Rabu, 01 Mei 2013

tugas bahasa indonesia


Tugas individu
Bahasa Indonesia





Nama        :  Ashari Natosusilo
Kelas        :  A
Nim          :  O111 10 130

Prodi kedokteran hewan
Fakultas kedokteran
Universitas hasanuddin
Makassar
2010


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Selama satu abad terakhir (1907-2010), sebuah riset yang dilakukan oleh CRED (Centre for Research on the Epidemiology of Disasters) menunjukkan bahwa telah terjadi 343 bencana alam besar dalam wilayah Indonesia. Secara keseluruhan bencana tersebut menelan 236.543 korban jiwa dan menyentuh 2.639.025 penduduk. Bagi Indonesia, resiko bencana alam dengan demikian telah menjadi bagian dari sejarah dan isu actual. Sementara perkiraan Konsorsium Pengurangan Resiko Bencana, sebanyak 83 persen wilayah Indonesia atau hampir seluruh wilayah Indonesia punya potensi bencana sehingga potensi bencana  terutama di kota-kota besar yang memiliki potensi yang sangat besar untuk terjadi bencana banjir. harus menjadi acuan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan pembangunan.
Wilayah Indonesia banyak dilanda bencana di mana kurang lebih sebanyak 6.632 kali bencana selama kurun waktu 13 tahun terakhir, yang menunjukan negara ini sebagai daerah rawan bencana di dunia. Semua faktor bencana berhubungan dengan tindakan manusia. Sebuah bencana tidak akan menjadi bencana yang mematikan/merusakkan bila sebelum bencana dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau antisipasi kemungkinan bencana. Mungkin sebagian orang masih berpendapat bahwa bencana alam tidak dapat diprediksi, karena hanya “Tuhan” yang tahu kapan suatu bencana alam akan terjadi. Beberapa tahun belakangan, Indonesia memang sedang diguncang berbagai bencana alam hampir di seantero negeri, mulai dari tsunami, banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, dan masih banyak lagi. Beragam teori diajukan untuk dijadikan penyebab lahirnya bencana tersebut, mulai dari penggundulan hutan, penyalah gunaan lahan, sampai global warming.

Bencana terus mengancam daerah yang ada di Indonesia. Terutama di kota-kota besar yang sering terjadi banjir. Pada awal abad ke 21, semua orang tidak ragu untuk mengatakan bahwa kota-kota menjadi tempat yang semakin rentang terhadap ancaman bencana. Resiko bencana meningkat pada kawasan perkotaan dimana terkonsentrasi sebagian besar kegiatan antropik, terlepas dari peningkatan pengetahuan dan upaya-upaya konstan yang diinvestasikan oleh para pengambil keputusan, pengelola resiko maupun para peneliti. Kota-kota merupakan ruang yang ideal untuk pembentukan resiko bencana, yang menggiring kita untuk menyadari bahwa pembangunan perkotaan dan pembentukan berbagai resiko adalah tidak terpisahkan.
Dapat diamati bahwa terjadi korelasi yang kuat antara peningkatan angka urbanisasi dan peningkatan kerentanan (vulnerability) dari kota-kota. Di Indonesia, terhitung sejak 2008, sedikitnya 50% penduduknya tinggal di kawasan perkotaan, setelah sebelumnya pada tahun 2005 tercatat 107,25 juta dari total 222,78 juta penduduk (48,1%) bermukim di kawasan perkotaan. Selain itu, 110 juta penduduk bermukim pada 60 kota utama yang terletak 100 km dari garis pantai. Konsentrasi kota-kota pesisir tersebut membentuk sabuah  perkotaan linear dari Sabang hingga Merauke.
Banyak dari kota-kota utama Indonesia berada pada daerah berbahaya, baik yang bersifat teknologis karena adanya konsentrasi industri (polusi, kebakaran, ledakan, transport dari bahan B3, dan lain sebagainya), maupun yang bersifat natural (banjir, longsor, tsunami, gunung api, gempa bumi, dan lain sebagainya).
Beberapa tahun sebelumnya, tercatat bencana banjir pernah pula melanda beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya terjadi di tempat wisata pemandian air panas Pacet di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 11 Desember 2002 yang mengakibatkan 26 orang tewas dan 14 orang hilang. Di Lembah Sungai Jenebarang yang berada di lereng Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Goa, terjadi bencana yang sama pada 27 Maret 2004 hingga menewaskan 32 orang serta mengubur 12 rumah dan 430 hektare lahan. Begitu juga di bantaran Sungai Bahorok, Taman Wisata Bukit Lawang, yang berada di kaki Gunung Leuser, Sumatra Utara, terjadi bencana banjir pada 2 November 2003 yang mengakibatkan 151 orang tewas dan 100 orang yang hilang. Bahkan, di beberapa lembah atau bantaran sungai di Kota Palu dan juga di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Januari 2006.
B.       Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1.           Bagaimana dampak terjadinya banjir.
2.           Apakah penyebab terjadinya banjir.
C.       Tujuan
Adapun tujuan yang dapat dicapai dalam pembuatan makalah  ini adalah:
1.    Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang banjir yang terjadi di kota-kota besar yang ada di Indonesia dan ciri-cirinya.
2.    Untuk menambah ide dan wawasan penulis mengenai proses terjadinya banjir di kota-kota besar di Indonesia.
3.    Untuk memenuhi salah satu tugas pada pembelajaran bahasa Indonesia.
D.      Manfaat.
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.    Dapat memberikan gambaran tentang proses terjadinya bencana banjir yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia.
2.    Untuk mengenal lebih jauh faktor terjadinya banjir di kota-kota besar di Indonesia.
3.    Memberikan informasi bagi pembaca tentang bencana banjir di kota-kota besar di Indonesia.







BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Banjir.
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena  maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda kota-kota besar Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup besar khususnya di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia sangat berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat ,pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya, pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
Kita sering mendengar istilah banjir karena  akhir-akhir ini banjir telah  melanda beberapa daerah di Indonesia. Diantarnya banjir di Jakarta atau kota-kota Jawa Tengah akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir yang terjadi  di kota bjakarta hamper setiap musim terjadi, atau bias dikatakan sebagai tradisi di kota Jakarta. Namun sampai sekarang pemerintah belum bisa memberikan solusi yang baik agar tidak terjadi lagi banjir di kota Jakarta. Sehingga tidak jarang banjir membawa mala petaka bagi penduduk yang berdomisili di kota Jakarta dan tidak jarang pula menelan korban jiwa dan kerugian pemerintah.
Sehingga banyak pakar yang berpendapat bahwa lima tahun kemudian kota Jakarta akan tenggelam, inilah masalah yang sangat besar yang dihadapi oleh pemerintah sekarang, salah satu solusi pemerintah adalah memindahkan ibu kota Negara ke kota Makassar, namun solusi ini belum menjamin bahwa kota Jakarta akan terlepas dari bencana banjir.

B.       Ciri-ciri Banjir.
Secara umum ciri-ciri banjir dapat dijabarkan sebagai berikut:

C.       Proses terjadinya Banjir di kota Jakarta.

D.              Penyebab Banjir di kota Jakarta .
Penyebab banjir sendiri bisa terjadi karena berbagai hal baik alam maupun manusia. Dan berikut adalah hal-hal yang menyebabkan banjir di seluruh dunia termasuk Indonesia :
v  Peristiwa alam seperti Curah hujan dalam jangka waktu yang lama.
v  Terjadinya erosi tanah hingga hanya menyisakan batuan, dan tidak ada resapan air. bahkan bukan hanya banjir tapi juga tanah longsor
v  Buruknya penanganan sampah, hingga kemudian sumber saluran air tersumbat.
v  Bendungan dan saluran air rusak. Seperti yang terjadi pada bencana di situ gintung
v  Penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali.
v  Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang. Sehingga memudahkan terjadi bencana banjir
v  Kiriman atau bencana banjir banjir.
v  Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
v  Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan gedung, tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada. Contohlah kota-kota besar semacam jakarta yang sering terjadi bencana banjir.
E.        Dampak yang Ditimbulkan Oleh Banjir di kota Jakarta.
Banjir bandang tiadak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
  1. Rusaknya areal pemukiman penduduk.
Areal pemukiman penduduk rusak total pascabanjir bandang. Rumah-rumah warga di tepi kiri kanan sungai hancur tersapu air. Seluruh kota hingga kampung-kampung di sekitarnya, semua terbenam dan terseret banjir ke arah pantai lautan Teluk Cenderawasih. Rumah warga yang umumnya semipermanen dari bahan kayu tergerus dan runtuh. Dari pantauan JASOIL, kondisi umum kota Wasior sudah hancur total akibat  banjir bandang yang melanda daerah tersebut. PLN juga dalam kondisi tidak bisa terpakai lagi, sehingga suasana gelap gulita di malam hari. Instalasi listrik kota juga rusak parah dan aliran listrik terputus total.
  1. Sulitnya mendapatkan air bersih.
Pascabanjir bandang, masyarakat dihadapkan pada kebutuhan air bersih karena biasanya sumber air bersih di lokasi banjir sudah tercemar lumpur sehingga tidak bisa digunakan. Jika kebutuhan air bersih tidak terpenuhi di lokasi bekas banjir, maka akan berpotensi terjadinya masalah kesehatan. Pengiriman air bersih berupa penyediaan beberapa unit mobil tangki berisi air bersih telah diupayakan.
  1. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.

Bencana banjir bandang yang terjadi di Wasior Papua Barat telah meluluhlantakkan semua inftrastruktur, termasuk gedung-gedung milik pemerintah. Diberitakan bahwa kondisi di sana masih porak-poranda dan akses masuk masih sangat terbatas. Banjir juga mengakibatkan 4 sarana ibadah mengalami rusak berat, yaitu gereja 3 unit, masjid 1 unit.
Sebanyak  9 unit sarana perkantoran mengalami rusak berat, yaitu 1 kantor dermaga, 1 RSUD, 2 Pustu, 1 Bank Papua, 2 unit pasar dan 2 unit kantor pertanian dan UKM.
Ratusan rumah warga dan fasilitas umum kota rusak parah akibat terjangan air bah. Tak hanya itu, pesawat Susi Air yang biasanya melayani rute lokal ikut rusak saat berada di landasan pacu Bandara Manokwari.
 
  1. Rusaknya areal pertanian.
Dahsyatnya banjir bandang yang melanda Wasior Papua Barat menyebabkan areal pertanian dengan berbagai jenis komoditi di Wasior Papua Barat, dilaporkan mengalami kurasakan cukup parah. Areal pertanian milik warga rusak direndam banjir, padahal puluhan hektare areal persawahan itu akan panen. Namun, tingkat kerusakan yang terjadi  pada areal pertanian rakyat akibat bencana banjir bandang itu sangat bervariasi.

  1. Timbulnya penyakit-penyakit.

Berbagai risiko penyakit akan muncul akibat bau busuk jenazah korban yang diduga masih tertimbun lumpur yang belum dievakuasi. Untuk mencegahnya, langkah awal adalah penyemprotan desinfektan. Tim kesehatan gabungan di Wasior telah melakukan langkah antisipasi yang tepat dengan melakukan penyemprotan desinfektan di sejumlah lokasi yang masih tertimbun material banjir di lokasi Pasar Soyar, Wasior Kota, termasuk di sekitar pemukiman warga di Sanduai.
Meski sampai saat ini belum ada laporan masalah kesehatan yang berarti akibat banjir, sebagai langkah antisipasi persediaan obat-obatan dan penyediaan pos-pos kesehatan perlu disiapkan untuk mengobat penyakit yang kerap muncul pasca banjir seperti seperti penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), gatal - gatal, demam, dan diare/mencret, apalagi bila berada di areal pengungsian. Kewaspadaan terhadap penyakit malaria perlu disosialisasikan karena Papua dan Papua Barat merupakan daerah endemis malaria.

  1. Menghambat transportasi darat.

Banjir badang yang melanda Wasior menyebabkan empat unit jembatan dilaporkan rusak berat dan 1 unit rusak berat. Jembatan-jembatan dan jalan raya tidak bisa dilewati kendaraan karena di beberapa titik terdapat timbunan bebatuan dan lumpur setinggi pinggang orang dewasa. Jaringan komunikasi juga terputus. Dermaga pelabuhan wasior dan juga landasan pesawat, bandara wasior juga tidak dapat berfungsi lagi. Semua lumpuh. Untuk sementara, tidak ada jalan darat dari Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat ke Wasior, Kabupaten Teluk Wondama. Banjir bandang yang terjadi telah menghancurkan dan melumpuhkan seluruh aktivitas di kawasan Teluk Cenderawasih. Selain menghambat transportasi darat, transportasi laut dari arah Manokwari dan Nabire juga terhambat akibat berbagai faktor. Bandara Wasior juga belum bisa difungsikan, karena lumpur dan bebatuan. Sehingga penduduk Wasior seakan terjebak di sana.

F.        Penanggulangan Bencana Banjir Bandang di Wasior Papua Barat

Penanggulangan bencana banjir bandang Wasior dikendalikan langsung oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat. Pasalnya, aparatur Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama dinilai tidak tanggap dalam penanganan korban banjir yang menghancurkan seluruh infrastruktur umum dan perumahan masyarakat di wasior. Bupati dan para kepala dinas di Pemkab Teluk Wondama pada saat terjadinya banjir bandang tidak berada di tempat. Para pejabat pemerintah daerah bernasib naas ini, saat kejadian semuanya masih berkonsentrasi di luar Wasior dalam rangka urusan sengketa politik hasil pemilihan umum kepala daerah (Pemilu Kada) di Mahkamah Konstitusi.
Beruntung ada kepala dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Teluk Wondama yang saat itu berada di tempat sehingga bisa bertindak untuk mengatur koordinasi penanganan korban bencana tersebut. Sedangkan Bupati Wondama, Alberth Torey bersama semua kepala dinasnya dan staf-staf lain yang berhubungan langsung dengan urusan politik itu baru tiba pada pagi hari kedua pascabencana. Atas perintah Gubernur Provinsi Papua Barat, Abraham O. Ataruri yang mengunjungi korban bencana di Wasior, kepala dinas PU Wasior mengambil alih semua kendali komando penanganan korban bencana.
Bencana banjir yang menyerupai tsunami ini mengakibatkan aktivitas pelayanan pemerintahan dan perekonomian menjadi lumpuh total. Ribuan warga yang selamat dari musibah banjir kini ditampung di lima tempat. Di antaranya, ruang Bandar Udara Wargono Wasior, masjid Al Falah Wasior, Kantor Bupati (lama), SMP YPK Wasior, dan sejumlah permukiman warga yang berada di dataran tinggi. Sementara lokasi-lokasi yang berada di luar kota Wasior belum bisa dijangkau. Kabar dari Wasior, sudah ada bantuan darurat berupa beras dan supermie, tetapi tidak ada alat masak dan air bersih, sehingga warga korban yang di pengungsian kelaparan. Namun, upaya penanggulangan bancana banjir bandang masih terus dilakukan.






Tugas individu
Biologi dasar.
Ragam Penyakit Zoonosis

Nama        :  Ashari Natosusilo
Kelas        :  A
Nim          :  O111 10 130

Prodi kedokteran hewan
Fakultas kedokteran
Universitas hasanuddin
Makassar
2010
A.   Pengertian zoonosi.

Beberapa pengertian zoonosis antara lain:
 1. Menurut UU No. 6/1967, Zoonosis adalah penyakit yg dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya atau disebut juga Anthropozoonosis. Begitupun dalam UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan kesehatan Hewan, sebagai pengganti UU No. 6 tahun 1967 dinyatakan bahwa penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya.
  2. Menurut  WHO, Zoonosis adalah suatu penyakit atau infeksi yang secara alami ditularkan dari hewan vertebrata.
 3. Definisi Zoonosis menurut PAHO (Pan American Health Organization) yang menjadi rujukan WHO adalah : Suatu penyakit atau infeksi yang secara alami ditularkan dari hewan vertebrata ke manusia.
B. Jenis – jenis penyakit zoonosis.

v Berdasarkan reservoirnya
1.    Antropozoonosis: penyakit yang dapat secara bebas berkembang di alam di antara hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang terinfeksi dan akan menjadi titik akhir dari infeksi. Pada jenis ini, manusia tidak dapat menularkan kepada hewan atau manusia lain. Berbagai penyakit yang masuk dalam golongan ini yaitu Rabies, Leptospirosis, tularemia, dan hidatidosis.
2.    Zooantroponosis: zoonosis yang berlangsusng secara bebas pada manusia atau merupakan penyakit manusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Termasuk dalam golongan ini yaitu tuberkulosis tipe humanus disebabkan oleh Mycobacterium tubercullosis, amebiasis dan difteri.
3.    Amphixenosis: zoonosis dimana manusia dan hewan sama-sama merupakan reservoir yang cocok untuk agen penyebab penyakit dan infeksi teteap berjalan secara bebas walaupun tanpa keterlibatan grup lain (manusia atau hewan). Contoh: Staphylococcosis, Streptococcosis.

v Berdasarkan kejadiannya
Emerging zoonosis memiliki definisi yang secara umum mencakup salah satu dari tiga situasi penyakit zoonotik seperti
1.    agen patogen yang telah diketahui muncul pada suatu area baru.
2.    agen patogen yang telah diketahui atau yang berkerabat dekat terjadi pada spesies yang tidak peka atau.
3.    agen patogen yang tidak atau belum diketahui terdeteksi untuk pertama kali.
Re-emerging zoonoses adalah suatu penyakit zoonotik yang pernah mewabah dan sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali. Faktor-faktor yang memicu emerging dan re-emerging zoonosis yaitu:
  1. perubahan ekologi
  2. perubahan demografi dan perilaku manusia
  3. perjalanan dan perdagangan internasional
  4. kemajuan teknologi dan industri
  5. adaptasi dan perubahan mikroorganisme
  6. penurunan perhatian pada tindakan-tindakan kesehatan masyarakat dan pengendalian
  7. perubahan pada individu inang, misalnya imunodefisie.

C.  Dampak akibat zoonosis.

1. Timbulnya kesakitan (morbidity) dan kematian (mortality), baik pada manusia maupun hewan.

2. Dampak ekonomi akibat kehilangan tenaga kerja karena sakit, menurunnya jumlah wisatawan ke daerah terjadinya wabah, turunnya produksi ternak dan produk ternak, pemusnahan ternak sakit dan tersangka sakit, serta pembatasan dan penurunan perdagangan internasional.


D. Penularan zoonosis.
Penularan zoonosis antara lain terjadi melalui: makanan (foodborne), udara (airborne) dan kontak langsung dengan hewan sakit. Bahaya biologis pangan yang dapat menyebabkan zoonosis yaitu:
  • Bakteri : Bacillus anthracis, Brucella abortus, Brucella melitensis, Mycobacterium bovis, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi.
  • Virus: Hepatitis A Virus, Hepatitis E Virus.
  • Parasit : Taenia saginata, T. solium, T. asiatica, Trichinella spiralis, (Toxoplasma), (Echinococcus granulosus), E. multilocularis.
  • Prion: Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE).
E.  Macam – macam sifat zoonosis.

Ø Zoonosis bersifat eksotik.

·        Sars virus.
SARS virus mempunyai tipikal yang mirip dengan pneumonia dan influenza, familinya paramyxoviridae. Virus ini diinokulasi dari Macaca fascicularis coronaviridae, selain itu virus ini juga familinya coronaviridae. Corona virus memiliki famili yang luas dengan envelop ikatan tunggal positif – standar RNA virus yang bereplikasi dalam sitoplasma sel dari inang definitif. Virus ini ditemukan pada feces dan urin dari stable dengan temperatur ruangan. 1-2 hari pasien menderita diare dengan pH lebih tinggi dari normal. Dalam supernatan dari kultur sel yang terinfeksi terdapat konsentrasi virus setelah 21 hari pada suhu 40C dan 800C. Setelah 48 jam dengan temperatur ulang konsentrasi virus direduksi dengan satu tempat. Corona virus ditemukan pada hewan liar yang dijual untuk konsumsi manusia, corona virus ditemukan pada musang (Paguma larvata) dan species hewan lainya. Vaksinnya untuk respiratori corona virus infeksi seperti infeksi bronchitis virus pada ayam, dan transmisi gastroenteritis corona virus dari babi serta Feline Infectious Peritonitis virus (FIP).

·        Ebola.
Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus ebola virus dan familinya filoviridae. Karakteristik dari virus ini, morfologi filamennya panjang dan dikelilingi lemak serta mempunyai envelop. Ebola virus mempunyai morfologi yang sama dengan marburg virus karena familinya yang sama yaitu filoviridae serta gejala klinis yang sama. Ebola merupakan virus yang zoonosis. Ebola hemorhagik fever merupakan potensial kematian dengan gejala klinis muntah, diare, luka pada tubuh, pengeluaran darah internal dan eksternal dan demam. Ebola dibagi menjadi tiga yaitu zaire ebola virus, reston ebola virus dan ivori coast ebola virus.
Reservoir dari Ebola adalah macaca fascicularis, kijang liar, dan kelelawar buah. Gejala klinisnya bervariasi yaitu demam tinggi, Sakit kepala, luka pada abdominal, muntah, kelelahan dan mual. Gejalanya hampir sama dengan demam typoid, malaria, disentri, influenza, dan infeksi bakteri yang serius. Jika ebola mempunya gejala yang serius seperti diare, feses berdarah gelap, muntah darah, perdarahan arteriosklerotik, ptechiae, kemerahan makulopapular dan purpura. Hemoragi intenal dan eksternal dari orificium hidung dan mulut.
·        Rift valley fever (RVF)
RVF bersifat zoonosis, kasus penyakit ini pada hewan dan manusia dengan morbiliti dan mortalitas yang tinggi. Virus RVF ini vektornya adalah nyamuk yang merupakan epizootik potensial (epidemik pada hewan) dan pada manusia epidemik terlihat dari virus baru pada satu area yang terdapat vektornya. RVF merupakan genus dari phlebovirus dengan famili bunyaviridae. Vektor dari RVF melalui gigitan nyamuk, berasal dari species nyamuk yang merupakan vektor transmisi RVF pada daerah berbeda dengan species nyamuk yang berbeda disebut pre dominan vektor, nyamuk Aides adalah contohnya, virus ini terdapat pada pakan hewan yang terinfeksi dan mampu bertransmisi secara transovarial (trasmisi virus dari nyamuk betina yang terinfeksi pada telurnya), jadi generasi baru infeksi nyamuk terdapat pada telur.
Banyak type dari hewan yang terinfeksi dari RVF dan kejadian penyakit pada umumnya hewan domestik seperti ternak, domba, unta, kambing dan burung liar dari endemik area yang beradaptasi kekondisi lokal. Hewan dengan umur yang berbeda mempunyai tingkat kejadian penyakit yang berbeda. RVF pada manusia bersifat epizootik, manusia terinfeksi RVF melalui gigitan nyamuk atau melalui kontak dengan darah, kontak lain melalui pemotongan hewan yang terinfeksi dan juga melalui susu hewan yang terinfeksi. Virus ini infeksi pada manusia melalui inokulasi (pada kulit yang terluka atau pisau pemotongan daging yang terinfeksi).
Periode inkubasi dari virus ini 2-6 hari, gejala klinisnya terlihat seperti gejala influenza dengan demam yang mendadak, sakit kepala nyeri sendi atau myalgia. Beberapa pasien mengalami ketegangan pada leher, photofobia dan muntah serta meningitis.
Ø Zoonosis bersifat endemik.

·         Flu babi
Flu babi adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung. Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia. Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntahan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2, and H2N3.  Di Amerika Serikat, hanya subtipe H1N1 lazim ditemukan di populasi babi sebelum tahun 1998 Pada 5 Februari 1976, tentara di  Amerika Serikat menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918. Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan vaksin, namun rencana itu dibatalkan. Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala khusus. Sebagai contoh, selama wabah flu babi 2009 di AS, CDC menganjurkan para dokter untuk melihat "apakah jangkitan flu babi pada pasien yang di diagnosa memiliki penyakit pernapasan akut memiliki hubungan dengan orang yang di tetapkan menderita flu babi. Diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan.


·         rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Penyakit rabies merupakan penyakit zoonosis atau penyakit yang ditularkan oleh hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Penyakit ini disebabkan oleh Rabdhovirus dan ditularkan melalui gigitan hewan pembawa dan dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia serta mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang berujung pada kematian.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.
·         Antraks
Penyakit Antraks termasuk kelompok penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (Zoonosis). Penyakit ini paling sering menyerang ternak herbivora terutama sapi, domba, kambing dan selalu berakhir pada kematian. Sasaran berikutnya kuda dan babi. Hewan kelompok omnivora ini bisa lebih bertahan sehingga sebagian penderita selamat dari maut. Serangan pada ayam, belum pernah ada laporan. Berdasar penelitan yang selama ini telah dilakukan, pada manusia, dilaporkan tingkat kematian mencapai 18 persen (dari 100 kasus, 18 penderita meninggal).
Penyebab antraks adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini berbentuk batang, lurus dengan ujung siku-siku. dalam biakan membentuk rantai panjang. dalam jaringan tubuh tidak pernah terlihat rantai panjang, biasanya tersusun secara tunggal atau dalam rantai pendek dari 2 - 6 organisme. Dalam jaringan tubuh selalu berselubung (berkapsel). kadang-kadang satu kapsel melingkupi beberapa organisme. Bakteri Bacillus anthracis bersifat gram positif, berukuran besar dan tidak dapat bergerak. Bakteri yang sedang menghasilkan spora memiliki garis tengah 1 mikron atau lebih dan panjang 3 mikron atau lebih.
Bakteri ini bersifat aerob, memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Hewan tertular akibat memakan spora yang menempel pada tanaman yang dimakan. Hewan yang mati akibat antraks harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah); mengonsumsi produk hewan yang kena antraks: atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang.
Karenanya ada empat tipe antraks yaitu antraks kulit, antraks usus (pencernaan), antraks paru (pernapasan) dan antraks otak.Antraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak
Ø Zoonosis bersifat sporadik.

a.       Bakteri Enterobacter sakazakii.
Bakteri ini merupakan bakteri batang, Gram negatif dari famili Enterobacteriaceae, dan digolongkan sebagai bakteri koliform. Bakteri ini bersifat motil (memiliki peritrichous flagella), tidak membentuk spora, memproduksi koloni berpigmen kuning. Sebelum tahun 1980, bakteri ini disebut sebagai yellow-pigmented Enterobacter cloacae (INFOSAN 2005). Bakteri ini dapat dimusnahkan pada suhu di atas 70 °C. Habitat alami bakteri ini tidak diketahui pasti. E. sakazakii dapat dideteksi pada usus manusia sehat, serta dapat pula ditemukan di usus hewan dan lingkungan.
sakazakii merupakan bakteri patogen yang bersifat oportunistik. Bakteri ini menyebabkan meningitis, sepsis, bakterimia, dan necrotizing enteritis pada bayi (Kim et al. 2007). Tingkat mortalitas dari infeksi E. sakazakii ini mencapai 20 – 50%.
Bakteri ini dapat diisolasi dari berbagai macam lingkungan dan makanan. Susu bubuk formula bayi telah banyak dilaporkan berkaitan erat dengan sumber E. sakazakii pada sejumlah wabah infeksi bakteri tersebut (Kim et al. 2007). Bowen dan Braden (2006) menyatakan E. sakazakii telah menyebabkan kematian 40–80% bayi-bayi yang terinfeksi bakteri tersebut dan berkaitan dengan susu bubuk.
Susu bubuk formula bayi bukanlah produk pangan yang steril, sehingga masih memungkinkan dapat mengandung mikroorganisme patogen. E. sakazakii banyak ditemukan di lingkungan pabrik yang berpotensi sebagai sumber kontaminasi setelah pasteurisasi (Anon 2002). Secara garis besar terdapat tiga jalur masuknya E. sakazakii ke dalam formula bayi: (1) bahan baku untuk produksi susu formula bayi; (2) kontaminasi pada susu formula bayi atau bahan baku kering lainnya setelah proses pasteurisasi; dan (3) kontaminasi pada susu formula saat disiapkan sebelum dikonsumsi (Anon 2004). Sebesar 20-50% dari kasus infeksi E. sakazakii, disebabkan susu formula (sebagai vehicle), akan tetapi rendahnya sanitasi pada waktu rekonstitusi dan penanganan merupakan sumber penularan.
Dalam Codex dinyatakan bahwa susu formula bayi boleh mengandung koliform asal tidak melampaui batas 3 bakteri/gram formula. E. sakazakii termasuk kelompok koliform ini. Susu bubuk formula bayi belum pernah diidentifikasi secara jelas sebagai alat tran sportasi atau sumber penularan infeksi untuk kasus yg bersifat sporadis jika dibandingkan dengan kejadian infeksi yang disebabkan salmonella. Hal ini lebih banyak disebabkan kesulitan mengidentifikasi penyebab kasus-kasus sporadik. Susu bubuk formula dianggap sebagai kendaraan (vehicles) dan sumber penularan.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penularan E. sakazakii adalah: Belum ada laporan transmisi dari satu bayi ke bayi lainnya atau penyebaran dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya. Kontaminasi dalam susu formula dapat terjadi karena kurang higienis pada saat penyediaan, penyimpanan yang lama pada suhu kamar (tidak disimpan pada suhu refrigerator) setelah preparasi. E. sakazakii ditemukan pada lingkungan tempat produksi, fasilitas produksi dan peralatan.
Beberapa kasus dan wabah akibat infeksi E. sakazakii pada bayi telah banyak dilaporkan di negara-negara maju dan berkembang.