PENDAHULUAN
1.1.
Judul
Judul praktikum
adalah Ovario Histerektomi
1.2.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui pengertian Ovario
Histerektomi.
2. Mengetahui teknik operasi Ovario Histerektomi
Tujuan Ovario Histerektomi adalah:
1. Mencegah
meningkatnya populasi hewan.
2. Terapi adanya tumor, pyometra, cyste ovari.
3. Melakukan
tindakan sterilisasi
4. Perubahan
tingkah laku sehingga mudah dikendalikan dan lebih jinak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ovario Histerektomi
Ovariohisterektomi merupakan salah satu
tindakan bedah untuk mengatasi kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi
hewan betina. Keputusan untuk melakukan ovariohisterektomi dipilih ketika
berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan. Ovariohisterektomi adalah
tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat dan membuang uterus dan
ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan betina. Berbagai kasus yang memungkinkan
diambilnya tindakan bedah ini diantaranya adanya tumor atau kista pada
ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu,
tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah
tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
tumor kelenjar mamae.
Efek yang muncul dari dilakukannya
ovariohisterektomi adalah akan munculnya kondisi ketidak seimbangan hormonal
untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ovarium
merupakan kelenjar yang juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Namun,
keuntungan dari dilakukannya ovariohisterktomi adalah dapat mencegah terjadinya
tumor mamae dan akan menghilangkan kemungkinan terjadinya kasus pyometra.
2.2 Premedikasi
Sebelum dioperasi,
kucing diberikan obat preanestetik. Obat-obatan preanastesik yang disebut juga
dengan premedikasi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian obat
anastesi baik itu anastesi lokal, regional maupun umum. Manfaat pemberian
premedikasi adalah untuk membuat hewan menjadi lebih tenang dan terkendali,
mengurangi dosis anastesi, mengurangi efek-efek otonomik yang tidak diinginkan
seperti saliva yang berlebihan, mengurangi efek-efek samping yang tidak
diinginkan seperti vomit, dan mengurangi rasa nyeri preoperasi.
Agen anastesi
digolongkan menjadi 4 yaitu: antikolinergik, morfin serta derivatnya,
transquilizer, dan neuroleptanalgesik. Sementara menurut Sardjana dan
Kusumawati (2004), obat-obat yang digunakan anastesi premidikasi meliputi
antikolinergik. Analgesik, neuroleptanalgesik, transquilizer, obat dissodiatif
dan barbiturate. Obat-obatan premedikasi diberikan maksimal 10 menit atau
kurang lebih setengah sampai satu jam sebelum pemberian anestesi umum atau
anestesi lokal. Obat-obatan tersebut disuntikkan secara intramuskular,
subkutan, dan bahkan intramuskular.
Menurut Sardjana
dan Kusumawati (2004) pada umumnya obat-obat preanastesi bersifat sinergis
terhadap anastetik namun penggunaanya harus disesuaikan dengan umur, kondisi
dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri, teknik anastesi yang
dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya.
1.
Atropin
Sulfat
Atropin merupakan
obat anestetikagen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau
parasimpatik, namun paling sering digunakan sebagai antikolinergik, dengan
fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat
anestetik yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva. Atropin sebagai
antimuskurinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf
postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible dan
dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau
pemberian antikolinesterase.
Atropin sebagai
premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0.02-0.04 mg/kg, yang diberikan baik
secara subkutan, intra vena maupun intramuskuler (Plumb,1998), sedangkan
menurut Rossof (1994), atropin sebagai premedikasi diberikan dosis 0,03-0,06
mg/kg. Pada dosis normal, atropin dapat mencegah bradikardia dan sekresi
berlebih saliva serta mengurangi motilitas gastrointestinal.
Atropin dapat
menimbulkan efek, misalnya pada susunan syaraf pusat, merangsang medulla
oblongata, dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsangan respirasi
akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas,
eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa
medulla oblongata. Efek atropin pada mata menyebabkan midriasis dan siklopegia.
Pada saluran nafas, atropin dapat mengurangi sekresi hidung, mulut, dan
bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik
yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara
langsung dan menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan,
atropin sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung,
sedangkan pada otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan
sehingga menyebabkan retensi urin (Ganiswarna, 2001).
2.
Anestesi
Anestesi menurut
arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestesi umum tidak
hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada
operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit
dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot optimal agar operasi dapat
berjalan dengan lancar.
Hampir semua obat
anestetik menghambat aktivitas sistem saraf pusat secara bertahap diawali
fungsi yang kompleks yang dihambat dan yang paling akhir dihambat adalah medula
oblongatandimana terletak pusat vasomotor dan pusat respirasi yang vital.
Depresi umum pada sistem saraf pusat tersebut akan menimbulkan hipnosis,
analgesi, dan depresi pada aktivitas refleks.
Obat anestesi umum
yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat antara lain: pada
dosis yang aman mempunyai analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian
mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang
merugikan. Selain itu, obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan,
mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan
kondisi hewan.
3.
Ketamin
Ketamin adalah
larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan
kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi lemah
untuk sistem visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan
kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.
Ketamin
dapat dipakai oleh ahmpir semua spesies hewan. Ketamin bersama xilazyne dapat
dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan
anestetik yang bagus.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1
Materi
Alat
Ø Kapas
Ø Duk
Ø Towel
Ø Needle holder
Ø Needle (round dan
cutting)
Ø Pinset anatomis
Ø Pinset chirurgis
Ø Gunting tumpul –
tumpul
Ø Gunting tajam – tajam
Ø Gunting tajam -
tumpul
Ø syringe 1 cc
Ø Tang
arteri, Benang catgut
Ø Cotton secukupnya.
Ø Towel
clamp
Ø Scalpel
Ø Tampon
2. Bahan
Ø
Kucing jantan dengan berat badan 2 kg
Ø Atropine
Sulfat = dosis/kg BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
=
0,05 mg/kg x 2 kg
0,25 mg/ml
=
0.4 ml
Ø Ketamin
10% = dosis/kg BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
=
12,5 mg/kg x 2 kg
100
mg/ml
=
0,25 ml
Ø Xylazine
2% = dosis/kg BB x BB
Konsentrasi (mg/ml)
=
3 mg/kg x 2 kg
20 mg/ml
=
0.3 ml
Ø Alkohol 70%
Ø Betadine
3.2 Metode
Beberapa langkah
yang perlu ditempuh dalam melaksanakan operasi ovariohisterektomi diantaranya
adalah laparotomi; pencarian dan preparasi ovarium dan uterus; penjepitan,
pengikatan, pemotongan, dan penggantung ovarium dan uterus; serta penjahitan
peritoneum dan kulit.
Salah satu jenis
teknik laparotomi yang sering digunakan adalah laparotomi medianus dengan titik
orientasi sekitar 1 cm sebelah posterior umbilikal. Sayatan dibuat pada midline
di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 4 cm. Lapisan pertama yang
disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian
dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian
peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat
pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat.
Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior
menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan
pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ
uterus dan ovarium.
Pencarian uterus
dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke rongga
abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen hingga
posisinya adalah ekstra abdominal. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan
oavarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir,
beberapa bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus
(mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx),dan penggantung ovarium
(mesoovarium). Pada saat mempreparir uterus dan jaringan sekitarnya, dinding
uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau ruptur
Penjepitan,
pengikatan, dan pemotongan bagian penggantung ovarium dan corpus uteri
dilakukan sebagai berikut. Dengan menggunakan tang arteri anatomis, dilakukan
penjepitan pada bagian penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya.
Penjepitan dilakukan menggunakan dua tang arteri yang dijepitkan pada
penggantung tersebut secara bersebelahan. Pada bagian anterior dari tang arteri
yang paling depan, dilakukan pengikatan menggunakan benang silk. Setelah itu,
dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting pada posisi
diantara dua tang arteri tadi. Tang arteri yang menjepit penggantung dan
berhubungan dengan uterus tidak dilepas sedangkan tang arteri yang satunya lagi
dilepas secara perlahan-lahan. Pada bagian uterus sebelahnya juga dilakukan penjepitan,
pengikatan,dan pemotongan dengan cara yang sama. Setelah kedua tanduk uteri
beserta ovariumnya dipreparir, maka selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang
dipreparir. Pada bagian corpus uteri, dilakukan penjepitan menggunakan doyen
forceps kemudian dilakukan penjahitan corpus uteri menggunakan doble benang ke
arah lateral. Setelah itu dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada
corpus uteri menggunakan benang silk. Setelah itu, dilakukan pemotongan
menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua
doyen forceps tadi. Kemudian, uterus dan ovarium bisa diangkat keluar tubuh dan
doyen forceps yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan
Tahap berikutnya
adalah penjahitan peritoneum dan kulit. Sebelum dilakukan penjahitan maka
dilakukan penyemprotan antibiotik terlebih dahulu ke dalam rongga abdomen.
Setelah itu dilakukan penjahitan menggunakan cat gut pada peritoneum dengan
tipe jahitan sederhana. Kemudian, dilanjutkan dengan menjahit kulit menggunakan
silk dengan tipe jahitan sederhana. Penutupan dilakukan menggunakan kain kasa
dan sebelumnya telah di tambahkan dengan betadine. Untuk memfiksir balutan
tersebut maka kemudian dipasang gurita melingkari abdomen.
BAB IV
PEMBAHASAAN
4.1 Desinisi dan Manfaat OH
Ovariohistrektomi
(OH) adalah tindakan pembedahan untuk melakukan pembuangan/ pengangkatan sel
telur (ovarium), tuba falopii dan uterus pada hewan betina agar hewan tersebut
menjadi mandul, umum dilakukan pada kasus-kasus penyakit yang menyerang ovarium
dan uterus seperti: kista ovarium, pyometra, torsio uterus, prolaps uterus dan
ruptura uterus (pencegahan agar tidak terjadi hiperplasia vagina). OH dapat
dilakukan pada anjing dan kucing yang berumur kurang lebih 6 bulan, sebelum
atau sesudah siklus esterus yang pertama.
Manfaat OH
1. Kucing tidak
akan mengalami esterus dan tidak mengalami menstruasi
2. Pada kucing selain tidak mengalami esterus juga akan
menghilangkan sifat berisik dan kebiasaan mengangkat ekor sebagai petanda ingin
kawin.
3. Menurunkan resiko kemungkinan terjadinya/timbulnya
tumor payudara (Mammary adenocarcinoma).
4.2 Prosedur Pembedahan
1. Hewan dicukur di daerah ventral abdomen dan dibius,
setelah hewan diletakkan pada posisi dorsoventral (terlentang) kemudian daerah
sayatan dibersihkan dan didesinfeksi;
2. Sayatan dilakukan pada garis median abdomen (linea
alba) berdasarkan pada ukuran dan besar hewan, jarak antara umbilikal dan pubis
dibagi 3 bagian.Pada anjing sayatan sebaiknya dibuat di 1/3 bagian cranial
abdomen karena ovarium anjing agak sulit dikeluarkan dibandingkan dengan
uterusnya. Jika uterus membesar atau memanjang maka sayatan lebih diperpanjang.
Pada kucing sayatan sebaiknya dilakukan pada 1/3 bagian medial abdomen karena
lebih mudah mengeluarkan ovarium dibandingkan corpus uterus.
3. Cornua uterus dikeluarkan (menggunakan spay hook atau
jari tangan), kemudian setelah diangkat akan ditemukan ovarium yang tertahan
oleh ligamentum dan selaput penggantungnya (mesovarium). Kumpulan ligamentum,
pembuluh darah dan mesovarium dan lemak dijepit.
4. Penjepitan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan 3
buah klem terhadap secara berurutan. Benang nonabsorble (Vicryl® 2.0) digunakan
sebagai pengikat kumpulan ligamentum,mesovarium dan pembuluh darah di bawah
jepitan klem pertama selanjutnya pengikatan kedua dan ketiga dilakukan sebelum
dilakukan pemotongan pada kumpulan tersebut.
5. Setelah pemotongan sebaiknya satu klem jangan dilepas
sebagai orientasi pengontrolan terjadinya perdarahan atau tidak.
6. Hal yang sama dilakukan pada ovarium berikutnya.
7. Pada corpus uterus penjepitan dilakukan di daerah
dorsal serviks, kemudian pembuluh darah (a.v uterina dextra et sinistra)
sebaiknya diikat terlebih dahulu sebelum melakukan pengikatan pada corpus
uterus, setelah 2-3 kali pengikatan maka corpus uterus dipotong, permukaan
bekas sayatan pada corpus uterus bila perlu dapat dijahit.
8. Setelah itu dilakukan penutupan rongga abdomen dan
lapisan subkutan serta penutupan kulit.
Hal yang perlu d perhatikan setelah operasi OH yaitu :
Komplikasi
Seperti halnya
tindakan operasi-operasi lainnya maka perlakuan aseptis pada proses pembedahan
secara prosedur seharusnya dilakukan oleh para operator (dokter hewan). Biasanya
komplikasi pasca OH diantaranya lamanya proses persembuhan luka sayatan,
terjadi abses dan infeksi atau trauma pada jaringan abdomen.
Perdarahan.
Banyak kasus
umum penyebab kematian setelah OH dikarenakan adanya perdarahan. Perdarahan
terjadi karena adanya ruptura (kerusakan) pembuluh darah (a.v. ovarica),
biasanya hal ini terjadi pada saat proses pengikatan, operator tidak
mengevaluasi apakah pembuluh darah sudah terikat sempurna atau belum.
Esterus berulang.
Terjadi karena
sel telur tidak terangkat dengan sempurna atau ada sebagian sel telur yang
tertinggal. Biasanya kasus ini terjadi apabila OH dilakukan melalui flank
(lateral abdomen). Gejalanya antara lain : Vulva membengkak, Perdarahan
proesterus, Perubahan tingkah laku hingga terjadi pyometra.
Fistula
Adanya respon pembengkakan daerah sayatan yang dijahit
akibat jenis benang jahit yang digunakan, umumnya dikarenakan penggunaan benang
jahit yang tidak diserap (braided nonabsorbable suture).
BAB V
KESIMPULAN
Ovariohisterektomi adalah tindakan bedah yang dilakukan untuk
mengangkat dan membuang uterus dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan
betina. Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini
diantaranya adanya tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra
yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga
dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah tua yang tidak ingin
dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya tumor kelenjar mamae
DAFTAR PUSTAKA
http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/112009.htm.
Diperoleh 2006/12/14.
Plumb’s DC. 2005.
Veterinary Drug Handbook. Blackwell Publishing.United States of America.
'WahiD' WeB at
Kamis, Januari 14, 2010
I Komang W.S, Diah K. 2004. Anestesi
Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
I Komang W.S, Diah K. 2011. Bedah
Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya.
I Komang W.S, Diah K. 2004. Anestesi
Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
I Komang W.S, Diah K. 2011. Bedah
Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya.
Muzarok (2012), veteriner blog ilmu bedah khusus veteriner
A b "Pyometra". The Merck Veterinary Manual. 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar