kurang lebih sebanyak 6.632 kali bencana selama kurun waktu 13 tahun terakhir, yang menunjukan negara ini sebagai daerah rawan bencana di dunia. Semua faktor bencana berhubungan dengan tindakan manusia. Sebuah bencana tidak akan menjadi bencana yang mematikan/merusakkan bila sebelum bencana dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau antisipasi kemungkinan bencana. Mungkin sebagian orang masih berpendapat bahwa bencana alam tidak dapat diprediksi, karena hanya “Tuhan” yang tahu kapan suatu bencana alam akan terjadi. Beberapa tahun belakangan, Indonesia memang sedang diguncang berbagai bencana alam hampir di seantero negeri, mulai dari tsunami, banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, dan masih banyak lagi. Beragam teori diajukan untuk dijadikan penyebab lahirnya bencana tersebut, mulai dari penggundulan hutan, penyalah gunaan lahan, sampai global warming.

Bencana terus mengancam daerah yang ada di Indonesia. Terutama di kota-kota besar yang sering terjadi banjir. Pada awal abad ke 21, semua orang tidak ragu untuk mengatakan bahwa kota-kota menjadi tempat yang semakin rentang terhadap ancaman bencana. Resiko bencana meningkat pada kawasan perkotaan dimana terkonsentrasi sebagian besar kegiatan antropik, terlepas dari peningkatan pengetahuan dan upaya-upaya konstan yang diinvestasikan oleh para pengambil keputusan, pengelola resiko maupun para peneliti. Kota-kota merupakan ruang yang ideal untuk pembentukan resiko bencana, yang menggiring kita untuk menyadari bahwa pembangunan perkotaan dan pembentukan berbagai resiko adalah tidak terpisahkan.
Dapat diamati bahwa terjadi korelasi yang kuat antara peningkatan angka urbanisasi dan peningkatan kerentanan (vulnerability) dari kota-kota. Di Indonesia, terhitung sejak 2008, sedikitnya 50% penduduknya tinggal di kawasan perkotaan, setelah sebelumnya pada tahun 2005 tercatat 107,25 juta dari total 222,78 juta penduduk (48,1%) bermukim di kawasan perkotaan. Selain itu, 110 juta penduduk bermukim pada 60 kota utama yang terletak 100 km dari garis pantai. Konsentrasi kota-kota pesisir tersebut membentuk sabuah  perkotaan linear dari Sabang hingga Merauke.
Banyak dari kota-kota utama Indonesia berada pada daerah berbahaya, baik yang bersifat teknologis karena adanya konsentrasi industri (polusi, kebakaran, ledakan, transport dari bahan B3, dan lain sebagainya), maupun yang bersifat natural (banjir, longsor, tsunami, gunung api, gempa bumi, dan lain sebagainya).
Beberapa tahun sebelumnya, tercatat bencana banjir pernah pula melanda beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya terjadi di tempat wisata pemandian air panas Pacet di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 11 Desember 2002 yang mengakibatkan 26 orang tewas dan 14 orang hilang. Di Lembah Sungai Jenebarang yang berada di lereng Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Goa, terjadi bencana yang sama pada 27 Maret 2004 hingga menewaskan 32 orang serta mengubur 12 rumah dan 430 hektare lahan. Begitu juga di bantaran Sungai Bahorok, Taman Wisata Bukit Lawang, yang berada di kaki Gunung Leuser, Sumatra Utara, terjadi bencana banjir pada 2 November 2003 yang mengakibatkan 151 orang tewas dan 100 orang yang hilang. Bahkan, di beberapa lembah atau bantaran sungai di Kota Palu dan juga di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Januari 2006.
B.       Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1.           Bagaimana dampak terjadinya banjir.
2.           Apakah penyebab terjadinya banjir.
C.       Tujuan
Adapun tujuan yang dapat dicapai dalam pembuatan makalah  ini adalah:
1.    Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang banjir yang terjadi di kota-kota besar yang ada di Indonesia dan ciri-cirinya.
2.    Untuk menambah ide dan wawasan penulis mengenai proses terjadinya banjir di kota-kota besar di Indonesia.
3.    Untuk memenuhi salah satu tugas pada pembelajaran bahasa Indonesia.
D.      Manfaat.
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.    Dapat memberikan gambaran tentang proses terjadinya bencana banjir yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia.
2.    Untuk mengenal lebih jauh faktor terjadinya banjir di kota-kota besar di Indonesia.
3.    Memberikan informasi bagi pembaca tentang bencana banjir di kota-kota besar di Indonesia.







BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Banjir.
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena  maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda kota-kota besar Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup besar khususnya di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia sangat berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat ,pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya, pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
Kita sering mendengar istilah banjir karena  akhir-akhir ini banjir telah  melanda beberapa daerah di Indonesia. Diantarnya banjir di Jakarta atau kota-kota Jawa Tengah akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir yang terjadi  di kota bjakarta hamper setiap musim terjadi, atau bias dikatakan sebagai tradisi di kota Jakarta. Namun sampai sekarang pemerintah belum bisa memberikan solusi yang baik agar tidak terjadi lagi banjir di kota Jakarta. Sehingga tidak jarang banjir membawa mala petaka bagi penduduk yang berdomisili di kota Jakarta dan tidak jarang pula menelan korban jiwa dan kerugian pemerintah.
Sehingga banyak pakar yang berpendapat bahwa lima tahun kemudian kota Jakarta akan tenggelam, inilah masalah yang sangat besar yang dihadapi oleh pemerintah sekarang, salah satu solusi pemerintah adalah memindahkan ibu kota Negara ke kota Makassar, namun solusi ini belum menjamin bahwa kota Jakarta akan terlepas dari bencana banjir.

B.       Ciri-ciri Banjir.
Secara umum ciri-ciri banjir dapat dijabarkan sebagai berikut:

C.       Proses terjadinya Banjir di kota Jakarta.

D.              Penyebab Banjir di kota Jakarta .
Penyebab banjir sendiri bisa terjadi karena berbagai hal baik alam maupun manusia. Dan berikut adalah hal-hal yang menyebabkan banjir di seluruh dunia termasuk Indonesia :
v  Peristiwa alam seperti Curah hujan dalam jangka waktu yang lama.
v  Terjadinya erosi tanah hingga hanya menyisakan batuan, dan tidak ada resapan air. bahkan bukan hanya banjir tapi juga tanah longsor
v  Buruknya penanganan sampah, hingga kemudian sumber saluran air tersumbat.
v  Bendungan dan saluran air rusak. Seperti yang terjadi pada bencana di situ gintung
v  Penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali.
v  Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang. Sehingga memudahkan terjadi bencana banjir
v  Kiriman atau bencana banjir banjir.
v  Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
v  Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan gedung, tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada. Contohlah kota-kota besar semacam jakarta yang sering terjadi bencana banjir.
E.        Dampak yang Ditimbulkan Oleh Banjir di kota Jakarta.
Banjir bandang tiadak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
  1. Rusaknya areal pemukiman penduduk.
Areal pemukiman penduduk rusak total pascabanjir bandang. Rumah-rumah warga di tepi kiri kanan sungai hancur tersapu air. Seluruh kota hingga kampung-kampung di sekitarnya, semua terbenam dan terseret banjir ke arah pantai lautan Teluk Cenderawasih. Rumah warga yang umumnya semipermanen dari bahan kayu tergerus dan runtuh. Dari pantauan JASOIL, kondisi umum kota Wasior sudah hancur total akibat  banjir bandang yang melanda daerah tersebut. PLN juga dalam kondisi tidak bisa terpakai lagi, sehingga suasana gelap gulita di malam hari. Instalasi listrik kota juga rusak parah dan aliran listrik terputus total.
  1. Sulitnya mendapatkan air bersih.
Pascabanjir bandang, masyarakat dihadapkan pada kebutuhan air bersih karena biasanya sumber air bersih di lokasi banjir sudah tercemar lumpur sehingga tidak bisa digunakan. Jika kebutuhan air bersih tidak terpenuhi di lokasi bekas banjir, maka akan berpotensi terjadinya masalah kesehatan. Pengiriman air bersih berupa penyediaan beberapa unit mobil tangki berisi air bersih telah diupayakan.
  1. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.

Bencana banjir bandang yang terjadi di Wasior Papua Barat telah meluluhlantakkan semua inftrastruktur, termasuk gedung-gedung milik pemerintah. Diberitakan bahwa kondisi di sana masih porak-poranda dan akses masuk masih sangat terbatas. Banjir juga mengakibatkan 4 sarana ibadah mengalami rusak berat, yaitu gereja 3 unit, masjid 1 unit.
Sebanyak  9 unit sarana perkantoran mengalami rusak berat, yaitu 1 kantor dermaga, 1 RSUD, 2 Pustu, 1 Bank Papua, 2 unit pasar dan 2 unit kantor pertanian dan UKM.
Ratusan rumah warga dan fasilitas umum kota rusak parah akibat terjangan air bah. Tak hanya itu, pesawat Susi Air yang biasanya melayani rute lokal ikut rusak saat berada di landasan pacu Bandara Manokwari.
 
  1. Rusaknya areal pertanian.
Dahsyatnya banjir bandang yang melanda Wasior Papua Barat menyebabkan areal pertanian dengan berbagai jenis komoditi di Wasior Papua Barat, dilaporkan mengalami kurasakan cukup parah. Areal pertanian milik warga rusak direndam banjir, padahal puluhan hektare areal persawahan itu akan panen. Namun, tingkat kerusakan yang terjadi  pada areal pertanian rakyat akibat bencana banjir bandang itu sangat bervariasi.

  1. Timbulnya penyakit-penyakit.

Berbagai risiko penyakit akan muncul akibat bau busuk jenazah korban yang diduga masih tertimbun lumpur yang belum dievakuasi. Untuk mencegahnya, langkah awal adalah penyemprotan desinfektan. Tim kesehatan gabungan di Wasior telah melakukan langkah antisipasi yang tepat dengan melakukan penyemprotan desinfektan di sejumlah lokasi yang masih tertimbun material banjir di lokasi Pasar Soyar, Wasior Kota, termasuk di sekitar pemukiman warga di Sanduai.
Meski sampai saat ini belum ada laporan masalah kesehatan yang berarti akibat banjir, sebagai langkah antisipasi persediaan obat-obatan dan penyediaan pos-pos kesehatan perlu disiapkan untuk mengobat penyakit yang kerap muncul pasca banjir seperti seperti penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), gatal - gatal, demam, dan diare/mencret, apalagi bila berada di areal pengungsian. Kewaspadaan terhadap penyakit malaria perlu disosialisasikan karena Papua dan Papua Barat merupakan daerah endemis malaria.

  1. Menghambat transportasi darat.

Banjir badang yang melanda Wasior menyebabkan empat unit jembatan dilaporkan rusak berat dan 1 unit rusak berat. Jembatan-jembatan dan jalan raya tidak bisa dilewati kendaraan karena di beberapa titik terdapat timbunan bebatuan dan lumpur setinggi pinggang orang dewasa. Jaringan komunikasi juga terputus. Dermaga pelabuhan wasior dan juga landasan pesawat, bandara wasior juga tidak dapat berfungsi lagi. Semua lumpuh. Untuk sementara, tidak ada jalan darat dari Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat ke Wasior, Kabupaten Teluk Wondama. Banjir bandang yang terjadi telah menghancurkan dan melumpuhkan seluruh aktivitas di kawasan Teluk Cenderawasih. Selain menghambat transportasi darat, transportasi laut dari arah Manokwari dan Nabire juga terhambat akibat berbagai faktor. Bandara Wasior juga belum bisa difungsikan, karena lumpur dan bebatuan. Sehingga penduduk Wasior seakan terjebak di sana.

F.        Penanggulangan Bencana Banjir Bandang di Wasior Papua Barat

Penanggulangan bencana banjir bandang Wasior dikendalikan langsung oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat. Pasalnya, aparatur Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama dinilai tidak tanggap dalam penanganan korban banjir yang menghancurkan seluruh infrastruktur umum dan perumahan masyarakat di wasior. Bupati dan para kepala dinas di Pemkab Teluk Wondama pada saat terjadinya banjir bandang tidak berada di tempat. Para pejabat pemerintah daerah bernasib naas ini, saat kejadian semuanya masih berkonsentrasi di luar Wasior dalam rangka urusan sengketa politik hasil pemilihan umum kepala daerah (Pemilu Kada) di Mahkamah Konstitusi.
Beruntung ada kepala dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Teluk Wondama yang saat itu berada di tempat sehingga bisa bertindak untuk mengatur koordinasi penanganan korban bencana tersebut. Sedangkan Bupati Wondama, Alberth Torey bersama semua kepala dinasnya dan staf-staf lain yang berhubungan langsung dengan urusan politik itu baru tiba pada pagi hari kedua pascabencana. Atas perintah Gubernur Provinsi Papua Barat, Abraham O. Ataruri yang mengunjungi korban bencana di Wasior, kepala dinas PU Wasior mengambil alih semua kendali komando penanganan korban bencana.
Bencana banjir yang menyerupai tsunami ini mengakibatkan aktivitas pelayanan pemerintahan dan perekonomian menjadi lumpuh total. Ribuan warga yang selamat dari musibah banjir kini ditampung di lima tempat. Di antaranya, ruang Bandar Udara Wargono Wasior, masjid Al Falah Wasior, Kantor Bupati (lama), SMP YPK Wasior, dan sejumlah permukiman warga yang berada di dataran tinggi. Sementara lokasi-lokasi yang berada di luar kota Wasior belum bisa dijangkau. Kabar dari Wasior, sudah ada bantuan darurat berupa beras dan supermie, tetapi tidak ada alat masak dan air bersih, sehingga warga korban yang di pengungsian kelaparan. Namun, upaya penanggulangan bancana banjir bandang masih terus dilakukan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar