Tugas
individu
Bahasa
Indonesia
Nama :
Ashari Natosusilo
Kelas :
A
Nim : O111 10 130
Prodi kedokteran hewan
Fakultas kedokteran
Universitas hasanuddin
Makassar
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Selama
satu abad terakhir (1907-2010), sebuah riset yang dilakukan oleh CRED (Centre
for Research on the Epidemiology of Disasters) menunjukkan bahwa telah terjadi
343 bencana alam besar dalam wilayah Indonesia. Secara keseluruhan bencana
tersebut menelan 236.543 korban jiwa dan menyentuh 2.639.025 penduduk. Bagi
Indonesia, resiko bencana alam dengan demikian telah menjadi bagian dari
sejarah dan isu actual. Sementara perkiraan Konsorsium Pengurangan Resiko
Bencana, sebanyak 83 persen wilayah Indonesia atau hampir seluruh wilayah
Indonesia punya potensi bencana sehingga potensi bencana terutama di kota-kota besar yang memiliki
potensi yang sangat besar untuk terjadi bencana banjir. harus menjadi acuan
pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan pembangunan.
Wilayah
Indonesia banyak dilanda bencana di mana kurang lebih sebanyak 6.632 kali
bencana selama kurun waktu 13 tahun terakhir, yang menunjukan negara ini
sebagai daerah rawan bencana di dunia. Semua faktor bencana berhubungan dengan
tindakan manusia. Sebuah bencana tidak akan menjadi bencana yang
mematikan/merusakkan bila sebelum bencana dilakukan tindakan-tindakan
pencegahan atau antisipasi kemungkinan bencana. Mungkin sebagian orang masih
berpendapat bahwa bencana alam tidak dapat diprediksi, karena hanya “Tuhan”
yang tahu kapan suatu bencana alam akan terjadi. Beberapa tahun belakangan,
Indonesia memang sedang diguncang berbagai bencana alam hampir di seantero
negeri, mulai dari tsunami, banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, dan
masih banyak lagi. Beragam teori diajukan untuk dijadikan penyebab lahirnya
bencana tersebut, mulai dari penggundulan hutan, penyalah gunaan lahan, sampai global warming.
Bencana terus mengancam daerah yang ada
di Indonesia. Terutama di kota-kota besar yang sering terjadi banjir. Pada awal
abad ke 21, semua orang tidak ragu untuk mengatakan bahwa kota-kota menjadi
tempat yang semakin rentang terhadap ancaman bencana. Resiko bencana meningkat
pada kawasan perkotaan dimana terkonsentrasi sebagian besar kegiatan antropik,
terlepas dari peningkatan pengetahuan dan upaya-upaya konstan yang
diinvestasikan oleh para pengambil keputusan, pengelola resiko maupun para
peneliti. Kota-kota merupakan ruang yang ideal untuk pembentukan resiko
bencana, yang menggiring kita untuk menyadari bahwa pembangunan perkotaan dan
pembentukan berbagai resiko adalah tidak terpisahkan.
Dapat
diamati bahwa terjadi korelasi yang kuat antara peningkatan angka urbanisasi
dan peningkatan kerentanan (vulnerability) dari kota-kota. Di Indonesia,
terhitung sejak 2008, sedikitnya 50% penduduknya tinggal di kawasan perkotaan,
setelah sebelumnya pada tahun 2005 tercatat 107,25 juta dari total 222,78 juta
penduduk (48,1%) bermukim di kawasan perkotaan. Selain itu, 110 juta penduduk
bermukim pada 60 kota utama yang terletak 100 km dari garis pantai. Konsentrasi
kota-kota pesisir tersebut membentuk sabuah
perkotaan linear dari Sabang hingga Merauke.
Banyak
dari kota-kota utama Indonesia berada pada daerah berbahaya, baik yang bersifat
teknologis karena adanya konsentrasi industri (polusi, kebakaran, ledakan,
transport dari bahan B3, dan lain sebagainya), maupun yang bersifat natural
(banjir, longsor, tsunami, gunung api, gempa bumi, dan lain sebagainya).
Beberapa tahun sebelumnya, tercatat bencana banjir
pernah pula melanda beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya terjadi di
tempat wisata pemandian air panas Pacet di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur,
pada 11 Desember 2002 yang mengakibatkan 26 orang tewas dan 14 orang hilang. Di
Lembah Sungai Jenebarang yang berada di lereng Gunung Bawakaraeng, Kabupaten
Goa, terjadi bencana yang sama pada 27 Maret 2004 hingga menewaskan 32 orang
serta mengubur 12 rumah dan 430 hektare lahan. Begitu juga di bantaran Sungai
Bahorok, Taman Wisata Bukit Lawang, yang berada di kaki Gunung Leuser, Sumatra
Utara, terjadi bencana banjir pada 2 November 2003 yang mengakibatkan 151 orang
tewas dan 100 orang yang hilang. Bahkan, di beberapa lembah atau bantaran
sungai di Kota Palu dan juga di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Januari
2006.
B.
Rumusan
Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis
dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
dampak terjadinya banjir.
2.
Apakah
penyebab terjadinya banjir.
C.
Tujuan
Adapun
tujuan yang dapat dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1.
Untuk
meningkatkan pengetahuan penulis tentang banjir yang terjadi di kota-kota besar
yang ada di Indonesia dan ciri-cirinya.
2.
Untuk
menambah ide dan wawasan penulis mengenai proses terjadinya banjir di kota-kota
besar di Indonesia.
3.
Untuk
memenuhi salah satu tugas pada pembelajaran bahasa Indonesia.
D.
Manfaat.
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam
penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.
Dapat
memberikan gambaran tentang proses terjadinya bencana banjir yang terjadi di
kota-kota besar di Indonesia.
2.
Untuk
mengenal lebih jauh faktor terjadinya banjir di kota-kota besar di Indonesia.
3.
Memberikan
informasi bagi pembaca tentang bencana banjir di kota-kota besar di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Banjir.
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam
keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir
bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena
tersumbatnya sungai maupun karena maupun
menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir
setiap musim penghujan melanda kota-kota besar Indonesia. Berdasarkan nilai
kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang
cukup besar khususnya di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Kejadian
bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan
yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah
manusia sangat berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat
,pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan,
dan sebagainya, pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di
daerah dataran banjir dan sebagainya.
Kita
sering mendengar istilah banjir karena akhir-akhir ini
banjir telah melanda beberapa daerah di
Indonesia. Diantarnya banjir di Jakarta atau kota-kota Jawa Tengah akibat
meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir yang terjadi di kota bjakarta hamper setiap musim terjadi,
atau bias dikatakan sebagai tradisi di kota Jakarta. Namun sampai sekarang
pemerintah belum bisa memberikan solusi yang baik agar tidak terjadi lagi
banjir di kota Jakarta. Sehingga
tidak jarang banjir membawa mala petaka bagi penduduk yang berdomisili di kota
Jakarta dan tidak jarang pula menelan korban jiwa dan kerugian pemerintah.
Sehingga
banyak pakar yang berpendapat bahwa lima tahun kemudian kota Jakarta akan
tenggelam, inilah masalah yang sangat besar yang dihadapi oleh pemerintah
sekarang, salah satu solusi pemerintah adalah memindahkan ibu kota Negara ke
kota Makassar, namun solusi ini belum menjamin bahwa kota Jakarta akan terlepas
dari bencana banjir.
B.
Ciri-ciri
Banjir.
Secara umum ciri-ciri banjir dapat dijabarkan sebagai
berikut:
C.
Proses
terjadinya Banjir di kota Jakarta.
D.
Penyebab
Banjir di kota Jakarta .
Penyebab
banjir sendiri bisa terjadi karena berbagai hal baik alam maupun manusia. Dan
berikut adalah hal-hal yang menyebabkan banjir di seluruh dunia termasuk
Indonesia :
v
Peristiwa alam seperti Curah hujan
dalam jangka waktu yang lama.
v
Terjadinya erosi tanah hingga hanya
menyisakan batuan, dan tidak ada resapan air. bahkan bukan hanya banjir tapi
juga tanah
longsor
v
Buruknya penanganan sampah, hingga
kemudian sumber saluran air tersumbat.
v
Bendungan dan saluran air rusak.
Seperti yang terjadi pada bencana di situ gintung
v
Penebangan hutan secara liar dan tidak
terkendali.
v
Di daerah bebatuan daya serap air
sangat kurang. Sehingga memudahkan terjadi bencana banjir
v
Kiriman atau bencana banjir banjir.
v
Keadaan tanah tertutup semen, paving
atau aspal, hingga tidak menyerap air.
v
Pembangunan tempat permukiman dimana
tanah kosong diubah menjadi jalan gedung, tempat parkir, hingga daya serap air
hujan tidak ada. Contohlah kota-kota besar semacam jakarta yang sering terjadi
bencana banjir.
E.
Dampak
yang Ditimbulkan Oleh Banjir di kota Jakarta.
Banjir bandang tiadak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
- Rusaknya
areal pemukiman penduduk.
Areal pemukiman penduduk rusak total
pascabanjir bandang. Rumah-rumah warga di tepi kiri kanan sungai hancur tersapu
air. Seluruh kota hingga kampung-kampung di sekitarnya, semua terbenam dan
terseret banjir ke arah pantai lautan Teluk Cenderawasih. Rumah warga yang
umumnya semipermanen dari bahan kayu tergerus dan runtuh. Dari pantauan JASOIL,
kondisi umum kota Wasior sudah hancur total akibat banjir bandang yang melanda daerah tersebut.
PLN juga dalam kondisi tidak bisa terpakai lagi, sehingga suasana gelap gulita
di malam hari. Instalasi listrik kota juga rusak parah dan aliran listrik
terputus total.
- Sulitnya
mendapatkan air bersih.
Pascabanjir
bandang, masyarakat dihadapkan pada kebutuhan air bersih karena biasanya sumber
air bersih di lokasi banjir sudah tercemar lumpur sehingga tidak bisa
digunakan. Jika kebutuhan air bersih tidak terpenuhi di lokasi bekas banjir,
maka akan berpotensi terjadinya masalah kesehatan. Pengiriman air bersih berupa
penyediaan beberapa unit mobil tangki berisi air bersih telah diupayakan.
Bencana banjir bandang yang
terjadi di Wasior Papua Barat telah meluluhlantakkan semua inftrastruktur,
termasuk gedung-gedung milik pemerintah. Diberitakan bahwa kondisi di sana
masih porak-poranda dan akses masuk masih sangat terbatas. Banjir juga
mengakibatkan 4 sarana ibadah mengalami rusak berat, yaitu gereja 3 unit,
masjid 1 unit.
Sebanyak 9 unit sarana perkantoran mengalami rusak
berat, yaitu 1 kantor dermaga, 1 RSUD, 2 Pustu, 1 Bank Papua, 2 unit pasar dan
2 unit kantor pertanian dan UKM.
Ratusan rumah warga dan fasilitas
umum kota rusak parah akibat terjangan air bah. Tak hanya itu, pesawat Susi Air
yang biasanya melayani rute lokal ikut rusak saat berada di landasan pacu
Bandara Manokwari.
- Rusaknya areal pertanian.
Dahsyatnya banjir bandang yang melanda
Wasior Papua Barat menyebabkan areal pertanian dengan berbagai jenis komoditi
di Wasior Papua Barat, dilaporkan mengalami kurasakan cukup parah. Areal pertanian milik warga rusak
direndam banjir, padahal puluhan hektare areal persawahan itu akan panen. Namun,
tingkat kerusakan yang terjadi pada areal
pertanian rakyat akibat bencana banjir bandang itu sangat bervariasi.
- Timbulnya penyakit-penyakit.
Berbagai risiko penyakit
akan muncul akibat bau busuk jenazah korban yang diduga masih tertimbun lumpur
yang belum dievakuasi. Untuk mencegahnya, langkah awal adalah penyemprotan
desinfektan. Tim kesehatan gabungan di Wasior telah melakukan langkah antisipasi
yang tepat dengan melakukan penyemprotan desinfektan di sejumlah lokasi yang
masih tertimbun material banjir di lokasi Pasar Soyar, Wasior Kota, termasuk di
sekitar pemukiman warga di Sanduai.
Meski sampai saat ini belum
ada laporan masalah kesehatan yang berarti akibat banjir, sebagai langkah
antisipasi persediaan obat-obatan dan penyediaan pos-pos kesehatan perlu
disiapkan untuk mengobat penyakit yang kerap muncul pasca banjir seperti
seperti penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), gatal - gatal, demam,
dan diare/mencret, apalagi bila berada di areal pengungsian. Kewaspadaan
terhadap penyakit malaria perlu disosialisasikan karena Papua dan Papua Barat
merupakan daerah endemis malaria.
- Menghambat transportasi
darat.
Banjir
badang yang melanda Wasior menyebabkan empat unit jembatan dilaporkan rusak
berat dan 1 unit rusak berat. Jembatan-jembatan dan jalan raya tidak bisa
dilewati kendaraan karena di beberapa titik terdapat timbunan bebatuan dan
lumpur setinggi pinggang orang dewasa. Jaringan komunikasi juga terputus.
Dermaga pelabuhan wasior dan juga landasan pesawat, bandara wasior juga tidak
dapat berfungsi lagi. Semua lumpuh. Untuk sementara, tidak ada jalan darat dari
Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat ke Wasior, Kabupaten Teluk Wondama. Banjir
bandang yang terjadi telah menghancurkan dan melumpuhkan seluruh aktivitas di
kawasan Teluk Cenderawasih. Selain menghambat transportasi darat, transportasi
laut dari arah Manokwari dan Nabire juga terhambat akibat berbagai faktor.
Bandara Wasior juga belum bisa difungsikan, karena lumpur dan bebatuan. Sehingga
penduduk Wasior seakan terjebak di sana.
F.
Penanggulangan
Bencana Banjir Bandang di Wasior Papua Barat
Penanggulangan bencana banjir bandang Wasior dikendalikan
langsung oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat. Pasalnya, aparatur Pemerintah
Kabupaten Teluk Wondama dinilai tidak tanggap dalam penanganan korban banjir
yang menghancurkan seluruh infrastruktur umum dan perumahan masyarakat di
wasior. Bupati dan para kepala dinas di Pemkab Teluk Wondama pada saat
terjadinya banjir bandang tidak berada di tempat. Para pejabat pemerintah
daerah bernasib naas ini, saat kejadian semuanya masih berkonsentrasi di luar
Wasior dalam rangka urusan sengketa politik hasil pemilihan umum kepala daerah
(Pemilu Kada) di Mahkamah Konstitusi.
Beruntung ada kepala dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten
Teluk Wondama yang saat itu berada di tempat sehingga bisa bertindak untuk
mengatur koordinasi penanganan korban bencana tersebut. Sedangkan Bupati
Wondama, Alberth Torey bersama semua kepala dinasnya dan staf-staf lain yang
berhubungan langsung dengan urusan politik itu baru tiba pada pagi hari kedua
pascabencana. Atas perintah Gubernur Provinsi Papua Barat, Abraham O. Ataruri
yang mengunjungi korban bencana di Wasior, kepala dinas PU Wasior mengambil
alih semua kendali komando penanganan korban bencana.
Bencana banjir yang menyerupai tsunami ini mengakibatkan
aktivitas pelayanan pemerintahan dan perekonomian menjadi lumpuh total. Ribuan
warga yang selamat dari musibah banjir kini ditampung di lima tempat. Di
antaranya, ruang Bandar Udara Wargono Wasior, masjid Al Falah Wasior, Kantor
Bupati (lama), SMP YPK Wasior, dan sejumlah permukiman warga yang berada di
dataran tinggi. Sementara lokasi-lokasi yang berada di luar kota Wasior belum
bisa dijangkau. Kabar dari Wasior, sudah ada bantuan darurat berupa beras dan
supermie, tetapi tidak ada alat masak dan air bersih, sehingga warga korban
yang di pengungsian kelaparan. Namun, upaya penanggulangan bancana banjir
bandang masih terus dilakukan.