tugas praktikum ilmu bedah, CDVM.
I.
JUDUL : KASTRASI PADA KUCING
II.
TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kastrasi
2. Mengetahui macam – macam metode kastrasi.
3. Mengetahui tekhnik operasi kastrasi
4. Mengetahui keuntungan dan kerugian
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Testis merupakan organ primer dari alat reproduksi jantan
yang menghasilkan spermatozoa dan hormon-hormon reproduksi, khususnya
testosteron.Saat dewasa kelamin testis turun dari rongga perut ke dalam skrotum
melalui kanalis inguinalis. Contoh tindakan bedah yang dilakukan terhadap
testis adalah kastrasi.Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang
dilakukan pada testis, berupa pengambilan atau pemotongan testis dari
tubuh.Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar
(anastesi umum).(Waluyo, 2009).
Metode
kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Metode
terbuka
Sayatan dilakukan
sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi
terbungkus.
2. Metode
tertutup
Sayatan hanya sampai
pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika vaginalis
communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus
Kucing yang akan dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian
besar kucing dikebiri ketika berumur 5 – 8 bulan.Para ahli perilaku hewan
menyarankan mengkebiri kucing sebelum memasuki masa puber, karena dapat
mencegah munculnya sifat / perilaku kucing yang tidak diinginkan.
Keuntungan
kastrasi, antara lain :
1.
Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan
Salah
satu keuntungan mengkebiri kucing adalah mencegah kelahiran anak kucing yang
tidak diinginkan.Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan
ini juga memungkinkan pemilik kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan
maksimal.
2.
Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain
Testosteron
adalah hormon kelamin jantan.Hormon ini mempengaruhi banyak pola-pola perilaku
pada kucing jantan.Salah satu perilaku yang banyak dipengaruhi hormon
testosteron adalah perilaku agresi.Setelah kebiri, perilaku ini cenderung
berkurang banyak.Spraying/Urine marking adalah salah satu perilaku alami kucing
jantan yang tidak di kebiri.Sebagian besar perilaku ini hilang setelah kucing
dikebiri.
3. Tidak
Suka Berkeliaran
Kucing
betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui
udara.Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat
mengetahui dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini,
lalu kemudian mencari dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh.
Kucing jantan yang telah dikebiri cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini
dan lebih suka diam di dalam rumah.
4. Lebih
Jarang Terluka
Keuntungan
medis lain dari kebiri adalah jarangnya kucing terluka akibat berkelahi dengan
kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena
penyakit yang dapat menular melalui luka/kontak.
5. Peningkatan
Genetik
Beberapa
kucing dikebiri karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan
kucing-kucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah
kucing-kucing cacat dapat dikurangi.
6. Mengurangi
Resiko Tumor & Gangguan Prostat
Tumor
dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang
sekali terjadi.Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon
testosteron yang dihasilkan oleh testis.Tindakan kebiri menyebabkan hewan tidak
lagi menghasilkan hormon tersebut, sehingga resiko tumor dan gangguan pada
prostat dapat dikurangi.
7. Cenderung
Lebih Manja
Sebagian
besar perilaku agresif pada kucing jantan dipengaruhi hormon testosteron.Kucing
yang dikebiri cenderung tidak agresif dan lebih manja.
Kelemahan
dari kucing yang dikastrasi antara lain:
1. Kegemukan atau obesitas. Rata-rata seekor
kucing jantan yang dikastrasi membutuhkan asupan kalori sebanyak 25% untuk
menjaga berat badannya dank arena kucing yang dikastrasi memiliki rata2 proses
metabolisme makanan yang rendah maka asupan nutrisi tersebut akan disimpan
menjadi lemak, sehingga menimbulkan kegemukan.
2. Kehilangan untuk memperoleh keturunan yang
potensial /berharga terutama untuk para breeder.
3. Penurunan kadar testosteron mengakibatkan
kehilangan sifat maskulinasi dan penurunan fungsi otot-otot badan. Penurunan
kadar testosteron juga mengakibatkan penundaan penutupan pertumbuhan tulang
panjang, sehingga kucing yang dikastrasi pertumbuhan tulang-tulang
ekstremitasnya lebih panjang dibandingkan yang tidak dikastrasi.
Preanastesi
Obat-obatan preanastesi digunakan untuk mempersiapkan pasien
sebelum pemberian agen anestesi baik itu anastesi local, regional ataupun umum.
Tujuan pemberian agen preanestesi tersebut adalah untuk mengurangi sekresi
kelenjar ludah, meningkatkan keamanan pada saat pemberian agen anestesi,
memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah setelah
ataupun selama anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan
gerakan yang tidak terkendali selama recovery (Kumar, 1996).
Agen preanastesi digolongkan menjadi 4 yaitu; antikolinergik,
morfin serta derivatnya, transquilizer dan neuroleptanalgesik (Kumar,
1996).Sementara menurut Sardjana dan Kusumawati (2004), obat-obat yang digunakan
untuk anastesi premedikasi meliputi antikolinergik, analgesik,
neuroleptanalgik, tranquilizer, obat dissosiatif dan barbiturate.
Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) pada umumnya obat-obat
preanastesi bersifat sinergis terhadap anastetik namun penggunaanya harus
disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa
nyeri, teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya.
Atropin
Sulfat
Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai
antikolinergik atau parasimpatolitik.Atropin sebagai prototip antimuskarinik
mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik
kolinergik dan otot polos.Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi
dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian
antikolinesterase (Ganiswarna, 2001).
Atropin sulfat berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan
tidak berbau. Atropin dalam bentuk bubuk atau tablet harus disimpan dalam
container tertutup dengan suhu 15º-30ºC, sedangkan dalam bentuk injeksi harus
disimpan pada suhu kamar.
Atropin sebagai premedikasi diberikan pada kisaran dosis
0,02-0,04 mg/kg, yang diberikan baik secara subkutan, intra vena maupun intra
muskuler (Plumb, 1998), sedangkan menurut Rossof (1994), atropin sebagai
premedikasi diberikan dengan dosis 0,03-0,06 mg/kg.
Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada
susunan syaraf pusat, merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak,
menghilangkan tremor, perangsang respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis
yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut
dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada
mata menyebabkan midriasis dan siklopegia.Pada saluran nafas, atropin dapat
mengurangi sekresi hidung, mulut dan bronkus.Efek atropin pada sistem
kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi
pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan menghambat vasodilatasi
oleh asetilkolin.Pada saluran pencernaan, atropin sebagai antispasmodik yaitu
menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada otot polos atropin mendilatasi
pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin (Ganiswarna, 2001).
Anestesi
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa
sakit, namun obat anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan
tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada operasi-operasi daerah tertentu
seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga
relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar (Ibrahim,
2000).
Anestesi umum diperlukan untuk pembedahan karena dapat
menyebabkan penderita mengalami analgesia, amnesia, dan tidak sadarkan diri
sedangkan otot-otot mengalami relaksasi dan penekanan reflek yang tidak
dikehendaki (Mycek, 2001).
Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin,
pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal.Pemilihan ini didasarkan
pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis
operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat
anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek
samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak
mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang
cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini (Gan,
1987). Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai
sifat-sifat antara lain : pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik
relaksasi otot yang cukup, cara pemberian mudah, mulai kerja obat yang cepat
dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain itu obat tersebut harus
tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak
dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan.
Stadium
anestesi dibagi dalam 4 yaitu:
(1) Stadium I (stadium induksi atau eksitasi
volunter), stadium ini dimulai dari pemberian agen anestesi sampai
menimbulkan hilangnya kesadaran. Pada stadium ini hewan masih sadar dan
memberontak.Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi
pupil, dapat Sterjadi urinasi dan
defekasi.
(2) Stadium II (stadium eksitasi
involunter), stadium ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan
stadium pembedahan. Pada stadium ini adanya eksitasi dan gerakan yang tidak
menurut kehendak.Pernafasan tidak teratur, inkontinentia urin, muntah,
midriasis, hipertensi, dan takikardia.
(3) Stadium III (pembedahan/operasi),
stadium ini terbagi dalam 3 bagian yaitu; (a) Plane I, ditandai dengan
pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan
thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra,
konjuctiva dan kornea terdepres. ( II, ditandai dengan respirasi
thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi
kecuali otot perut. (c) Plane III, ditandai dengan respirasi regular,
abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV
(paralisa medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisa otot dada,
pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata
ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Archibald, 1966).
Setelah hewan berada dalam kondisi anastesi harus dilakukan
monitoring anastesi terhadap: (1) Tingkat kedalaman anastesi, sesuai tingkat
depresi terhadap sistem syaraf pusat yang dapat dilihat melalui tekanan darah,
respirasi, reflek pupil, pergerakan bola mata dan kesadaran, (2) temperatur
tubuh, dimana umumnya tubuh tidak mampu mempertahankan temperatur tubuhnya, (3)
kardiovaskular melalui monitoring pulsus dan detak jantung dan (4) respirasi,
melalui pemeriksaan tipe respirasi dan komplikasi sistem respirasi (Sardjana
dan Kusumawati, 2004).
Ketamin
HCl
Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu
kamar dan relative aman dengan kerja singkat.Sifat analgesiknya sangat kuat
untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak
menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit
meninggi.Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl
berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261ºC.
Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang
digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH
antara 3,5-5,5 (Anonimus b, 2005).
1.
Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan
thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit
dipengaruhi.Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan
hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika.Setelah pemberian
ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.
2.
Menurut Slatter (2003), penggunaan ketamin mempunyai keuntungan dan kerugian.
Keuntungan penggunaan ketamin, yaitu; (1) dalam pengaplikasianya ketamin sangat
mudah, (2) menyebabkan pendepresan kardiovaskuler dan respirasi minimal, (3)
dapat digunakan dalam situasi darurat dimana hewan belum dipuasakan, karena
refleks faring tetap ada, (4) induksi cepat dan tenang, dan (5) dapat
dikombinasikan dengan agen preanestesi atau anestesi lainnya. Kerugian dari
penggunaan ketamin adalah (1) menyebabkan relaksasi otot tidak maksimal bila
penggunaannya secara tunggal, (2) respon yang bervariasi pada beberapa pasien,
(3) dapat menyebabkan hipotermia, (4) dapat menyebabkan kekejangan ektremitas,
(5) menyebabkan konvulsi pada beberapa pasien, dan (6) recovery yang lama.
3. Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua
spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada
kucing.Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus (Sardjana
dan Kusumawati, 2004).Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula
kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit
(Lumley, 1990).Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah
10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler.
IV. MATERI DAN METODE
MATERI.
1. Alat
Ø Kapas
Ø Duk
Ø Towel
Ø Needle holder
Ø Needle (round dan cutting)
Ø Pinset anatomis
Ø Pinset chirurgis
Ø Gunting tumpul – tumpul
Ø Gunting tajam – tajam
Ø Gunting tajam - tumpul
Ø syringe
1 cc
Ø Tang
arteri, Benang catgut
Ø Cotton secukupnya.
Ø
Towel clamp
Ø
Scalpel
Ø
Tampon
2. Bahan
Ø Kucing jantan dengan
berat badan 2 kg
Ø Atropine Sulfat =
dosis/kg BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
= 0,05 mg/kg x 2 kg
0,25 mg/ml
= 0.4 ml
Ø Ketamin 10% = dosis/kg
BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
= 12,5 mg/kg x 2 kg
100 mg/ml
= 0,25 ml
Ø Xylazine 2% = dosis/kg
BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
= 3 mg/kg x 2 kg
20 mg/ml
= 0.3 ml
Ø Alkohol 70%
Ø Betadine
METODE
1. Persiapan
Hewan
Terhadap
hewan jantan yang dikastrasi dilakukan pemeriksaan kesehatan secara umum dan
khusus memeriksa daerah skrotum untuk memastikan testis ada pada tempatnya dan
hewan itu tidak sedang menderita hernia skrotalis ( Bone, et.al. 1963). Bulu
hewan di daerah yang akan dioperasi dicukur.
2.
Persiapan Operator dan Cooperator
Sebelum
operasi operator dan cooperator mencuci tangan dari ujung jari sampai ke siku
dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih untuk menghindari infeksi bawaan
dari luar tubuh hewan. Tangan dikeringkan dengan handuk bersih kemudian
didisinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian operator dan cooperator menggunakan
sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan aseptis tersebut dipertahankan hingga
operasi selesai.
3.
Pelaksanaan Operasi
Sebelum
operasi hewan diinjeksi secara subkutan dengan menggunakan anastesi lokal.
4.
Teknik Operasi
Metode Flyn. Setelah hewan dianestesi, diletakkan pada
posisi dorsal recumbency, dicukur bulu daerah scrotum yaitu di daerah raphae
scrotum sampai bersih dan didesinfeksi dengan alkohol 70% dan yodium tinktur 3%
serta dipasangi kain penutup operasi (dook) steril. Skrotum dari salah satu
testis dipegang lalu didorong kedepan dan ditahan sementara, kemudian dibuat
irisan sejajar raphae scroti lebih kecil dari testis dan dibuka tunica
vaginallis communis sampai ke depan, keluarkan testis dan diligasi spermatic
cord sedekat mungkin dengan ostium vaginalis. Dengan menggunakan mosquito
forceps jepit spermatic cord searah yang menuju kearah testis dengan
menggunakan scalpel dipotong spermati cord searah yang menuju kearah testis,
dilakukan potongan distal dari tempat ligasi, melalui irisan tadi dibuat irisan
pada septum scroti untuk mengeluarkan testis satunya dengan dorongan seperti
diatas.
Kulit dijahit dengan pola simple interupted menggunakan
benang cutton. Ke dalam daerah sayatan disemprotkan penicillin oil, luka irisan
pada kulit yang telah dijahit diolesi Iodium tincture 3% dan Betadine.
5.
Perawatan Pasca Operasi
Hewan pasca operasi ditempatkan dalam kandang yang bersih
dan kering. Luka operasi diolesi Betadine dan dikontrol kebersihannya,
diperiksa secara kontinyu selama 4-6 hari. Selama seminggu hewan diberikan
antibiotik yakni pemberian amoxicilin dan dexamethason serta makanan yang
mempunyai nilai gizi yang cukup. Jahitan luka dapat dibuka setelah bekas
operasi kering dan benar-benar telah tertutup.
V.
PEMBAHASAN
Sebelum
operasi kastrasi dilakukan, alat – alat operasi dipersiapkan.Alat tersebut
berupa duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai
alas untuk meletakkan alat – alat operasi yang digunakan selama operasi
berlangsung.Towel clamp berfungsi untuk menjepit duk agar menempel / melekat
pada kulit.Needle holder yang berfungsi untuk memegang jarum.Pinset yang
berfungsi untuk memegang jaringan.Gunting yang berfungsi untuk memotong
jaringan.Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit scrotum.
Pada
saat praktikum, sebelum dilakukan tindakan operasi, pasien harus dianastesi.
Sebelum obat anastesi diberikan pasien diberikan obat preanastesi berupa
Atropin dengan dosis yang diberikan kepada kucing 0,4 mg/kg BB. Setelah
preanastesi diberikan kemudian tunggu 10
menit, dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu diberikan ketamin
dengan dosis 0,25 mg/kg BB dan diberikan xylazine dengan dosis 0,3 mg/kg BB,
pemberian obat anastesi tersebut diberikan secara intramuscular pada kaki.
Kemudian
ketika kondisi pasien sudah dalam keadaan setengah sadar, pasien direbahkan
dengan posisi rebah dorsal pada meja operasi dan keempat ekstremitasnya
difiksasi dalam keadaan simetris.Agar kucing masih tetap bisa bernafas mulut kucing
sedikit dibuka dengan mengaitkan kedua taringnya dan lidah dijulurkan ke
samping.
Sebelum
dilakukan pencukuran bulu pada daerah scrotum, daerah tersebut dibasahi
terlebih dahulu agar saat dicukur bulu tidak beterbangan.Sisa – sisa rambut
cukur dibersihkan, kemudian dibilas dengan alkohol 70 %, agar mengurangi
kontaminasi bakteri setelah itu diberikan olesan betadin.
Kemudian
beri sayatan pada scrotum sebelah kanan, panjang sayatan disesuaikan dengan
ukuran testis. Sebelum dilakukan sayatan dan pembedahan dilakukan pemberian
towel didaerah sekitar yang akan diinsisi sebagai pelindung pasien dari
kontaminan.
Penyayatan
dilakukan sampai tunika vaginalis ikut tersayat.Dan tipe ini termasuk tipe
terbuka.Pada testis sebelah kanan, ductus deferens dan arteri testicularis
diikat kemudian dipotong untuk kemudian dibuang.
Pada testis sebelah kiri ductus deferens dan arteri testicularis disimpul, sehingga sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis.Pada metode terbuka memiliki keuntungan, yaitu resiko perdarahan bisa di minimalisir.Kedua testis yang dipotong kemudian dibuang.
Pada testis sebelah kiri ductus deferens dan arteri testicularis disimpul, sehingga sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis.Pada metode terbuka memiliki keuntungan, yaitu resiko perdarahan bisa di minimalisir.Kedua testis yang dipotong kemudian dibuang.
Setelah
itu metode jahitan terputus sederhana dilakukan dengan menjahit scrotum.Setelah
dijahit olesi daerah yang dijahit dengan betadin.Kemudian pasien dimasukkan ke
dalam kandang dan diberikan antibiotik.
V KESMPULAN
Metode kastrasi yang dilakukan pada kucing jantan adalah dengan
menggunakan metode terbuka, pada testis sebelah kanan ductus deferens dan
arteri testicularis disimpul, metode terbuka dapat menimalisir terjadinya
perdarahan.Jahitan yang digunakan adalah metode sederhana terputus.Pada daerah
sekitar jahitan tidak terjadi infeksi.
VI LITERATUR.
I Komang W.S, Diah K. 2004. Anestesi
Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
I Komang W.S, Diah K. 2011. Bedah Veteriner. Pusat
Penerbitan dan Percetakan
Unair: Surabaya
Anonim.
2010. Laporan Bedah Kastrasi. http://annahlipb.wordpress.com/2010/11/20/laporan-bedah-kastrasi/,
diakses pada tanggal 10 Maret 2013.
Anonim.
2012. Kastrasi. http://kuliah-bhn.blogspot.com/2012/12/kastrasi.html,
diakses pada tanggal 11 Maret 2013
I JUDUL : VASEKTOMI PADA KUCING
II TUJUAN : Tujuan vasektomi untuk mencegah
terjadinya pertemuan cairan sperma dan sel telur, yaitu untuk mencegah kebuntingan.
III TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu teknik pembedahan untuk membuat hewan penderita
menjadi steril dengan metode vasektomi yang merupakan tindakan pengikatan vas
deferens pada hewan jantan yang dimaksudkan agar semen tidak dapat
diejakulasikan dan mencegah keluarnya spermatozoa dari duktus ejakulatoris,
sehingga tidak terjadi kebuntingan pada hewan betina. Metode ini mempengaruhi
produksi spermatozoa, testis akan terus menghasilkan sperma yang selanjutnya
terus berkembang dan meninggalkan testis kemudian diblokade di bagian vas
deferens yang divasektomi, selanjutnya spermatozoa tersebut akan mati dan
diabsorbsi oleh tubuh.
Vasektomi tidak memberikan efek pada faktor kejantanan
dikarenakan hanya pengikatan dan pemotongan pada vas deferens yang mana vas
deferens akan berfungsi kembali jika dilakukan operasi penyambungan kembali,
sehingga memungkinkan terjadinya kebuntingan. Vasektomi dapat dilakukan baik
pada hewan yang berusia tua maupun yang masih muda, dan hewan penderita tetap
dapat beraktivitas melakukan perkawinan sekalipun tidak menghasilkan
kebuntingan.
Dalam metode yang lebih baru, vasektomi dapat dilakukan
dengan cara tanpa pembedahan. Dengan metode ini, dokter hanya meraba saluran
vas deferens di bawah kulit skrotum dan menahannya dengan sebuah penjepit
kecil.Lalu sebuah alat khusus dipakai untuk membuat sebuah tusukan pada kulit
skrotum dan memperlebarnya sehingga saluran vas deferens terlihat dan dapat
dipotong serta diikat.Prosedur ini menghasilkan perdarahan yang sangat sedikit
dan tidak diperlukan jahitan pada bekas luka tusukan yang dapat sembuh secara
cepat dengan sendirinya (Anonimous, 2006).
Namun, metode vasektomi yang terbaru dikembangkan dengan cara
benar-benar tidak menghasilkan pendarahan. Untuk menentukan lokasi vas deferens
diraba di bawah kulit skrotum lalu dengan menggunakan sebuah penjepit plastik
khusus, vas deferens ditahan agar tetap pada tempatnya di dalam lipatan
kulit.Pada penjepit plastik itu tertanam sebuah transducer plastik melengkung
yang menghasilkan gelombang suara ultra sebesar 5 watt.Bentuk transducer yang
melengkung agar fokus gelombang suara ultra tersebut tertuju pada saluran vas
deferens yang berada beberapa milimeter di bawah permukaan kulit.Tembakan
denyut gelombang suara ultra yang selama 20 hingga 50 detik itu memanaskan vas
deferens hingga 500C.Tembakan itu mematikan sel-sel di dalam dinding
saluran yang kemudian membekukan dan menyumbat saluran (Anonimous, 2006).
Pada pemeliharaan hewan pejantan vasektomi menghambat
kesuburan hewan jantan. Vasektomi ini kurang dianjurkan karena hewan akan
aktif, agresif dan proses urinasi tetap berlangsung, produksi hormonal tetap
berlangsung karena dihasilkan oleh sel-sel leydig’s tidak memberikan perubahan
yang berarti akibat vasektomi (Fossum, 2002).
IV. MATERI DAN METODE
MATERI.
1. Alat
Ø Kapas
Ø Duk
Ø Towel
Ø Needle holder
Ø Needle (round dan cutting)
Ø Pinset anatomis
Ø Pinset chirurgis
Ø Gunting tumpul – tumpul
Ø Gunting tajam – tajam
Ø Gunting tajam - tumpul
Ø syringe
1 cc
Ø Tang
arteri, Benang catgut
Ø Cotton secukupnya.
Ø
Towel clamp
Ø
Scalpel
Ø
Tampon
2. Bahan
Ø Kucing jantan dengan
berat badan 2 kg
Ø Atropine Sulfat =
dosis/kg BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
= 0,05 mg/kg x 2 kg
0,25 mg/ml
= 0.4 ml
Ø Ketamin 10% = dosis/kg
BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
= 12,5 mg/kg x 2 kg
100 mg/ml
= 0,25 ml
Ø Xylazine 2% = dosis/kg
BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
= 3 mg/kg x 2 kg
20 mg/ml
= 0.3 ml
Ø Alkohol 70%
Ø Betadine
METODE
Pasien yang telah dianastesi diletakkan di atas meja operasi dengan posisi
dorsal recumbency. Daerah yang akan diincisi yaitu daerah scrotum bagian atas
dekat dengan penis (antara scrotum dan penis), terlebih dahulu dicukur bulu
daerah cranial scrotum dan didesinfeksi dengan alkohol 70%.
Diincisi kulit tepat disebelah cranial skrotum sepanjang 2-4 cm menembus
kulit dan jaringan subkutan menuju funikulus spermatikus. Kemudian incisi
secara hati-hati tunika vaginalis, vas deferens tampak seperti pita putih
berdiameter kurang lebih 3 mm. Siapkan klem untuk menjepit vas deferens,
penjepitan dilakukan dengan memberi jarak antara jepitan sepanjang lebih
kurang 1 cm. Ligasi vas deferens dengan menggunakan benang cat gut
cromik pada bagian belakang kedua jepitan. Vas deferens diantara dua jepitan
dipotong.
Kemudian dijahit tunika vaginalis dengan benang cat gut cromik dengan pola
sederhana menerus. Sedangkan kulit ditutup dengan jahitan sederhana tunggal
menggunakan benang silk. Olesi dengan betadin luka operasi tersebut.
Untuk perawatan
pascaoperasi pasien
ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering, luka bekas operasi diperiksa
dengan kontinyu
dan dilakukan
pengobatan pada bekas
luka selama 4-6 hari dengan memberikan Amoxicilin sirup dan
Dexametazone 0,1 mg peroral dan jahitan di buka setelah bekas operasi kering.
V PEMBAHASAN
Telah dilakukan pembedahan pada seekor kucing, berat badan
2kg, jenis kelamin jantan.Pembedahan yang yang dilakukan bertujuan untuk
mencegah terjadinya fertilisasi.Vasektomi merupakan pengikatan vas deferens
yang bertujuan untuk mencegah keluarnya sperma, sehingga hewan tersebut menjadi
steril. Pengikatan vas deferens dapat dilakukan dengan dua cara yaitu; 1.
Pengikatan permanen, 2.Pengikatan tidak permanen.Pengikatan permanen yaitu
pengikatan pada vas deferens, dimana vas deferensnya tidak lagi di buka,
sehingga hewan tersebut menjadi steril. Pengikatan yang tidak permanen dimana
vas deferensnya diikat, kemudian pada saat yang diinginkan dapat dibuka kembali (Crouch,1985).
Sebelum pembedahan
dilakukan, kucing pemeriksaan klinis dilakukan terhadap keadaan darah rutin.
Obat premedikasi yang diberikan adalah atropine sulfat dengan dosis 0,05 mg/kg berat badan. Obat premidikasi
bertujuan untuk mencegah terjadinya muntah, mempercepat kerja obat anestesi,
memperlama kerja obat anestesi dan mencegah efek yang tidak diinginkan.
Sesuatu yang menggerakkan spermatozoa dari epididimis
(lokasi dibawah scrotum) naik menuju urethra (dalam rongga pelvis) ketika
terjadi proses ejakulasi. Ini adalah tugas dari Vas Defferens, juga dikenal
sebagai ductus deferens.Vas defferent adalah saluran muscular yang melekat pada
ekor epididimis dengan bagian pelvis pada urethra.Lapisan tebal dari otot-otot
halus dalam dindingnya memberikan kesan sangat solid dan texture seperti
cord.Vas Defferens yang melalui cincin inguinal sebagai bagian dari corda spermatic.
Tugas dari vas deferens adalah untuk mendorong spermatozoa
dan cairannya dengan cepat, dari epididimis menuju urethra ketika terjadi
ejakulasi. Ketika berada dalam urethra, spermatozoa bercampur dengan sekresi
dari kelenjar assesoris saluran reproduksi untuk membentuk semen, yang akan
dikeluarkan/disemprotkan ke dalam saluran reproduksi betina.
Anestesi yang digunakan adalah kombinasi ketamin dengan
dosis 0,25 mg/kg BB dan xylazine 0,3 mg/kg BB yang dikombinasikan dalam 1 spuit
diberikan secara intravena. Kombinasi ketamin-xylazin merupakan kombinasi obat
anestesi yang ideal karena menghasilkan efek yang sinergis yaitu efek analgesik
yang kuat dan relaksasi otot yang bagus( Harvey, 1980).
VI. KESIMPULAN
Dari bedah vasektomi
pada kucing lokal jantan dapat diambil kesimpulan bahwa metode
vasektomi merupakan tindakan pengikatan vas deferens pada hewan jantan yang
dimaksudkan agar semen tidak dapat diejakulasikan dan mencegah keluarnya
spermatozoa dari duktus ejakulatoris, sehingga tidak terjadi kebuntingan pada
hewan betina. Teknik vasektomi dapat dilakukan melalui canalis inquinalis dan
testis.
VI. LITERATUR
Anonimous (2012).Vasectomy.http://kuliah-bhn.blogspot.com/2012/12/vasectomy.html, diakses pada tanggal 11 Maret 2013.
Crouch, J.E. (1985). Functional
Human Anatomy, edisi keempat, Philadelphia, Lea & Febiger
Fossum, T.
W (2002).Small Animal Surgery. Ed 2.
Mosby.
Harvey, S.C. (1980). Hipnoctics
and sedatives in Goodman and Gilman’s. The farmacologi basic of
Theurafeutik 6th ed. Publishing co.
New York.
Hudak, C.M.dan B.M. Gallo (1995). Keperawatan Kritis. Edisi ke Enam, VolumeII, Diterjemahkan oleh
E.D. Adiyanti. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Ibrahim R. (2000). Pengantar
Ilmu Bedah Veteriner, Edisi Pertama. Syiah Kuala Univercity Press, Darussalam Banda
Aceh.
I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. (2011). Bedah Veteriner, Cetakan Pertama.
Airlangga University Press, Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar