Rabu, 01 Mei 2013


Tugas individu
Biologi dasar.
Ragam Penyakit Zoonosis

Nama        :  Ashari Natosusilo
Kelas        :  A
Nim          :  O111 10 130

Prodi kedokteran hewan
Fakultas kedokteran
Universitas hasanuddin
Makassar
2010
A.   Pengertian zoonosi.

Beberapa pengertian zoonosis antara lain:
 1. Menurut UU No. 6/1967, Zoonosis adalah penyakit yg dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya atau disebut juga Anthropozoonosis. Begitupun dalam UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan kesehatan Hewan, sebagai pengganti UU No. 6 tahun 1967 dinyatakan bahwa penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya.
  2. Menurut  WHO, Zoonosis adalah suatu penyakit atau infeksi yang secara alami ditularkan dari hewan vertebrata.
 3. Definisi Zoonosis menurut PAHO (Pan American Health Organization) yang menjadi rujukan WHO adalah : Suatu penyakit atau infeksi yang secara alami ditularkan dari hewan vertebrata ke manusia.
B. Jenis – jenis penyakit zoonosis.

v Berdasarkan reservoirnya
1.    Antropozoonosis: penyakit yang dapat secara bebas berkembang di alam di antara hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang terinfeksi dan akan menjadi titik akhir dari infeksi. Pada jenis ini, manusia tidak dapat menularkan kepada hewan atau manusia lain. Berbagai penyakit yang masuk dalam golongan ini yaitu Rabies, Leptospirosis, tularemia, dan hidatidosis.
2.    Zooantroponosis: zoonosis yang berlangsusng secara bebas pada manusia atau merupakan penyakit manusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Termasuk dalam golongan ini yaitu tuberkulosis tipe humanus disebabkan oleh Mycobacterium tubercullosis, amebiasis dan difteri.
3.    Amphixenosis: zoonosis dimana manusia dan hewan sama-sama merupakan reservoir yang cocok untuk agen penyebab penyakit dan infeksi teteap berjalan secara bebas walaupun tanpa keterlibatan grup lain (manusia atau hewan). Contoh: Staphylococcosis, Streptococcosis.

v Berdasarkan kejadiannya
Emerging zoonosis memiliki definisi yang secara umum mencakup salah satu dari tiga situasi penyakit zoonotik seperti
1.    agen patogen yang telah diketahui muncul pada suatu area baru.
2.    agen patogen yang telah diketahui atau yang berkerabat dekat terjadi pada spesies yang tidak peka atau.
3.    agen patogen yang tidak atau belum diketahui terdeteksi untuk pertama kali.
Re-emerging zoonoses adalah suatu penyakit zoonotik yang pernah mewabah dan sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali. Faktor-faktor yang memicu emerging dan re-emerging zoonosis yaitu:
  1. perubahan ekologi
  2. perubahan demografi dan perilaku manusia
  3. perjalanan dan perdagangan internasional
  4. kemajuan teknologi dan industri
  5. adaptasi dan perubahan mikroorganisme
  6. penurunan perhatian pada tindakan-tindakan kesehatan masyarakat dan pengendalian
  7. perubahan pada individu inang, misalnya imunodefisie.

C.  Dampak akibat zoonosis.

1. Timbulnya kesakitan (morbidity) dan kematian (mortality), baik pada manusia maupun hewan.

2. Dampak ekonomi akibat kehilangan tenaga kerja karena sakit, menurunnya jumlah wisatawan ke daerah terjadinya wabah, turunnya produksi ternak dan produk ternak, pemusnahan ternak sakit dan tersangka sakit, serta pembatasan dan penurunan perdagangan internasional.


D. Penularan zoonosis.
Penularan zoonosis antara lain terjadi melalui: makanan (foodborne), udara (airborne) dan kontak langsung dengan hewan sakit. Bahaya biologis pangan yang dapat menyebabkan zoonosis yaitu:
  • Bakteri : Bacillus anthracis, Brucella abortus, Brucella melitensis, Mycobacterium bovis, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi.
  • Virus: Hepatitis A Virus, Hepatitis E Virus.
  • Parasit : Taenia saginata, T. solium, T. asiatica, Trichinella spiralis, (Toxoplasma), (Echinococcus granulosus), E. multilocularis.
  • Prion: Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE).
E.  Macam – macam sifat zoonosis.

Ø Zoonosis bersifat eksotik.

·        Sars virus.
SARS virus mempunyai tipikal yang mirip dengan pneumonia dan influenza, familinya paramyxoviridae. Virus ini diinokulasi dari Macaca fascicularis coronaviridae, selain itu virus ini juga familinya coronaviridae. Corona virus memiliki famili yang luas dengan envelop ikatan tunggal positif – standar RNA virus yang bereplikasi dalam sitoplasma sel dari inang definitif. Virus ini ditemukan pada feces dan urin dari stable dengan temperatur ruangan. 1-2 hari pasien menderita diare dengan pH lebih tinggi dari normal. Dalam supernatan dari kultur sel yang terinfeksi terdapat konsentrasi virus setelah 21 hari pada suhu 40C dan 800C. Setelah 48 jam dengan temperatur ulang konsentrasi virus direduksi dengan satu tempat. Corona virus ditemukan pada hewan liar yang dijual untuk konsumsi manusia, corona virus ditemukan pada musang (Paguma larvata) dan species hewan lainya. Vaksinnya untuk respiratori corona virus infeksi seperti infeksi bronchitis virus pada ayam, dan transmisi gastroenteritis corona virus dari babi serta Feline Infectious Peritonitis virus (FIP).

·        Ebola.
Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus ebola virus dan familinya filoviridae. Karakteristik dari virus ini, morfologi filamennya panjang dan dikelilingi lemak serta mempunyai envelop. Ebola virus mempunyai morfologi yang sama dengan marburg virus karena familinya yang sama yaitu filoviridae serta gejala klinis yang sama. Ebola merupakan virus yang zoonosis. Ebola hemorhagik fever merupakan potensial kematian dengan gejala klinis muntah, diare, luka pada tubuh, pengeluaran darah internal dan eksternal dan demam. Ebola dibagi menjadi tiga yaitu zaire ebola virus, reston ebola virus dan ivori coast ebola virus.
Reservoir dari Ebola adalah macaca fascicularis, kijang liar, dan kelelawar buah. Gejala klinisnya bervariasi yaitu demam tinggi, Sakit kepala, luka pada abdominal, muntah, kelelahan dan mual. Gejalanya hampir sama dengan demam typoid, malaria, disentri, influenza, dan infeksi bakteri yang serius. Jika ebola mempunya gejala yang serius seperti diare, feses berdarah gelap, muntah darah, perdarahan arteriosklerotik, ptechiae, kemerahan makulopapular dan purpura. Hemoragi intenal dan eksternal dari orificium hidung dan mulut.
·        Rift valley fever (RVF)
RVF bersifat zoonosis, kasus penyakit ini pada hewan dan manusia dengan morbiliti dan mortalitas yang tinggi. Virus RVF ini vektornya adalah nyamuk yang merupakan epizootik potensial (epidemik pada hewan) dan pada manusia epidemik terlihat dari virus baru pada satu area yang terdapat vektornya. RVF merupakan genus dari phlebovirus dengan famili bunyaviridae. Vektor dari RVF melalui gigitan nyamuk, berasal dari species nyamuk yang merupakan vektor transmisi RVF pada daerah berbeda dengan species nyamuk yang berbeda disebut pre dominan vektor, nyamuk Aides adalah contohnya, virus ini terdapat pada pakan hewan yang terinfeksi dan mampu bertransmisi secara transovarial (trasmisi virus dari nyamuk betina yang terinfeksi pada telurnya), jadi generasi baru infeksi nyamuk terdapat pada telur.
Banyak type dari hewan yang terinfeksi dari RVF dan kejadian penyakit pada umumnya hewan domestik seperti ternak, domba, unta, kambing dan burung liar dari endemik area yang beradaptasi kekondisi lokal. Hewan dengan umur yang berbeda mempunyai tingkat kejadian penyakit yang berbeda. RVF pada manusia bersifat epizootik, manusia terinfeksi RVF melalui gigitan nyamuk atau melalui kontak dengan darah, kontak lain melalui pemotongan hewan yang terinfeksi dan juga melalui susu hewan yang terinfeksi. Virus ini infeksi pada manusia melalui inokulasi (pada kulit yang terluka atau pisau pemotongan daging yang terinfeksi).
Periode inkubasi dari virus ini 2-6 hari, gejala klinisnya terlihat seperti gejala influenza dengan demam yang mendadak, sakit kepala nyeri sendi atau myalgia. Beberapa pasien mengalami ketegangan pada leher, photofobia dan muntah serta meningitis.
Ø Zoonosis bersifat endemik.

·         Flu babi
Flu babi adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung. Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia. Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntahan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2, and H2N3.  Di Amerika Serikat, hanya subtipe H1N1 lazim ditemukan di populasi babi sebelum tahun 1998 Pada 5 Februari 1976, tentara di  Amerika Serikat menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918. Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan vaksin, namun rencana itu dibatalkan. Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala khusus. Sebagai contoh, selama wabah flu babi 2009 di AS, CDC menganjurkan para dokter untuk melihat "apakah jangkitan flu babi pada pasien yang di diagnosa memiliki penyakit pernapasan akut memiliki hubungan dengan orang yang di tetapkan menderita flu babi. Diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan.


·         rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Penyakit rabies merupakan penyakit zoonosis atau penyakit yang ditularkan oleh hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Penyakit ini disebabkan oleh Rabdhovirus dan ditularkan melalui gigitan hewan pembawa dan dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia serta mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang berujung pada kematian.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.
·         Antraks
Penyakit Antraks termasuk kelompok penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (Zoonosis). Penyakit ini paling sering menyerang ternak herbivora terutama sapi, domba, kambing dan selalu berakhir pada kematian. Sasaran berikutnya kuda dan babi. Hewan kelompok omnivora ini bisa lebih bertahan sehingga sebagian penderita selamat dari maut. Serangan pada ayam, belum pernah ada laporan. Berdasar penelitan yang selama ini telah dilakukan, pada manusia, dilaporkan tingkat kematian mencapai 18 persen (dari 100 kasus, 18 penderita meninggal).
Penyebab antraks adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini berbentuk batang, lurus dengan ujung siku-siku. dalam biakan membentuk rantai panjang. dalam jaringan tubuh tidak pernah terlihat rantai panjang, biasanya tersusun secara tunggal atau dalam rantai pendek dari 2 - 6 organisme. Dalam jaringan tubuh selalu berselubung (berkapsel). kadang-kadang satu kapsel melingkupi beberapa organisme. Bakteri Bacillus anthracis bersifat gram positif, berukuran besar dan tidak dapat bergerak. Bakteri yang sedang menghasilkan spora memiliki garis tengah 1 mikron atau lebih dan panjang 3 mikron atau lebih.
Bakteri ini bersifat aerob, memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Hewan tertular akibat memakan spora yang menempel pada tanaman yang dimakan. Hewan yang mati akibat antraks harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah); mengonsumsi produk hewan yang kena antraks: atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang.
Karenanya ada empat tipe antraks yaitu antraks kulit, antraks usus (pencernaan), antraks paru (pernapasan) dan antraks otak.Antraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak
Ø Zoonosis bersifat sporadik.

a.       Bakteri Enterobacter sakazakii.
Bakteri ini merupakan bakteri batang, Gram negatif dari famili Enterobacteriaceae, dan digolongkan sebagai bakteri koliform. Bakteri ini bersifat motil (memiliki peritrichous flagella), tidak membentuk spora, memproduksi koloni berpigmen kuning. Sebelum tahun 1980, bakteri ini disebut sebagai yellow-pigmented Enterobacter cloacae (INFOSAN 2005). Bakteri ini dapat dimusnahkan pada suhu di atas 70 °C. Habitat alami bakteri ini tidak diketahui pasti. E. sakazakii dapat dideteksi pada usus manusia sehat, serta dapat pula ditemukan di usus hewan dan lingkungan.
sakazakii merupakan bakteri patogen yang bersifat oportunistik. Bakteri ini menyebabkan meningitis, sepsis, bakterimia, dan necrotizing enteritis pada bayi (Kim et al. 2007). Tingkat mortalitas dari infeksi E. sakazakii ini mencapai 20 – 50%.
Bakteri ini dapat diisolasi dari berbagai macam lingkungan dan makanan. Susu bubuk formula bayi telah banyak dilaporkan berkaitan erat dengan sumber E. sakazakii pada sejumlah wabah infeksi bakteri tersebut (Kim et al. 2007). Bowen dan Braden (2006) menyatakan E. sakazakii telah menyebabkan kematian 40–80% bayi-bayi yang terinfeksi bakteri tersebut dan berkaitan dengan susu bubuk.
Susu bubuk formula bayi bukanlah produk pangan yang steril, sehingga masih memungkinkan dapat mengandung mikroorganisme patogen. E. sakazakii banyak ditemukan di lingkungan pabrik yang berpotensi sebagai sumber kontaminasi setelah pasteurisasi (Anon 2002). Secara garis besar terdapat tiga jalur masuknya E. sakazakii ke dalam formula bayi: (1) bahan baku untuk produksi susu formula bayi; (2) kontaminasi pada susu formula bayi atau bahan baku kering lainnya setelah proses pasteurisasi; dan (3) kontaminasi pada susu formula saat disiapkan sebelum dikonsumsi (Anon 2004). Sebesar 20-50% dari kasus infeksi E. sakazakii, disebabkan susu formula (sebagai vehicle), akan tetapi rendahnya sanitasi pada waktu rekonstitusi dan penanganan merupakan sumber penularan.
Dalam Codex dinyatakan bahwa susu formula bayi boleh mengandung koliform asal tidak melampaui batas 3 bakteri/gram formula. E. sakazakii termasuk kelompok koliform ini. Susu bubuk formula bayi belum pernah diidentifikasi secara jelas sebagai alat tran sportasi atau sumber penularan infeksi untuk kasus yg bersifat sporadis jika dibandingkan dengan kejadian infeksi yang disebabkan salmonella. Hal ini lebih banyak disebabkan kesulitan mengidentifikasi penyebab kasus-kasus sporadik. Susu bubuk formula dianggap sebagai kendaraan (vehicles) dan sumber penularan.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penularan E. sakazakii adalah: Belum ada laporan transmisi dari satu bayi ke bayi lainnya atau penyebaran dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya. Kontaminasi dalam susu formula dapat terjadi karena kurang higienis pada saat penyediaan, penyimpanan yang lama pada suhu kamar (tidak disimpan pada suhu refrigerator) setelah preparasi. E. sakazakii ditemukan pada lingkungan tempat produksi, fasilitas produksi dan peralatan.
Beberapa kasus dan wabah akibat infeksi E. sakazakii pada bayi telah banyak dilaporkan di negara-negara maju dan berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar